A. Hama
yang menyerang tanaman kakao
- Penggerek Buah Kakao (PBK atau Pod Borer)
Gambar
1
(larva dan imago):
Ordo
: Lepidoptera
Famili
: Gracillariidae
Genus
: Conopomorpha
Spesies
:
Conopomorpha
cramerella
Snell
Bioekologi
:
Serangga
dewasa hama PBK berupa ngengat (moth) yang berukuran kecil
(panjangnya saat beristirahat sekitar 7 mm). Ngengat memiliki warna
dasar cokelat dengan warna putih berpola zig-zag di sepanjang sayap
depan, serta berakhir pada spot berwarna kuning oranye berpola batik
di ujung sayap. Ukuran antena lebih panjang daripada sayap da
tubuh ngengat, serta mengarah kebelakang. Ngengat aktif terbang,
kawin dan meletakkan telur pada malam hari,yaitu sejak pukul 18.00 –
07.00 keesokan harinya. Pada siang hari, ngengat bersembunyi di
tempat yang terlindung dari sinar matahari, yaitu di bagian bawah
cabang horisontal dengan diameter 0-5 cm dan lebih dari 20 cm.
Ngengat
PBK tidak mampu terbang jauh dengan arah terbang yang tidak menentu.
Seekor serangga
jantan hanya mampu terbang 153 m dilapangan terbuka, tetapi jika
dilakukan penangkapan menggunakan feromonsek, ngengat jantan mampu
terbang 800 m. Ngengat betina meletakkan telur hanya dipermukaan
kakao. Buah adalah yang memiliki alur dalam pada permukaannya dan
panjang buah lebih dari 8 cm. Lama hidup ngengat betina 5 – 8 hari
dan mampu menghasilkan telur sebanyak 100-200 butir.
Telur
berbentuk oval dengan panjang 0,45-0,50 mm dan lebar 0,25-0,30 mm
pipih da berwarna oranye saat baru panjangnya lebih dari 10 cm. Lama
stadium telur 2- 7 hari.
Larva
yang baru menetas dari telur berwarna putih transparan dengan panjang
sekitar 1 mm. Larva langsung menggerek ke dalam buah dan makan
permukaan dalam kulit buah, daging buah, dan saluran makanan ke biji
(plasenta). Pada pertumbuhan penuh panjangnya 12 mm dan berwarna
(pupa), larva membuat lubang keluar dari kulit buah dengan diameter
1mm. Segera setelah berada di luar buah, larva tersebut akan merayap
di permukaan buah atau menjatuhkan diri dengan pertolongan benang
sutera untuk mencari temapat berkepompong. Sebelum menjadi kepompong
larva terlebih dahulu memintal benang sutera untuk membuat rumah
kepompong (kokon).
Selain
melekat di permukaan buah, kepompong juga terdapat di daun hijau, dau
kering, batang, cabang, ranting, gulam karung, keranjang, kotak
tempat bauah segar, bahakan dikendaraan yang digunakan untuk
mengankut hasil panen atau bahan apa saja yang dapat digunakan oleh
ulat tersebut. Kokon berbentuk ioval, berwarna kuning kotor, serta
panjang 13-18 mm dan lebar 6 – 7 mm. Kepompong berwarna
cokelat dengan panjang 6-7 mm dan lebar 1,0 – 1,5 mm. Lama stadium
kepompong 5-8 hari. Perkembangan
dari telur sampai menjadi dewasa memerlukan waktu 27 – 34 hari.
Gejala
dan kerugian yang ditimbulkan :
Penggerek
buah kakao (PBK) umumnya menyerang buah kakao yang masih muda dengan
panjang sekitar 8 cm. Stadium yang menimbulkan kerusakan adalah
stadium larva. Larva PBK memakan daging buah dan saluran makanan yang
menuju biji, tetapi tidak menyerang biji. Gejala serangan baru tampak
dari luar saat buah ,masak berupa kulit buah berwarna pudar dan
timbul belang berwarna kuning
hijau atau kuning jingga dan terdapat lubang gerekan bekas keluar
larva
serta jika dikocok tidak berbunyi , jika dibelah, daging buahnya akan
tampak berwarna hitam, biji-biji melekat satu sama lain dengan wana
hitam, keriput, dan ringan. Akibat serangan hama ini kerugian yang
ditimbulkannya bisa mencapai 80% biji kakao kering.
