Selasa, 22 Oktober 2013

Hama dan Penyakit yang Menyerang Padi dan Jagung



Tanaman padi

A.        Hama yang menyerang tanaman padi
1.         Hama Putih (Caseworm)
      Ordo : Lepidoptera
             Famili : Pyralidae
             Genus : Nymphuta
      Spesies : Nymphuta depunctalis Guen
      Bioekologi :
                Hama putih jarang menyebabkan masalah di pertanaman padi. Tanda adanya hama ini di lapang adalah dari ngengat kecil dan larva. Warna ngengat putih sampai putih seperti perak dengan bercak-bercak coklat pada sayapnya. Ujung sayap ada garis dengan warna lebih tua.  Telurnya yang kecil diletakkan satu per satu pada tanaman padi yang masih muda.  Stadia tanaman yang paling rentan adalah pada fase pembibitan sampai stadia anakan. Stadia hama yang merusak adalah stadia larva. Larva yang baru saja menetas terus merayap ke atas menuju daun. Sebelum sampai ujung, daun digigit di kanan-kiri sampai tulang ke tulang utama sehingga daun akan menggulung sendiri. Larva kemudian masuk ke dalam gulungan daun yang berbentuk tabung. Setelah itu tepi daun direkatkan. Selanjutnya tulang daun utama digigitnya sampai putus. Demikian juga ujung daun yang berlebihan digigitnya sehingga terbentuklah rumahnya yang berbentuk tabung dengan panjang ± 2-4 cm. Tabung ini kelihatan bergantungan dan ada juga yang mengapung di atas permukaan air. Perkembangan larvanya 14-20 hari. Setelah berusia 20 hari, larva mulai merapat diri pada batang padi, lalu berkepompong. Masa berkepompong ± 7 hari. Setelah kepompong menjadi ngengat, hama putih ini suka terbang waktu malam dan tertarik pada cahaya lkampu. Siklus hidup hama putih adalah 35 hari.
                Gejala dan kerugian yang ditimbulkan :
                Gejala kerusakan pada daun yang khas yaitu daun terpotong seperti digunting. Daun yang terpotong tersebut dibuat menyerupai tabung yang digunakan larva untuk membungkus dirinya, dimana larva aman dengan benang-benang sutranya. Larva bernafas dari dalam tabung dan memerlukan air di sawah. Gulungan daun yang berisi larva akan mengapung di atas permukaan air pada siang hari dan makan pada malam hari. Larva akan memanjat batang padi membawa gulungan daunnya yang berisi air untuk pernafasannya. Tingkat ambang ekonomi adalah lebih dari 25% daun rusak atau 10 daun rusak per rumpun.
                Pengendaliannya dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a.         Mengeringkan persemaian padi selama 7-10 hari untuk mematikan larva hama ini karena larvanya senang hidup dengan air.
b.        Penggunaan bibit sehat.
c.         Melepaskan musuh alami seperti semut yang memakan larvanya.
d.        Menggugurkan dan memusnahkan tabung daun.

