Madinah, 1 H./624 M
Siang itu, kota Madinah penuh sesak oleh warganya yang tak sabar menanti kedatangan kekasih Allah. Mereka berjajar rapi di pinggir kota sambil sesekali meletakkan tangan di atas alis, melihat-lihat barangkali sosok manusia yang mereka tunggu mulai terlihat dari kejauhan. Sebagiannya bahkan memanjat pohon untuk menatap lebih jauh. Benar, hari itu hari yang amat bersejarah bagi seluruh warga Madinah, khususnya kaum muslimin. Tak lama kemudian, nampaklah dari kejauhan tiga sosok manusia. Dua orang membonceng unta dan yang seorang lagi menuntunnya. Mereka adalah rasulullah SAW, Abu Bakar ash-Siddiq dan penunjuk jalan mereka, Abdullah bin Uraiqith.
Sontak warga Madinah berhamburan diiringi sorak sorai menyambut kedatangan kekasih Allah SWT. Sambil memukul rabana, kaum wanita dan anak-anak menyanyikan lagu thala'al badru 'alaina....
Sungguh, kedatangan beliau benar-benar memberi pencerahan bagi warga Madinah. Ibarat bintang kejora, kedatangan beliau menjadikan kota tersebut bercahaya, seakan memberi nuansa baru bagi kehidupan warganya. Cahaya kenabian nampak jelas di wajah beliau, membiaskan selaksa akhlak mulia dan budi pekerti nan tinggi. Siapapun yang menatap wajahnya pastilah yakin bahwa beliau seorang nabi.
Semenjak itu, urat nadi kehidupan warga Madinah senantiasa berdenyut seiring turunnya wahyu. Dendam kesumat diantara suku Aus dan Khazraj yang sejak berabad-abad, mendadak berubah menjadi persahabatan erat. Hijrah beliau ternyata merupakan titik tolak terpenting dari kejayaan islam di masa-masa berikutnya.