Pengendalian
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
1. Daerah
Bebas PBK
Daerah
yang masih bebas dari serangan PBK disarankan melakukan pencegahan
dengan melaksanakan karantina dan monitoring PBK. Sebagai strategi
penanggulangan hama PBK secara nasional, pelaksanaan karantina
sebaiknya memenuhi standar peraturan domestik dan internasional.
Tindakan karantina tersebut antara lain tidak memasukkan bahan
tanaman kakao dari daerah terserang, membatasi lalu lintas manusia
dan kendaraan dari dan daerah terserang PBK, tidak mengizinkan
masuknya kendaraan atau bahan-bahan yang dapat dihinggapi oeh PBK
dari daerah terserang PBk, serta memeriksa ada tidaknya PBK di
kendaraan atau manusia yang memasuki kebun.
Sementara
itu, dalam penerapan konsep pengendalian hama terpadu dengan
monitoring,
terdapat tiga kegiatan pokok yang harus dilakukan yaitu pengamatan,
pengambilan keputusan, dan pelaksanaan pengendalian. Kegiatan
tersebut merupakan satu kesatuan yang harus dilaksanakan secara
berkesinambungan.
Teknik
pengamatan PBK dilakukan saat panen di tempat pengumpulan hasil
(TPH). Setiap TPH diambil 100 buah contoh untuk diamati serangan
PBK-nya, pengamatan dilakukan dengan cara membelah buah kakao dan
menghitung jumlah buah yang menunjukkan gejala serangan PBK. Terdapat
tiga katagri serangan yaitu : serangan rigan (jika kurang dari 10%
biji tidak dapat dikeluarkan dari kulit buah), serangan sedang (jika
10-50 % biji tidak dapat dikeluarkan dari kulit buah), dan serangan
berat (jika lebih dar 50% biji tidak dapat dikeluarkan dari kulit
buah).
Di
samping itu, perlu juga dilakukan pngaturan sanitasi disekitar TPH
dengan cara membuat lubang sanitasi di dekat TP, memesukkan kulit
buah, plasenta buah bususk, dan semua sisa panen ke dalam lubang pada
hari itu, lalu menutupnya dengan tanah setebal 20 cm. Tiga bulan
kemudian, kompos dapat diangkat untuk digunakan sebagai pupuk dan
lubangnya digunakan lagi.
2.
Daerah
Serangan PBK
-
Pemangkasan
Bentuk
Pemangkasan
bentuk bertujuan membatasi tajuk tanaman kakao tidak lebih dari 4 m.
Hal ini benrtujuan untuk memudahkan pemanenan dan penyemprotan
insektisida. Seharusnya penagturan tinggi tajuk ini dilakukan sejak
awal pertumbuhan kakao.
Pembatasan
dilakukan dengan memotong semua cabang yang arahnya ke atas di luar
batas 3-4 m. Pada tanaman dewasa yang sebelumnya jenis pangkasan ini
tidak dilaksanakan, dengan terpaksa cabang-cabang yang diameternya
besar harus dipotong. Alat potong adalah gergaji yang tajam dan luka
potongan ditutup dengan ter (asal cair) atau obat penutup luka lain.
Perlu diperhatikan, jorket menghindari lapuk dan pecahnya bagian ini.
Karenanya, cabang-cabang kecil yang menutup jorket tersebut perlu
dipertahankan. Pemangkaasan berat ini dilakukan setahun dua kali,
yaitu pada awal musim hujan dan akhir musim hujan. Pemangkasan
pemeliharaan dilakukan lebih sering misanya dua bulan sekali.
-
Metode
Panen Sering
Panen
sering saat buah masak awal yang diikuti sanitasi dapat menekan
populasi PBK. Rotasi panen dianjurkan satu minggu dan diajurkan agar
buah segera dipecah pada hari itu juga untuk mencegah keluarnya ulat
dari buah untuk berkepompong. Kulit buah, buah busuk, plasenta dan
sisa-sisa panen segera ditanam dan ditimbun dengan tanah setebal 20
cm untuk membunuh ulat yang terdapat didalam kulit buah dan plasenta.
-
Pegendalian
Hayati
Pengendalian
hayati pBK dapat dilakukan dengan memanfaatkan jamur entomopatogen (
Beauveria basiana dan Phaecilomyces fumosoroseus) dan
semut hitam (Dolichodeus
thoracicus). Pemanfaatan
semut hitam ini sudah banyak dilakukan untuk pengendalian Helopeltis
spp. Populasi
semut hitam yang berlimpah di perkebunan kakao dapat menurunkan
persentase serangan PBK di malaysia dan Indonesia. Peningkatan
populasi semut hitam dapat dilakukan dengan cara menyediakan sarang
yang terbuat dari lipatan daun kelapa atau daun kakao.