2.         Wereng Padi Coklat (Brown Planthopper = BPH)
            Ordo : Homoptera
            Famili : Delphacidae
            Genus : Nilaparvata
            Spesies : Nilaparvata lugens (Stal)
            Bioekologi :
           Wereng sebelumnya termasuk hama sekunder dan menjadi hama penting akibat penyemprotan pestisida yang tidak tepat pada awal pertumbuhan tanaman, sehingga membunuh musuh alami. Pertanaman yang dipupuk nitrogen tinggi dengan jarak tanam rapat merupakan kondisi yang sangat disukai wereng. Stadia tanaman yang rentan terhadap serangan wereng coklat adalah dari pembibitan sampai fase matang susu. Wereng coklat betina bertelur sebanyak ± 200-700 butir yang diletakkan dalam pelepah daun atau sepanjang urat tengah dan menetas dalam 5-9 hari. telurnya berwarna keputih-putihan dalam barisan memanjang. Nimfa mengalami 5 instar dalam waktu 12-18 hari, berwarna coklat muda sampai tua. Wereng coklat mempunyai mulut pengisap dan memasukkan alat pengisap untuk menghisap cairan tanaman pada sistem vaskular (pembuluh tanaman). Siklus hidupnya 21-33 hari. Dalam satu tahun mungkin ada 4 atau lebih generasi
           Gejala dan kerugian yang ditimbulkan :
          Wereng coklat dapat menyebabkan daun berubah kuning oranye sebelum menjadi coklat dan mati. Dalam keadaan populasi wereng tinggi dan varietas yang ditanam rentan wereng coklat dapat mengakibatkan tanaman seperti terbakar atau “hopperburn”. Karena nimfa dan wereng coklat dewasa mengisap cairan lebih banyak sebagai makanannya daripada mencernakan makanan maka wereng ini mengeluarkan embun madu yang menyebabkan bercak hitam yang disebabkan cendawan jalaga. Wereng coklat juga dapat menularkan penyakit virus kerdil hampa dan virus kerdil rumput, dua penyakit yang sangat merusak. Ambang ekonomi hama ini adalah 15 ekor per rumpun
           Pencegahan dan pengendalian dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut.
·      Bersihkan gulma dari sawah dan areal sekitarnya.
·      Gunakan varietas tahan seperti Ciherang, Mekongga, dan Cigeulis.
·      Amati wereng di persemaian setiap hari, atau setiap minggu setelah tanam pindah pada batang dan permukaan air. Periksa kedua sisi persemaian. Pada tanaman yang lebih tua, pegang tanaman dan rebahkan sedikit dan tepuk dengan pelan dekat bagian basal untuk melihat kalau ada wereng yang jatuh ke permukaan air.
·      Gunakan perangkap cahaya waktu malam ketika terlihat ada gejala serangan wereng. Jangan tempatkan cahaya dekat persemaian atau sawah. Bila perangkap cahaya diserbu oleh berates wereng, berarti persemaian dan sawah perlu segera diperiksa; lalu amati setiap hari dalam beberapa minggu berikutnya.
·       Pemupukan nitrogen harus hati-hati sebab bila pemupukan nitrogen tinggi akan mendorong perkembangan populasi wereng coklat.
·      Sawah yang tergenang air sebaiknya segera dikeringkan selama 3-4 hari karena jika tergenang air terus-menerus maka akan menjadi tempat berkembangbiak wereng coklat
·      Sapu persemaian dengan jaring untuk menghilangkan wereng (tapi tidak telurnya), terutama dari persemaian kering. Pada kepadatan wereng yang tinggi, penyapuan tidak akan dapat menghilangkan wereng dalam jumlah banyak dari bagian basal tanaman.
·      Bila musuh alami lebih banyak jumlahnya daripada wereng, risiko ledakan serangan kecil. Musuh alami wereng termasuk laba-laba, beberapa jenis parasitoid seperti Apanteles spp., Cotesia spp., Trichogramma spp., capung, itik, katak.
·      Penggunaan insektisida harus mempertimbangkan risiko terhadap kesehatan dan lingkungan. Penggunaan insektisida yang tidak sesuai dengan prinsip tepat jenis, tepat dosis, dan tepat waktu akan mengganggu keseimbangan alami karena terbunuhnya musuh alami wereng, menyebabkan resurjensi atau ledakan serangan hama. Baca petunjuk yang tertera di label dengan teliti sebelum pestisida digunakan.

3.         Walang Sangit (Rice Bug)
Ordo : Hemiptera
Famili : Alydidae
Genus : Leptocorisa
Spesies : Leptocorisa acuta Thunberg
Bioekologi :
           Walang sangit merupakan hama yang umum merusak bulir padi pada fase pemasakan. Serangga apabila diganggu akan mempertahankan diri dengan mengeluarkan bau. Selain sebagai mekanisme pertahanan diri, bau yang dikeluarkan juga digunakan untuk menarik walang sangit lain dari spesies yang sama. Fase pertumbuhan tanaman padi yang rentan terhadap serangan walang sangit adalah dari keluarnya malai sampai matang susu karena mengisap buah padi sehingga buahnya kosong.
Telur walang sangit berwarna hitam kecoklat-coklatan yang diletakkan dalam barisan di permukaan atas daun padi. Jumlah telur pada setiap kelompok kira-kira 10-20 butir. Setiap walang sangit betina dapat bertelur lebih dari 100 butir telur dan telur akan menetas setelah 6-7 hari. Nimfa mengalami 5 instar selama 17-27 hari. Walang sangit yang dewasa berbentuk langsing dan panjangnya sekitar 16-18 mm. Bagian perut berwarna hijau atau krem dan pada punggungnya berwarna coklat kehijau-hijauan. Daur hidup rata-rata mencapai sekitar 5 minggu, lebih kurang 23-34 hari. Bila keadaan kehidupan ideal, daur hidupnya dapat mencapai 115 hari.    Ambang ekonomi walang sangit adalah lebih dari 1 ekor walang sangit per dua rumpun pada masa keluar malai sampai fase pembungaan. Mekanisme merusaknya yaitu menghisap butiran gabah yang sedang mengisi.
          Gejala dan kerugian yang ditimbulkan :
           Baik nimfa maupun walang sangit dewasa mengisap bulir pada yang masih pada tingkatan masak susu sehingga malai padi menjadi hampa atau berkualitas rendah seperti berkerut, berwarna coklat dan tidak enak. Sebelum butiran padi terbentuk, walang sangit mengisap tunas-tunas muda dan daun muda yang empuk dan berair.  Pada daun terdapat bercak bekas isapan dan bulir padi berbintik-bintik hitam.  Kerugian yang ditimbulkan oleh serangan walang sangit dapat mencapai antara 10-40%.
           Pengendalian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a.         Bertanam serempak agar makanan tidak tersedia terus-menerus sehingga dapat memutus siklus hidupnya.
b.        Peningkatan kebersihan dengan Kendalikan gulma di sawah dan di sekitar pertanaman.
c.         Mengumpulkan dan memusnahkan telur sehingga mengurangi jumlah hama ini.
d.        Melepas musuh alami seperti jangkrik, laba-laba, parasitoid Chrysona spp., capung.
e.        Ratakan sawah dan pupuk secara merata agar pertumbuhan tanaman seragam.
f.          Tangkap walang sangit dengan menggunakan jaring sebelum stadia pembungaan.
g.         Umpan walang sangit dengan menggunakan ikan yang sudah busuk, daging yang sudah rusak, atau dengan kotoran ayam.
h.        Rotasi tanaman agar dapat memutus siklus hidup dari walang sangit.
i.           Penyemprotan dengan insektisida. Aplikasi insektisida dilakukan apabila serangan sudah mencapai ambang ekonomi. Aplikasi insektisida sebaiknya dilakukan pada pagipagi sekali atau sore hari ketika walang sangit berada di kanopi.