Penyemprotan
jamur Beauveria
bassiana
isolat Bby 725 padabuah kakao muda dan cabang horiontal mampu
melindungibuah tersebut dari serangan PBK hingga 54-60,5 %
(juniantoda Sulityowati, 2000). Dosis
yang digunakan 50-100 gram spora/ha menggunakan knapsack
sprayer dengan
volume semprot 250 ml/ph atau 250 l/ha.
-
Sanitasi
Sanitasi
bisa dilakukan seperti yang dilakukan di daerah bebas PBK.
-
Penyemprotan
Insektisida
Jenis
insektisida yang dianjurkan adalah dari golongan sintetik piretroid,
sperti deltametrin (Decis 2,5 EC, Decis Tablet), Fipronil (Regent
EC), sihalotrin (Matador 25 EC) dan Esfenvalerat (Sumialpha 25 EC)
d3engan konsentrasi formulasi 0,06-0,12 % atau sesuai dengan anjuran.
Alat semprot yang digunakan adalah knapsack
sprayer dengan
volume semprot 250 ml/pohon atau 250 l per hektar. Jika pohon sudah
terlalu tinggi, tangkai penyemprot dimodifikasi dengan PVC yang
panjangnya 2 m.
-
Penyarungan
Buah
Selain
telah diuraikan, masih ada cara penangggulangan yang bertujuan untuk
menyelamatkan sebagian buah dari serangan PBK. Cara tersebut adalah
penyarungan buah dengan kantong plastik dengan metode sebagai berikut
:
a.
Panjang buah yang disarungi 8-10 cm.
b.
Kantong plastik yang digunakan berukuran 30 x 15 cm dengan ketebalan
0,02 mm dan kedua ujungnya terbuka.
c.
Cara menyarungi adalah dengan mengikat bagian atas plastik ke tangkai
buah.
d.
Buah dibiarkan terselubung hingga saat panen.
- Kepik Penghisap Buah
Gambar 2 (imago):
Ordo
: Hemiptera
Famili
: Miridae
Genus
: Helopeltis
Spesies
: Helopeltis
sp.
Bioekologi
:
Tiga
faktor kehidupan yang menentukan serangan Helopeltis
sp. yaitu cahaya matahari, kelembaban, dan arus angin di bawah tajuk.
Helopeltis
sp menyenangi lingkungan lembab, tetapi hama ini tidak tahan angin
yang kuat. Cahaya matahari langsung selalu dihindarinya dan serangan
hama ini menyenangi tempat-tempat terlindung pada areal kakao.
Pada
fase nimfa ukurannya 8 mm, berwarna kuning. Bila telah dewasa
berwarna kuning kecoklatan. Panjang telur 1,2 mm dan lebar 0,7 mm,
berwarna putih dan berbentuk lonjong seperti pisang. Telur diletakkan
pada tangkai daun, ranting, amupun pangkal buah. Lama hidup sejak
telur sam pai dewasa adalah 3-5 minggu. Fase larva berlangsung selama
11-22 hari, pada ketinggian tempat 250 mm dpl. Helopeltis
sp mampu bertelur pada temperature 24-27,5oC
dengan kelembaban 75% sebanyak 40-250 butir di bulan-bulan kering dan
50-300 butir di bulan-bulan basah.
Gejala
dan kerugian yang ditimbulkan :
Serangga
muda (nimfa) dan imago Helopeltis
dapat menimbulkan kerusakan terhadap tanaman kakao dengan cara
menusukkan alat mulutnya (stylet)
kedalam
jaringan tanaman untuk mengisap cairan sel-sel di dalamnya. Bersamaan
dengan tusukan stylet itu,
Helopeltis akan
mengeluarkan cairan yang bersifat racun dari dalam mulutnya yang
dapat mematikan disekitar tusukan. Akibatnya, timbul bercak-bercak
cekung berwana cokelat kehitaman dengan
ukuran bercak relatif kecil (2-3 mm) dan letaknya cenderung di ujung
buah.
Serangan
pada buah muda dapat menyebabkan buah kering
dan mati. Bercak pada buah yang terserang berat akan menyatuk,
sehingga jika buah dapat berkembang terus, permukaan kulit buah
menjadi retak dan terjadi perubahan bentuk (malformasi)
yang
dapat menghambat perkembangan biji di dalam buah.