4.          Kepik Hijau (Nezara viridula)
Ordo : Hemiptera
Famili : Pentatomidae
Genus : Nezara
Spesies : Nezara viridula
Bioekologi :
            Nezara hidupnya berkelompok, sangat dinamis, dan sering berpindah tempat. Nezara betina yang berukuran tidak lebih dari 16 mm itu selama hidupnya dapat menghasilkan tidak kurang dari 1100 butir. Kapasitas ini melampaui kemampuan bertelur ayam leghorn yang hanya dapat menghasilkan rata-rata 300 telur dalam 1 tahun. Telur diletakkan berkelompok pada daun masing-masing berjumlah 10-90 butir. Dari telur hingga dewasa memakan waktu 4-8 minggu dan dapat mencapai umur hingga 6 bulan. hama ini menyerang batang dan buah padi.
            Gejala :
            Gejala yang terlihat yaitu pada batang tanaman terdapat bekas tusukan, buah padi yang diserang memiliki noda bekas isapan dan pertumbuhan tanaman terganggu.
            Pengendalian dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a.         Mengumpulkan dan memusnahkan telur-telurnya.
b.        Penggunaan musuh alami yaitu parasitoid telur Ooencyrtus malayensis Ferr. dan Telenomus sp. agar dapat mengatur kerusakan pada stadia awal. Karena parasitoid telur bisa menyerang telur hama sebelum menjadi larva.
c.         Penyemprotan dengan insektisida.

5.         Penggerek Batang Padi (Stem Borer)
Terdiri atas:
·      Penggerek batang padi kuning (Scirpophaga incertulas Wlk.)
Ordo : Lepidoptera
Famili : Pyralidae
Genus : Scirpophaga
Spesies : Scirpophaga incertulas Wlk.
·      Penggerek batang padi putih (Scirpophaga innotata Wlk.)
Ordo : Lepidoptera
Famili : Pyralidae
Genus : Scirpophaga
Spesies :  Scirpophaga innotata Wlk.
·      Penggerek batang padi bergaris (Chilo suppressalis Wlk.)
Ordo : Lepidoptera
Famili : Pyralidae
Genus : Chilo
Spesies : Chilo suppressalis Wlk.
·      Penggerek batang padi merah jambu (Sesamia inferens Wlk.)
Ordo : Lepidoptera
Famili : Noctuidae
Genus : Sesamia
Spesies : Sesamia inferens Wlk.
Bioekologi :
Penggerek batang padi merupakan hama yang sangat penting pada padi dan sering menimbulkan kerusakan dan menurunkan hasil panen secara nyata. Terdapatnya penggerek di lapang dapat dilihat dari adanya ngengat di pertanaman dan larva di dalam batang. Daur hidup semua hama penggerek batang padi hampir sama.  Mekanisme kerusakan disebabkan larva merusak sistem pembuluh tanaman di dalam batang. Stadia tanaman yang rentan terhadap serangan penggerek adalah dari pembibitan sampai pembentukan malai. Ngengat betina dewasa bertelur lebih kurang 200 telur yang diletakkan pada daun atau pelepah daun tanaman dan telurnya ditutup dengan bulu-bulu seperti beludru berwarna coklat muda. beberapa telur ada yang berbentuk sisik. Telur akan menetas sesudah 5-10 hari. Kemudian larva makan daun. Beberapa hari kemudian, mereka akan menggerek batang dan masuk ke dalam batang serta makan bagian dalam batang (teras) padi. Tingkatan larva lamanya sekitar 28-35 hari. Larva menjadi pupa pada pangkal batang padi, walaupun mungkin juga terjadi dalam tanah. Sekitar 10 hari pupa menetas menjadi ngengat. Siklus hidupnya 40-70 hari tergantung pada spesiesnya.
Gejala dan kerugian yang ditimbulkan:
Karena bagian dalam batang dimakan hama penggerek, maka aliran air yang membawa unsure hara terganggu, sehingga batang menjadi lemah dan mudah patah. selain itu, pucuk tanaman layu, kering berwarna kemerahan dan mudah dicabut, daun mengering dan seluruh batang kering. Penggerek batang padi putih dan bergaris masuk ke dalam pelepah daun dan berjalan menuju ke titik tumbuh sehingga merusak tanaman tersebut. Hama pada tanaman muda ini disebut hama "sundep". Bila tanaman padi yang diserang sesudah bulirnya terbentuk, maka aliran air yang membawa unsur hara pada malai terganggu. Akibatnya tanaman padi menghasilkan malai-malai yang hampa dan berwarna keputih-putihan sehingga disebut hama "beluk". Ambang ekonomi penggerek batang adalah bila ada 2 ngengat dewasa atau satu kelompok telur/m2 atau 10% sundep atau 2% beluk. Perlu diketahui bahwa kerusakan pada stadia generatif maka tindakan pengendalian sudah terlambat atau tidak efektif lagi.
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a.         Menggunakan varitas tahan dan berumur pendek agar cepat panen.
b.        Meningkatkan kebersihan lingkungan.
c.         Menggenangi sawah selama 15 hari setelah panen agar kepompong mati.
d.        Membakar jerami agar telur, larva atau pupa yang masih tertinggal dalam jerami bisa dimusnahkan.
e.        Penggunaan musuh alami seperti parasitoid Trichogramma japonicum, Parasitoid Trichogramma braziliensis, kumbang tanah, jangkerik, semut, laba-laba.
f.          Penanaman dan pemanenan secara serentak agar makanan bagi hama tidak tersedia terus menerus sehingga dapat memutus siklus hidupnya.
g.         Rotasi tanaman agar dapat memutus siklus hidup dari hama tersebut.

6.         Keong Mas (Golden Apple Snail)
           Ordo : Prosbrancia
           Famili : Ampullariidae
           Genus : Pomacea
           Spesies : Pomacea canaliculata Lamarck
           Bioekologi :
           Keong mas merupakan salah satu hama penting yang menyerang padi muda terutama di sawah yang ditanam dengan sistem tabela. Waktu kritis untuk mengendalikan keong mas adalah pada saat 10 hari setelah tanam pindah, atau 21 hari setelah sebar benih (benih basah). Setelah itu laju pertumbuhan tanaman lebih besar daripada laju kerusakan oleh keong mas. Bila di sawah diketahui ada keong mas, perlu dilakukan pengaturan air karena keong mas menyenangi tempat-tempat yang digenangi air. Jika petani menanam dengan sistem tanam pindah maka pada 15 hari setelah tanam pindah, sawah perlu dikeringkan kemudian digenangi lagi secara bergantian (flash flood = intermitten irrigation). Bila petani menanam dengan sistem tabela (tanam benih secara langsung), selama 21 hari setelah sebar benih sawah perlu dikeringkan kemudian digenangi lagi secara bergantian. Selain itu perlu dibuat caren di dalam dan di sekeliling petakan sawah sebelum tanam, baik di musim hujan maupun kemarau.
            Gejala dan kerugian yang ditimbulkan:
            Keong mas merusak tanaman dengan cara memarut jaringan tanaman dan memakannya, menyebabkan adanya bibit yang hilang di per-tanaman. Bekas potongan daun dan batang yang diserangnya terlihat mengambang.
             Pengendalian dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut.
a.         Secara fisik, gunakan saringan berukuran 5 mm mesh yang dipasang pada tempat air masuk di pematang untuk meminimalkan masuknya keong mas ke sawah dan memudahkan pemungutan dengan tangan.
b.         Secara mekanis, pungut keong dan hancurkan. Telur keong mas dihancurkan dengan kayu/ bambu.
c.         Bila di suatu lokasi sudah diketahui bahwa keong mas adalah hama utama, sebaiknya tanam bibit yang tua dan tanam lebih dari satu bibit per rumpun; buat caren di dalam dan di sekeliling petakan sawah.
d.         Bila diperlukan gunakan pestisida yang berbahan aktif niclos amida dan pestisida botani seperti lerak, deris, dan saponin. Aplikasi pestisida dilakukan di sawah yang tergenang, di caren, atau di cekungan-cekungan yang ada airnya tempat keong mas berkumpul.

7.         Burung (bird)
contoh burung :
·         Burung Gereja
Genus : Passer
Spesies : Passer montanus
·         Burung Mayar
Genus : Ploceus
Spesies : Ploceus manyar
·         Burung Gelatik
Genus : Padda
Spesies : Padda oryzivora
            Bioekologi :
            Burung menyerang tanaman padi yang sudah dalam fase matang susu sampai pemasakan biji (sebelum panen).
           Gejala :
           Serangan mengakibatkan biji hampa, adanya gejala seperti beluk, dan biji banyak yang hilang. Menyerang menjelang panen, tangkai buah patah, biji berserakan.
           Pengendalian dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut.
a.         Mengusir dengan bunyi-bunyian atau orang-orangan. Penjaga burung mulai dari jam 6-10 pagi dan jam 2-6 sore karena waktu-waktu tersebut merupakan waktu yang kritis bagi tanaman diserang burung.
b.        Gunakan jaring untuk mengisolasi sawah dari serangan burung; luas sawah yang di isolasi kurang dari 0,25 hektar.
c.          Bila tanam tabela:
- benih yang sudah disebar di sawah ditutup dengan tanah;
- benih yang digunakan harus lebih banyak;
- gunakan orang-orangan atau tali yang diberi plastik untuk menakut-nakuti burung;
- pekerjakan penjaga burung;
- tanam serentak dengan sekitarnya, jangan menanam atau memanen di luar musim agar tidak dijadikan sebagai satu-satunya sumber makanan pada saat itu.
d.     Kendalikan habitat/sarang burung.