Pengendalian
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
- Pemanfaatan musuh alami berupa semut hitam.
- Pemanfaatan ekstrak limbah tembakau.
- Dengan memanfaatkan musuh alami dari kepik penghisap buah kakao ini.
- Penggerek Batang atau Cabang (Red Branch Borer)
Gambar 3 (larva)
dan 4 (imago):
Ordo
: Lepidoptera
Famili
: Cossidae
Genus
: Zeuzera
Spesies
: Zeuzera
coffeae
Bioekologi
:
Kupu-kupu
berukuran panjang 4 cm dan lebar 2,5 cm dengan warna dominan merah.
Telur diletakkan pada celah kulit kayu. Telur berwarna kuning ungu
dan bila hendak menetas berubah warna menjadi kuning kehitaman.
Penyebarannya dibantu oleh parasut yang dibuat sendiri. Siklus
hidupnya 4-5 minggu.
Gejala
dan kerugian yang ditimbulkan :
Serangannya
terutama pada cabang-cabang muda yang lembek, misalnya di sudut
tangkai daun. Ulat hama ini akan melubangi kulit kayu kemudian ulat
masuk ke dalamnya dan merusak xylem dan floem. Ulat di dalam kayu
mampu menggerek sampai sepanjang 9-30 cm dan mengeluarkan sisa
gerekan berupa serbuk kayu
bercampur lender. Cabang yang diserang mengalami kekeringan dan
lentiselnya akan membesar sehingga akhirnya kulit kayunya retak dan
pecah.
Pengendalian
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
- Memotong cabang terserang sepanjang 30 cm dari lubang tempat masuknya. Cabang dikumpul lalu dibakar.
- Dengan mengintroduksi musuh alami dari hama ini, misalnya dengan menggunakan cendawan Beauveria bassiana, atau agen hayati lain.
- Ulat Api
Gambar 5 (larva) :
Ordo
: Lepidoptera
Famili
: Limacodidae
Genus
: Darna
Spesies
: Darna
trima
Bioekologi
:
Pada waktu menetas,
larva berwarna abu-abu dengan dua bercak berwarna jingga di kepala
yang kemudian akan berubah warna menjadi kuning dengan garis berwarna
coklat. Telur diletakkan di permukaan bawah daun, berwarna
transparan, jumlahnya mencapai 40-90 butir. Bila telur telah menetas
maka ulat akan tetap tinggal di daun sampai daun rontok. Pada
fase kepompong ulat turun ke tanah dan tinggal di bawah serasah, pada
tempat-tempat lembab. Kupu-kupunya berukuran kecil dan dapat terbang
dengan gesit. Sejak telur sampai dewasa waktunya mencapai 58-67 hari.
Gejala
dan kerugian yang ditimbulkan :
Serangannya
mengakibatkan rontoknya daun kakao. Pada awal serangan daging daun
dimakan sehingga warna daun menjadi kuning. Sambil memakan daun, ulat
api mengeluarkan cairan. Serangannya tidak hanya pada beberapa helai
daun, tetapi juga meliputi seluruh daun kakao.
Pengendalian
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
- Meningkatkan sanitasi di bawah pohon kakao.
- Pengendalian dengan cara hayati merupakan cara yang amat penting, dan akan berjalan sendiri jika musuh alami tersedia dan dilestarikan. Jika menggunakan lamtoro sebagai tanaman pelindung, lakukan pemangkasan ranting-ranting lamtoro pada waktu ulat masih kecil, kemudian dimusnahkan.
- Ulat Jengkal/Ulat Kilan
Gambar 6 (larva) dan
7 (imago) :
Ordo
: Lepidoptera
Famili
: Geomitridae
Genus
: Hyposidra
Spesies
: Hyposidra
talaca
Bioekologi
:
Daur
hidup ualt kilan sangat bergantung pada makanan dan iklim setempat.