B.        Penyakit yang menyerang tanaman padi
1.         Penyakit Blas (blast)
           Penyebabnya adalah jamur Pyricularia oryzae
           Gejala: menyerang daun, buku pada malai dan ujung tangkai malai. Daun, gelang buku, tangkai malai dan cabang di dekat pangkal malai membusuk. Pemasakan makanan terhambat dan butiran padi menjadi hampa. Penyakit blas menginfeksi tanaman padi pada setiap fase pertumbuhan. Gejala khas pada daun yaitu bercak berbentuk belah ketupat - lebar di tengah dan meruncing di kedua ujungnya. Ukuran bercak kira-kira 1-1,5 x 0,3-0,5 cm berkembang menjadi berwarna abu-abu pada bagian tengahnya. Daun-daun varietas rentan bisa mati. Bercak penyakit blas sering sukar dibedakan dengan gejala bercak coklat Helminthosporium. Blas dapat menginfeksi tanaman padi pada semua stadia pertumbuhan. Infeksi bisa terjadi juga pada ruas batang dan leher malai yang disebut blas leher (neck blast). Leher malai yang terinfeksi berubah menjadi kehitam-hitaman dan patah, mirip gejala beluk oleh penggerek batang. Apabila blas leher terjadi, hanya sedikit malai yang berisi atau bahkan hampa. Pemupukan nitrogen dalam takaran tinggi dan cuaca yang lembab, terutama musim hujan, menguntungkan bagi terjadinya infeksi.
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a.         Membakar sisa jerami.
b.        Menggenangi sawah.
c.         Gunakan beberapa varietas tahan secara bergantian untuk mengantisipasi perubahan ras cendawan yang relatif cepat.
d.        Gunakan pupuk nitrogen sesuai anjuran.
e.        Upayakan waktu tanam yang tepat, agar waktu awal pembungaan (heading) tidak banyak embun dan hujan terus-menerus.
f.          Pengendalian secara kimiawi, gunakan fungisida (bila diperlukan) yang berbahan aktif metil tiofanat atau fosdifen dan kasugamisin.
g.         Perlakuan benih.

2.         Hawar Pelepah Daun (Sheath Blight)
           Penyebabnya adalah jamur Rhizoctonia solani Kuhn. Cendawan ini terdapat dalam tanah. Penyakit ini bisa menular ke tanaman sehat. Penyakit ini juga bisa bersifat saprofit fakultatif dan menjadi parasit.
Infeksi penyakit ini periodik/hanya pada waktu-waktu tertentu ketika suhu udara dan kelembaban tinggi, dan tanaman diberi pupuk nitrogen/urea dengan takaran tinggi. Gejala penyakit dapat terlihat dari stadia anakan sampai stadia matang susu, yaitu pada pelepah daun, di antara permukaan air dan daun terdapat bercak/spot keabu-abuan yang berbentuk oval memanjang atau berbentuk elips. Menyebabkan jumlah dan mutu gabah menurun.
            Pengendalian dapat dilakukan dengan cara sebagai beriku.
a.         Menanam padi tahan penyakit.
b.        Atur pertanaman di lapang agar jangan terlalu rapat.
c.         Keringkan sawah beberapa hari pada saat anakan maksimum.
d.        Bajak yang dalam untuk mengubur sisa-sisa tanaman yang terinfeksi.
e.        Rotasi tanaman dengan kacang-kacangan untuk menurunkan serangan penyakit.
f.          Buang gulma dan tanaman yang sakit dari sawah.
g.         Gunakan fungisida (bila diperlukan)

3.         Hawar Daun Bakteri (Bacterial Leaf Blight - BLB) 
          Penyebabnya adalah Xanthomonas campestris pv. oryzae.
          Gejala penyakit berupa bercak berwarna kuning sampai putih berawal dari terbentuknya garis lebam berair pada bagian tepi daun. Bercak bisa mulai dari salah satu atau kedua tepi daun yang rusak, dan berkembang hingga menutupi seluruh helaian daun. Pada varietas yang rentan, bercak bisa mencapai pangkal daun terus ke pelepah daun. Infeksi pada pembibitan menyebabkan bibit menjadi kering. Bakteri menginfeksi masuk sistem vaskular tanaman padi pada saat tanam pindah atau sewaktu dicabut dari tempat pembibitan dan akarnya rusak, atau sewaktu terjadi kerusakan daun. Apabila sel bakteri masuk menginfeksi tanaman padi melalui akar dan pangkal batang, tanaman bisa menunjukkan gejala kresek. Seluruh daun dan bagian tanaman lainnya menjadi kering. Infeksi dapat terjadi mulai dari fase persemaian sampai awal fase pembentukan anakan. Sumber infeksi dapat berasal dari jerami yang terinfeksi, tunggul jerami, singgang dari tanaman yang terinfeksi, benih, dan gulma inang. Sel-sel bakteri membentuk butir-butir embun pada waktu pagi hari yang mengeras dan melekat pada permukaan daun.
         Pengendalian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a.         Penggunaan varietas tahan seperti Conde dan Angke adalah cara yang paling efektif.
b.        Sanitasi seperti membersihkan tunggul-tunggul dan jerami-jerami yang terinfeksi/sakit.
c.         Jika menggunakan kompos jerami, pastikan jerami dari tanaman sakit sudah terdekomposisi sempurna sebelum tanam pindah.
d.         Gunakan benih atau bibit yang bebas dari penyakit hawar daun bakteri.
e.        Gunakan pupuk nitrogen sesuai takaran anjuran.
f.           Jarak tanam jangan terlalu rapat.

4.         Penyakit Bakteri Daun Bergaris (Bacterial Leaf Streak) 
          Penyebab: bakteri Xanthomonas campestris pv. oryzicola.
          Infeksi penyakit ini biasanya terbatas pada helaian daun saja. Gejala yang timbul berupa bercak sempit berwarna hijau gelap yang lama-kelamaan membesar berwarna kuning dan tembus cahaya di antara pembuluh daun. Sejalan dengan berkembangnya penyakit, bercak membesar, berubah menjadi berwarna coklat, dan berkembang menyamping melampaui pembuluh daun yang besar. Seluruh daun varietas yang rentan bisa berubah warna menjadi coklat dan mati. Pada keadaan ideal untuk infeksi, seluruh pertanaman menjadi berwarna oranye kekuning-kuningan. Bakteri memasuki tanaman melalui kerusakan mekanik atau melalui terbukanya sel secara alami. Butir-butir embun yang mengandung bakteri akan muncul pada permukaan daun. Hujan dan angin membantu penyebaran penyakit ini. Stadia tanaman yang paling rentan adalah dari fase anakan sampai stadia pematangan. Pada infeksi yang berat, kehilangan hasil dapat mencapai 30%.
           Pengendalian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a.         Menghindari luka mekanis.
b.        Pergiliran varietas.
c.         Buang atau hancurkan tunggul-tunggul dan jerami-jerami yang terinfeksi/sakit.
d.        Pastikan jerami dari tanaman sakit sudah terdekomposisi sempurna sebelum tanam pindah.
e.        Gunakan benih atau bibit yang bebas dari penyakit bakteri daun bergaris.
f.          Gunakan pupuk nitrogen sesuai anjuran.
g.         Atur jarak tanam tidak terlalu rapat.
h.        Berakan tanah sesudah panen.

5.         Busuk Batang (Stem Rot)
                Sclerotium oryzae Cattaneo (anamorph),
                Magnaporthe salvinii (Cattaneo) R.A. Krause & R.K. Webster (telemorph)
                Helminthosporium sigmoideum
                Infeksi penyakit ini terjadi pada batang yang dekat dengan permukaan air, masuk melalui pembengkakan dan kerusakan. Gejala awal berupa bercak berwarna kehitam-hitaman, bentuknya tidak teratur pada sisi luar pelepah daun dan secara bertahap membesar (Gambar 18). Akhirnya, cendawan menembus batang padi yang kemudian menjadi lemah, anakan mati, dan akibatnya tanaman rebah (Gambar 19). Stadia tanaman yang paling rentan adalah pada fase anakan sampai stadia matang susu. Kehilangan hasil akibat penyakt ini dapat mencapai 80%.
                   Pengendalian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a.         Tunggul-tunggul padi sesudah panen dibakar atau didekomposisi.
b.        Keringkan petakan dan biarkan tanah sampai retak sebelum diari lagi.
c.         Gunakan pemupukan berimbang; pupuk nitrogen sesuai anjuran dan pemupukan K cenderung dapat menurunkan infeksi penyakit.
d.        Gunakan fungisida (bila diperlukan) yang berbahan aktif belerang atau difenokonazol.