Daur hidupnya 2,5-3,5 bulan. Betinanya
dapat meletakkan telur sampai 320 butir dan meletakkan telur
berkelompok pada daun, lekukan buah kakao yang mongering. Lama
Stadium telur 5-6 hari. Menjelang menetas telur mengalami perubahan
warna dari hijau kebiruan menjadi kehitaman. Ulat-ulat kecil yang
telah menetas dari telur akan bergerombol dan angin akan membantu
penyebarannya. Lama stadium larva 12-18 hari. lalu membentuk pupa
yang berwarna coklat mengkilat dan berada di dalam tanah sedalam 2-5
cm, lama stadium pupa 1-8 hari. Perkembangan telur sampai menjadi
dewasa memerlukan waktu sekitar 24- 32 hari. Larva mempunyai dua atau
tiga pasang proleg pada ujung posterior tubuh. Panjang larva 35 -40
mm dengan diameter 3-4 mm. Larva berjalan dengan meletakkan ujung
posterior tubuh dekat tungkai-tungkai toraks dan kemudian
menggerakkan ujung anterior tubuh, melangkah maju dalam satu cara
seperti menukik. Larva
ini bisa turun ke daun kakao dengan bantuan benang-benang halus pada
waktu siang hari. Apabila diganggu, larva berdiri hampir tegak di
atas tungkai-tungkai posterior dan tetap tidak bergerak, menyerupai
cabang-cabang yang kecil.
Gejala dan kerugian
yang ditimbulkan :
Larva
mulai menyerang sejak mulai menetas, terutama pada daun yang muda.
Daun-daun nampak berlubang-lubang dan pada serangan yang berat
tanaman menjadi gundul. Hal ini dapat mengganggu proses fotosintesa
sehingga pertumbuhan tanaman terhambat.
Bila daun-daun muda telah habis maka hama ini akan meningkatkan
serangannya ke daun-daun tua. Dengan demikian bila hama ini menyerang
tanaman bibit maka tanaman tersebut akan menjadi gundul (tak berdaun)
sama sekali.
Pengendalian hama
Pengendalian
dilakukan dengan sanitasi
kebun, mekanis (ulat dan kepompong dimusnahkan), dan menggunakan
pestisida nabati (jika memang diperlukan). Pengendalian dengan cara
hayati merupakan cara yang amat penting, dan akan berjalan sendiri
jika musuh alami tersedia dan dilestarikan (lihat halaman 30-57).
Jika menggunakan lamtoro sebagai tanaman pelindung, lakukan
pemangkasan ranting ranting lamtoro pada waktu ulat masih kecil,
kemudian dimusnahkan.
- Apogonia sp.
Gambar 8 (imago) :
Ordo
: Coleoptera
Famili
: Scarabaeidae
Genus
: Apogonia
Spesies
: Apogonia
sp.
Bioekologi
:
Telur
Apogonia
sp. berbentuk lonjong
dengan ukuran 1-1,3 mm menjelang menetas. Betina Apogonia
sp.
mampu menghasilkan telur sebanyak 40 butir, yang diletakkan di bawah
serasah atau permukaan tanah sedalam 2,5-5 cm. Pupa
Apogonia
sp.
panjangnya 15 mm. Periode larva 67-77 hari. Serangga dewasa menyerang
tanaman kakao muda dengan naik ke bagian daun pada malam hari.
Larvanya dapat merusak akar.
Gejala
dan kerugian yang ditimbulkan :
Serangannya
berlangsung pada malam hari. Apogonia
sp. merusak daun kakao muda sehingga kelangsungan fotosintesis
terhambat. Apogonia
sp. menggerek mulai dari bagian pinggir daun. Tingkat serangan
Apogonia
sp. tampaknya berhubungan dengan kerapatan pohon pelindung. Pada
areal yang penanaman pohon pelindungnya sangat intensif, tingkat
serangan Apogonia
sp. tinggi. Tingkat serangan juga dipengaruhi oleh keadaan gulma di
areal pertanaman kakao.
Pengendalian
dilakukan dengan cara mekanis dan sanitasi kebun.
- Tikus (Rat)
Gambar 9 :
Ordo
: Rodintia
Famili
: Muridae
Genus
: Rattus
Spesies
:
Rattus argentiventer
Rob. & Kloss
Bioekologi
:
Tikus berumur 1,5
bulan dapat berkembang biak dan menghasilkan anak 8-12 ekor dengan
masa kehamilan 21 hari. Setelah 3 minggu, anak tikus memisahkan diri
dari induknya dan mencari makanan sendiri.Seekor tikus dapat
melahirkan 4 kali setahun.
Gejala dan kerugian
yang ditimbulkan :
Buah
kakao
yang terserang akan berlubang dan akan rusak atau busuk karena
kemasukan air hujan dan serangan bakteri atau jamur.
Pengendalian
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
- Melepas musuh alami seperti ular dan burung hantu untuk mengurangi jumlah hama ini.