Tanaman Jagung

A.        Hama yang menyerang tanaman jagung
1.         Penggerek Batang Jagung (Ostrinia furnacalis Guen)  
           Ordo : Lepidoptera
           Famili : Pyralidae
           Genus : Ostrinia
           Spesies : Ostrinia furnacalis Guen
           Bioekologi :
           Ngengat aktif malam hari dan tidak tertarik pada cahaya. Ngengat betina lebih menyukai meletakkan telur pada tanaman jagung yang tinggi dan telur di letakkan pada permukaan bagian bawah daun utamanya pada daun ke 5-9 secra berkelompok berbentuk bulat panjang atau tidak teratur berwarna putih kekuning-kuningan mengkilat seperti sutera, jumlahnya sekitar 10-40 butir telur, tetapi kadang-kadang lebih dari 90 butir. Seekor ngengat betina mampu bertelur mencapai 500-1500 butir. Biasanya hama ini bertelur seminggu sebelum terbentuk bunga betina (tongkol). Selanjutnya, telur menetas sekitar 3-10 hari dan larva yang baru menetas berwarna putih kekuning-kuningan, makan berpindah-pindah, larva muda mula-mula menggerek daun bagian bawah dan meninggalkan sisa-sisa makanan serta kotoran, kemudian menuju malai. Selanjutnya memakan malai dan memintal malai bersama serta membuat terowongan ke dalam tulang daun dan mengebor masuk ke dalam batang. Setelah instar lanjut menggerek batang, umur larva 17-30 hari. Pupa biasanya terbentuk di dalam batang, berwarna coklat kemerah merahan, umur pupa 6-9 hari.  Ngengat hidup selama 10-24 hari.
           Gejala dan kerugian yang ditimbulkan :
           Gejala serangan yaitu larva O. furnacalis ini mempunyai karakteristik kerusakan pada setiap bagian tanaman jagung yaitu lubang kecil pada daun, lubang gorokan pada batang, bunga jantan, atau pangkal tongkol, batang dan tassel yang mudah patah, tumpukan tassel yang rusak. Serangan yang hebat dapat menggagalkan panen.
           Pengendalian dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut.
a.         Waktu tanam yang tepat.
b.        Tumpangsari jagung dengan kedelai atan kacang tanah untuk membingungkan hama dalam mencari inang baik karena beraneka senyawa kimia yang dikeluarkan maupun tinggi rendahnya tanaman-tanaman yang ada di lahan tersebut .
c.          Rotasi tanaman untuk memutus siklus hidup hama ini dengan catatan hama pada tanaman jagung berbeda dengan hama pada tanaman lain.
d.        Pemanfaatan musuh alami seperti : Parasitoid Trichogramma spp. Parasitoid tersebut dapat memarasit telur O. furnacalis. Predator Euborellia annulata memangsa larva dan pupa O. furnacalis. Bakteri Bacillus thuringiensis Kurstaki mengendalikan larva O. furnacalis, Cendawan sebagai entomopatogenik adalah Beauveria bassiana dan Metarhizium anisopliae mengendalikan larva O. furnacalis. Ambang ekonomi 1 larva/tanaman.
e.        Menanam jagung agak lambat untuk menghindari telur hama lebih dini.
f.          Memindahkan batang-batang jagung sesudah panen dan memusnahkan tunggul batang jagung untuk mencegah larva tidur.
g.         Menghilangkan bunga jantan 3 dari 4 baris sesudah bunga jantan muncul untuk mengurangi pengebor jagung dan menambah hasil panenan.
h.        Penggunaan insektisida yang berbahan aktif monokrotofos, triazofos, diklhrofos, dan karbofuran efektif untuk menekan serangan penggerek batang jagung.

2.         Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)
           Ordo : Lepidoptera
           Famili : Noctuidae
           Genus : Spodoptera
           Spesies : Spodoptera litura F.
           Bioekologi :
           Ngengat dengan sayap bagian depan berwarna coklat atau keperak-perakan, sayap belakang berwarna keputihan, aktif malam hari. Telur berbentuk hampir bulat dengan bagian datar melekat pada balik daun (kadang tersusun 2 lapis), warna coklat kekuning-kuningan, berkelompok (masing-masing berisi 200-300 butir) tertutup bulu seperti beludru, menetas 3-4 hari. Larva mempunyai warna yang bervariasi, ulat yang baru menetas berwarna hijau muda, bagian sisi coklat tua atau hitam kecoklatan dan hidup berkelompok. Ulat menyerang tanaman pada malam hari, dan pada siang hari bersembunyi dalam tanah (tempat yang lembab). Biasanya ulat berpindah ke tanaman lain secara bergerombol dalam jumlah besar. Selanjutnya membentuk pupa. Ulat berkepompong dalam tanah, membentuk pupa tanpa rumah pupa (kokon) berwana coklat kemerahan dengan panjang sekitar 1,6 cm. Siklus hidup berkisar antara 30 – 60 hari (lama stadium telur 3 -4 hari, larva yang terdiri dari 5 instar : 20-46 hari, pupa 8 – 11 hari).
           Gejala :
           Gejala serangan larva yang masih kecil merusak daun dan menyerang secara serentak berkelompok. dengan meninggalkan sisa-sisa epidermis bagian atas, transparan dan tinggal tulang-tulang daun saja. Biasanya larva berada di permukaan bawah daun, umumnya terjadi pada musim kemarau. Tanaman Inang Hama ini bersifat polifag, selain jagung juga menyerang tomat, kubis, cabai, buncis, bawang merah, terung, kentang, kangkung, bayam, padi, , tebu, jeruk, pisang, tembakau, kacang-kacangan, tanaman hias, gulma Limnocharis sp., Passiflora foetida, Ageratum sp., Cleome sp., dan Trema sp.
           Pengendalian dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut.
a.         Pembakaran tanaman.
b.        Pengolahan tanah yang intensif.
c.         Mengumpulkan larva atau pupa dan bagian tanaman yang terserang kemudian memusnahkannya.
d.        Penggunaan perangkap feromonoid seks untuk ngengat sebanyak 40 buah per hektar atau 2 buah per 500 m2 dipasang di tengah pertanaman sejak tanaman berumur 2 minggu.
e.        Pemanfaatan musuh alami seperti : patogen Sl-NPV (Spodoptera litura – Nuclear Polyhedrosis Virus), cendawan Cordisep, Aspergillus flavus, Beauveria bassina, Nomuarea rileyi, dan Metarhizium anisopliae, bakteri Bacillus thuringensis, nematode Steinernema sp., predator Sycanus sp., Andrallus spinideus, Selonepnis geminada, parasitoid Apanteles sp., Telenomus spodopterae, Microplistis similis, dan Peribeae sp.
f.          Beberapa insektisida yang dianggap cukup efektif adalah monokrotofos, diazinon, khlorpirifos, triazofos, dikhlorovos, sianofenfos, dan karbaril apabila berdasarkan hasil pengamatan tanaman contoh, intensitas serangan mencapai lebih atau sama dengan 12,5% per tanaman contoh.