Penyakit yang
menyerang tanaman kakao
- Penyakit Busuk Buah (Phytophthora palmivora)
Gambar 11 :
Ordo
: Pythiales
Famili
: Pythiaceae
Genus
: Phytophthora
Spesies
:
Phytophthora
palmivora
Bioekologi
:
Jamur
ini mengadakan infeksi pada buah dapat bersumber dari tanah, batang
yang sakit kanker batang, buah yang sakit, dan tumbuhan inang
lainnya. P.
palmivora
terutama dapat bertahan dalam tanah. Dari sini jamur dapat terbawa
oleh percikan-percikan air hujan ke buah-buah yang dekat tanah.
Setelah mengadakan infeksi, dalam beberapa hari jamur pada buah bisa
sudah dapat menghasilkan banyak sporangium. Sporangium ini dapat
terbawa oleh percikan air, atau oleh angin, dan mencapai buah-buah
yang lebih tinggi. Jamur yang berada dalam tanah dapat juga terangkut
oleh serangga-serangga, seperti semut, sehingga mencapai buah-buah
yang tinggi. Dari buah yang tinggi sporangium dapat terbawa oleh air
ke buah-buah
di bawahnya. Dari buah yang sakit jamur dapat berkembang melalui
tangkai dan menyerang bantalan buah dan dapat berkembang terus
sehingga menyebabkan terjadinya penyakit kanker batang. Dari sini
kelak jamur dapat kembali menyerang buah. Berat ringannya penyakit
busuk buah ditentukan oleh banyak faktor, antara lain kelembapan
udara, curah hujan, cara bercocok tanam, banyaknya buah pada pohon,
dan jenis tanaman.
Gejala
dan kerugian yang ditimbulkan :
Buah
kakao yang terserang berbercak coklat kehitaman, biasanya dimulai
dari ujung atau pangkal buah dengan cepat menyebar ke seluruh buah.
Buah menjadi busuk dalam waktu 14-22 hari. Pada permukaan buah yang
sakit tadi timbul lapisan yang berwarna putih bertepung. Jamur juga
masuk ke dalam buah dan menyebabkan busuknya biji-biji. Tetapi kalau
penyakit timbul pada buah yang hampir masak, biji-biji masih bisa
dipungut dan dimanfaatkan.
Pengendalian
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
- Mengurangi kelembapan kebun, misalnya dengan memperbaiki drainase, memangkas tanaman kakao dan pohon pelindung dengan teratur, dan mengendalikan gulma.
- Mempertahankan serasah sebagai mulsa di sekitar pangkal batang.
- Memanen buah yang masak secara teratur sambil membersihkan buah-buah yang sakit. Buah yang sakit beserta dengan kulit buah (cangkang) dipendam cukup dalam sehingga paling sedikit tertutup tanah setebal 10 cm.
- Buah diselubungi dengan plastic untuk mengendalikan busuk buah dan penggerek buah kakao.
- Selama musim penghujan buah-buah disemprot dengan fungisida.
- Kanker Batang
Gambar :
Ordo
: Pythiales
Famili
: Pythiaceae
Genus
: Phytophthora
Spesies
:
Phytophthora
palmivora
Bioekologi
:
Jamur
ini mengadakan infeksi pada buah dapat bersumber dari tanah, batang
yang sakit kanker batang, buah yang sakit, dan tumbuhan inang
lainnya. P.
palmivora
terutama dapat bertahan dalam tanah. Dari sini jamur dapat terbawa
oleh percikan-percikan air hujan ke buah-buah yang dekat tanah.
Setelah mengadakan infeksi, dalam beberapa hari jamur pada buah bisa
sudah dapat menghasilkan banyak sporangium. Sporangium ini dapat
terbawa oleh percikan air, atau oleh angin, dan mencapai buah-buah
yang lebih tinggi. Jamur yang berada dalam tanah dapat juga terangkut
oleh serangga-serangga, seperti semut, sehingga mencapai buah-buah
yang tinggi. Dari buah yang tinggi sporangium dapat terbawa oleh air
ke buah-buah
di bawahnya. Dari buah yang sakit jamur dapat berkembang melalui
tangkai dan menyerang bantalan buah dan dapat berkembang terus
sehingga menyebabkan terjadinya penyakit kanker batang. Jika buah
yang terserang P.
palmivora tidak
segera dipetik, jamur akan berkembang melalui tangkai buah dan
menginfeksi kulit batang atau cabang. Dari
sini kelak jamur dapat kembali menyerang buah. Jamur
tidak dapat menginfeksi batang yang sehat, kecuali kalau terdapat
luka-luka, misalnya luka karena serangga.
Faktor-faktor
yang membantu pada busuk buah akan membantu kanker batang. Namun
kalau usaha pemetikan buah sakit dilakukan dengan teliti, kanker
batang hanya akan sedikit menimbulkan kerugian. Pada pohon yang sehat
biasanya hanya terjadi kanker-kanker kecil. Gangguan yang berat
biasanya menunjukkan adanya faktor lingkungan yang kurang baik atau
tindakan agronomi yang kurang tepat.
Gejala
dan kerugian yang ditimbulkan :
Yang
dimaksud dengan kanker dalam ilmu penyakit tumbuhan adalah luka yang
berbatas jelas pada kulit, dikelilingi oleh jaringan kalus, yang
seringkali terbuka sehingga kayu tampak dari luar.
Pada
penyakit
kanker batang kakao pada batang atau cabang yang besar terdapat
tempat yang warnanya lebih gelap dan agak mengendap. Pada tanaman
yang sangat rentan tempat ini sering mengeluarkan cairan kemerahan,
yang setelah mongering tampak seperti lapisan karat pada permukaan
kulit. Gejala ini sukar terlihat karena tertutup oleh lapisan luar
kulit, lebih-lebih kalau permukaan batang tertutup oleh lumut atau
lumut kerak. Kalau lapisan kulit luar dikorek, tampak bahwa lapisan
kulit bagian dalam berwarna merah kecoklatan. Bercak ini dapat meluas
dengan cepat sehingga banyak kulit produktif yang rusak.
Pengendalian dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut.
- Buah-buah yang bergejala busuk buah harus segera dipetik dan dipendam karena busuk buah berkaitan dengan timbulnya kanker batang.
- Perlu diusahakan agar infeksi pada kulit dapat segera diketahui. Pada bagian yang sakit kulit luar (kerak) dikorek, sehingga kulit dalam terlihat.
- Pemeliharaan kebun yang dilakukan sebaik-baiknya akan meningkatkan ketahanan pohon-pohon. Lebih-lebih kalau usaha ini disertai dengan pembersihan buah-buah sakit dengan daur yang pendek, misalnya seminggu sekali.
- Vascular Streak Dieback (VSD)
Gambar :
Ordo
: Uredinales
Kelas
: Basidiomycetes
Genus
: Oncobasidium
Spesies
:
Oncobasidium
theobromae
Bioekologi
:
O.
theobromae adalah
jamur yang sangat unik, merupakan satu-satunya jenis Basidiomycotina
yang menginfeksi xylem, dipencarkan oleh angin, menginfeksi daun.
Sifatnya mendekati sifat jamur yang biotrofik. O.
theobromae membentuk
Basidiospora yang hanya pada waktu malam, dan disebarkan oleh angin.
Dengan cara ini jamur tidak dapat tersebar jauh, karena kelembapan
tinggi pada umumnya hanya terjadi bila udara tenang. Untuk
pembentukan Basidiospora tubuh buah jamur harus basah diwaktu malam.
Adanya hujan malam yang diikuti dengan embun akan membantu penyebaran
penyakit.
Gejala
dan kerugian yang ditimbulkan :
Satu
atau dua daun pada flush kedua atau ketiga di belakang titik tumbuh
menguning secara khas. Pada daun ini terjadi bercak-bercak hijau
kecil yang berbatas tegas, yang tersebar pada latar belakang kuning.
Daun yang sakit akan gugur beberapa hari setelah menguning. Pada
ranting yang bersangkutan terjadi gejala ompong, satu atau dua daun
gugur, sedangkan beberapa daun di sebelah bawah dan atasnya masih
lengkap. Jika lapisan permukaan dari bekas tangkai daun yang sudah
gugur disayat, terlihat adanya tiga noktah yang berwarna coklat
kehitaman. Lalu adanya garis-garis berwarna coklat pada berkas
pembuluh (vascular streak) yang terlihat pada penampang membujur
cabang dan ranting-ranting mati dari ujungnya (dieback).
Pengendalian
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
- Penanaman kultivar yang tahan terhadap penyakit ini.
- Melakukan pemangkasan untuk menghilangkan ranting atau cabang yang sakit yang mengandung jamur (sanitasi) dan untuk mengurangi kelembapan kebun.
- Pembibitan dibuat jauh dari kebun yang berpenyakit agar pembibitan menghasilkan bibit yang sehat.