B.        Penyakit yang menyerang tanaman jagung
1.         Bercak Daun (Leaf Bligh)   
           Penyebab penyakit bercak daun adalah Bipolaris maydis Syn. Pada B. maydis ada dua ras yaitu ras O dan ras T.
           Gejala serangan berupa penyakit bercak daun pada tanaman jagung dikenal dua tipe menurut ras patogennya yaitu ras O, bercak berwarna coklat kemerahan dengan ukuran 0,6 x (1,2-1,9) cm (Gambar 24). Ras T bercak berukuran lebih besar yaitu (0,6-1,2) x (0,6-2,7) cm, berbentuk kumparan dengan bercak berwarna hijau kuning atau klorotik kemudian menjadi coklat kemerahan (gambar 25). Kedua ras ini, ras T lebih virulen dibanding ras O dan pada bibit jagung yang terserang menjadi layu atau mati dalam waktu 3_4 minggu setelah tanam. Tongkol yang terinfeksi dini, biji akan rusak dan busuk, bahkan tongkol dapat gugur. Bercak pada ras T terdapat pada seluruh bagian tanaman (daun, pelepah, batang, tangkai kelobot, biji dan tongkol). Permukaan biji yang terinfeksi ditutupi miselium berwarna abu-abu sampai hitam sehingga dapat menurunkan hasil yang cukup besar. Cendawan ini dalam bentuk miselium dan spora dapat bertahan hidup dalam sisa tanaman di lapang atau pada biji di penyimpanan. Konidia yang terbawa angin atau percikan air hujan dapat menimbulkan infeksi pertama pada tanaman jagung.
           Pengendalian dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagi berikut.
a.         Menanam varietas tahan : Bima 1, Srikandi Kuning -1, Sukmaraga dan Palakka.
b.        Eradikasi tanaman yang terinfeksi bercak daun.
c.         Mengatur kondisi lahan tidak lembab.
d.        Pergiliran tanaman.
e.        Penggunaan fungisida dengan bahan aktif mancozeb dan carbendazim.

2.         Hawar Daun
           Penyebab penyakit hawar daun adalah Helminthosporium turcicum
           Gejala yaitu pada awal infeksi gejala berupa bercak kecil, berbentuk oval kemudian bercak semakin memanjang berbentuk ellips dan berkembang menjadi nekrotik dan disebut hawar, warnanya hijau keabu-abuan atau coklat (gambar 26). Panjang hawar 2,5-15 cm, bercak muncul awal pada daun yang terbawah kemudian berkembang menuju daun atas. Infeksi berat dapat mengakibatkan tanaman cepat mati atau mengering dan cendawan ini tidakmenginfeksi tongkol atau klobot. Cendawan ini dapat bertahan hidup dalam bentuk miselium dorman pada daun atau pada sisa sisa tanaman di lapang.
           Pengendalian dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut.
a.         Menanam varietas tahan Bisma, Pioner2, pioner 14, Semar 2 dan 5.
b.        Eradikasi tanaman yang terinfeksi bercak daun.
c.         Penggunaan fungisida dengan bahan aktif mankozeb dan dithiocarbamate.

3.         Karat (Rust)
           Penyebab penyakit karat adalah Puccinia polysora Underw
           Gejala berupa bercak-bercak kecil (uredinia) berbentuk bulat sampai oval terdapat pada permukaan daun jagung di bagian atas dan bawah (gambar 27), uredinia menghasilkan uredospora yang berbentuk bulat atau oval dan berperan penting sebagai sumber inokulum dalam menginfeksi tanaman jagung yang lain dan sebarannya melalui angin. Penyakit karat dapat terjadi di dataran rendah sampai tinggi dan infeksinya berkembang baik pada musim penghujan atau musim kemarau.
           Pengendalian dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut.
a.         Menanam varietas tahan Lamuru, Sukmaraga, Palakka, Bima 1 dan Semar 10.
b.        Mengatur kelembaban.
c.         Eradikasi tanaman yang terinfeksi karat daun dan gulma.
d.        Sanitasi kebun.
e.        Penggunaan fungisida dengan bahan aktif benomil.


Daftar Pustaka

Pracaya. 2008. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta: Penebar Swadaya.

Rismunandar. 2003. Hama Tanaman Pangan dan Pembasmiannya. Bandung: Sinar Baru Algensindo

_______________. Penyakit Tanaman Pangan dan Pembasmiannya. Bandung: Sinar Baru Algensindo





http://www.agromaret.com/artikel/616/penyakit_pada_tanaman_padi