- Jamur Upas
Gambar :
Ordo
: Stereales
Famili
: Corticiaceae
Genus
: Corticium
Spesies
:
Corticium
salmonicolor
Bioekologi
:
Jamur upas
dipencarkan oleh Basidiospora yang terbawa oleh angin. Basidiospora
tidak dapat terangkut jauh dengan tetap hidup karena mempunyai
dinding tipis dan hanya terbentuk bila udara lembap (udara yang
lembap hanya terjadi kalau udara tenang). Adanya infeksi jamur upas
pada satu pohon berarti bahwa sumber infeksi berada di sekitarnya.
Selain dari cabang kakao yang sakit, infeksi bisa terjadi dari
bermacam-macam tanaman inang seperti karet, kopi, pala, lada, jeruk,
melinjo, nangka, jati, dan damar. Penyakit dibantu oleh kelembapan
udara yang tinggi, sehingga terdapat dalam kebun yang gelap, dan pada
musim hujan.
Gejala
dan kerugian yang ditimbulkan :
Infeksi
jamur ini pertama kali terjadi pada sisi bagian bawah cabang ataupun
ranting. Apabila menyerang ranting dan cabang kecil umumnya tidak
menimbulkan kerugian yang berarti, karena
dengan memotong ranting/cabang kecil yang terserang cukup untuk
mengendalikan jamur ini dan tumbuhnya bunga pada ranting dan cabang
kecil tidak kita harapkan.
Serangan
dimulai dengan adanya benang-benang jamur tipis seperti sutera,
berbentuk
sarang
laba-laba. Pada fase ini jamur belum masuk ke dalam jaringan kulit.
Pada bagian ujung dari cabang yang sakit, tampak daun-daun layu dan
banyak yang tetap melekat pada cabang, meskipun sudah kering.
Pengendalian
dapat dilakukan dengan cara mekanis, yaitu memotong cabang/ranting
sakit sampai 15 cm pada bagian yang masih sehat; membersihkan
/mengeruk benang-benang jamur pada gejala awal dari cabang yang
sakit, kemudian diolesi dengan fungisida. Cara kedua adalah dengan
kultur teknis, yaitu pemangkasan pohon pelindung untuk mengurangi
kelembaban kebun sehingga sinar matahari dapat masuk ke areal
pertanaman kakao.
- Penyakit Antraknose
Gambar :
Ordo
: Melanconiales
Famili
: Melanconiacea
Genus
: Colletotrichum
Spesies
:
Colletotrichum
gloeosporioides
Bioekologi
:
Penyakit
ini tersebar melalui spora yang
terbawa angin ataupun percikan air hujan. Penyakit cepat berkembang
terutama pada musim hjan dengan cuaca panas dan kelembaban tinggi.
Gejala
dan kerugian yang ditimbulkan :
Pada
daun muda nampak bintik-bintik
coklat tidak beraturan dan dapat menyebabkan gugur daun. Ranting
gundul berbentuk seperti sapu dan mati. Pada buah muda nampak
bintik-bintik coklat yang berkembang menjadi bercak coklat berlekuk
(antraknose). Buah muda yang terserang menjadi layu, kering, dan
mengeriput. Serangan pada buah tua akan menyebabkan gejala busuk
kering pada ujungnya.
Pengendalian
penyakit dilakukan dengan memangkas cabang & ranting yang
terinfeksi, mengambil buah-buah yang sakit dikumpulkan dan ditanam
atau dibakar. Melakukan
pemupukan (N,P,K) satu setengah kali dosis anjuran. Pengaturan
naungan sehingga tajuk pohon kakao tidak terkena sinar matahari
langsung dan perbaikan drainase tanah untuk menghindari genangan air
di dalam kebun.
Referensi
Anonim.
(1998). Pengenalan dan Pengendalian Hama-Penyakit Tanaman Kakao.
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao. Jember. No. Seri:01.004.98. 28 hal.
Borror,
D.J., C.A. Triplehorn dan N.F. Johnson (1989). An
Introduction to the Study of Insects. Sixth Edition. Harcourt Brace
College Publishers, Fort Worth, TX, USA.
Nuraini,
Siti, Sri Widyaningsih, Riyatno, A. Sipayung dan H. Suhartawan
(1996). Pedoman
Pengembangbiakan Burung Hantu, Tyto alba, Sebagai Predator Tikus di
Areal TanamanPerkebunan. Dokumen A.H.T.2, Departemen Pertanian,
Direktorat Jenderal Perkebunan,Jakarta, Indonesia.