A.
Hama yang
Menyerang
1.
Kumbang
Daun (Epilachna spp.)
Gejala
serangan adanya bekas gigitan pada permukaan daun sebelah bawah
Bila serangan berat dapat merusak semua jaringan daun dan tinggal tulang-tulang
daun saja
Pengendalian
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a.
mengumpulkan
dan memusnahkan kumbang.
b.
Atur
waktu tanam.
2.
Kutu Daun
(Aphis gossypii
Glover)
Ordo : Homoptera
Famili : Aphididae
Distribusinya
berupa kosmopolit. Tanaman inang : polifag , asparagus, alpukat, pisang,
mentimun, terung, Hibiscus, kapas, papaya, cabai, kentang, bayam,tomat,
semangka dll . Perkembangannya yaitu partenogenesis. hama ini berbentuk seperti
pear, warnanya bervariasi dari hijau muda sampai hitam, kuning. Mempunyai
kornikel pada bagian ujung abdomen. Imago dapat hidup selama 28 hari. Satu ekor
imago betina dapat menghasilkan 2-35 nimfa/hari. Siklus hidup dari nimfa sampai
imago 5-7 hari. Selama satu tahun dapat menghasilkan 16-47 generasi.
Gejala
serangan yaitu serangan berat biasanya terjadi pada musim kemarau. Bagian
tanaman yang diserang oleh nimfa dan imago biasanya pucuk tanaman dan daun
muda. Daun yang diserang akan mengkerut, pucuk mengeriting dan melingkar shg
pertumbuhan tanaman terhambat atau tanaman kerdil. Hama ini juga mengeluarkan
cairan manis seperti madu shg menarik datangnya semut dan cendawan jelaga
berwarna hitam. Adanya cendawan pada buah dapat menurunkan kualitas buah. Aphid
juga dapat berperan sebagai vektor virus penyakit tanaman (50 jenis virus) sep.
Papaya Ringspot Virus, Watermelon Mosaic Virus , Cucumber Mosaic Virus (CMV).
Pengendalian
dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut.
a.
Mengatur
waktu tanam.
b.
Pergiliran
tanaman.
c.
Penggunaan
musuh alami seperti Parasitoid Aphelinus gossypi
(Timberlake), Lysiphlebus testaceipes
(Cresson). Predator Coccinella
transversalis dan Cendawan entomopatogen Neozygites fresenii
3. Tungau ( Tetranynichus spp.)
Serangan
hebat musim kemarau. Menyerang dengan cara mengisap cairan sel tanaman,
sehingga menimbulkan gejala bintik-bintik merah sampai kecoklat-coklatan atau
hitam pada permukaan daun sebelah atas ataupun bawah.
Pengendalian
dapat dilakukan dengan cara mengatur waktu tanam dan pergiliran tanaman.
4.
Ulat
Tanah ( Agrotis ipsilon Hufn.)
Ordo :
Lepidoptera
Famili
: Noctuidae
Hama ini disebut ulat tanah (Block Cutworm)
Serangga ini menimbulkan kerusakan pada tanaman
muda, larvanya memotong batang tanaman muda dengan stadium larva 19-20 hari.
Larvanya bersembunyi pada siang hari dibawah permulaan tanah. Pada senja atau
malam hari ulat tanah muncul ke permukaan tanah dan memotong pangkal batang
tanaman. Pupanya berada dalam tanah. Daur hidupnya 46-71 hari. Larva memotong
pangkal tanaman dan bila dikorek-korek biasanya ditemukan larva tersebut
akibatnya banyak tanaman yang mati. Tanaman inangnya yaitu tanaman sayuran muda
seperti cabai, tomat dan jagung. aktif senja atau malam hari.
Menyerang
dengan cara memotong titik tumbuh tanaman yang masih muda, sehingga terkulai
dan roboh.
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut.
a.
Pengolahan tanah yang baik.
b.
Menanam serempak.
c.
Konservasi musuh alami seperti
parasitoid larva, yaitu Apenteles ruficrus Hal., Tritacsis braureri (De
Mey) dan Cuphocera varia F.
d.
Pemasangan umpan beracun.
e.
kumpulkan
dan musnahkan ulat.
5.
Ulat
Grayak (Spodoptera litura F.)
Ordo :
Lepidoptera
Famili :
Noctuidae
Distribusi
berupa kosmopolit, Asia, Australia, Kep. Pasifik Tanaman Inang bersifat
polipag, solanaceae, brassicaceae, jagung, padi, kedelai, bayam, kacang tanah,
gulma Perkembangan :yaitu holometabola (telur, larva, pupa, imago).
Telur diletakkan secara berkelompok,
pada bagian permukaan bawah daun dan ditutupi oleh bulu-bulu halus,satu kel.
Telur berisi rata-rata 350 butir. Telur berbentuk lonjong atau bulat diameter
0.5 mm, berwarna coklat kekuningan sampai krem. Masa telur 3-5 hari. Satu ekor
imago betina mampu meletakkan telur sampai 2000-3000 butir
Larva terdiri dari 5-6 instar. Larva
instar akhir dapat mencapai 5 cm. Masa larva sekitar 20 hari. Apabila diganggu
akan menggulung. Larva muda berwarna kehijauan dan mempunyai bintik-bintik
hitam. Larva tua berwarna abu-abu gelap atau coklat. Pada ruas abdomen I
terdapat garis hitam melingkar. Pada bagian dorsal terdapat garis kuning dan
bulatan hitam.
Pupa
terbentuk di dalam tanah pada kedalaman 7-8 cm dari permukaan tanah, berwarna
coklat kemerah-merahan/coklat tua. Masa pupa 8-11 hari. Imago : Berwarna agak
gelap dengan garis putih pada sayap depan, nokturnal. Ukuran14-17 mm. Lama
hidup imago 6-10 hari. Siklus hidup : 32 hari
Gejala Serangan yaitu hama ini
menyerang pada fase larva, secara berkelompok. Larva instar I dan II memakan
epidermis daun bagian bawah, sehingga tampak transparan. Larva tua akan memakan
helaian daun sehingga tinggal tulang-tulang daun saja. Daun yg terserang
menjadi sobek, terpotong atau bolong. Serangan berat dapat mengakibatkan
tanaman menjadi gundul. Disamping itu, larva juga memakan bunga dan polong
muda. Kehilangan hasil dapat mencapai 85%.
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a.
Mengumpulkan
kel. Telur dan larva lalu dimusnahkan.
b.
tanaman
campuran dengan akar tuba, bawang putih
c.
Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan
inang.
d.
Tanam serempak.
e.
Pengolahan tanah yang baik untuk
mematikan larva/pupa dalam tanah.
f.
Konservasi musuh alaminya parasitoid
telur Telcnomus spodopterae Dodd, Virus (Nuclear polyhedrosis virus), nematode.
6.
Ulat Buah
( Helicoverpa armigera Hubn.)
Ordo : Lepidoptera
Famili : Noctuidae
Distribusi berupa kosmopolit. Tanaman inang bersifat polifag,
tomat, cabai, tembakau, kedelai, jagung. Perkembangan yaitu holometabola
(telur, larva, pupa, imago).
Gejala serangan berupa pada daun,
daun berlubang-lubang tak beraturan. pada serangan yang berat daun akan habis
dan tanaman menjadi gundul. Pada buah, buah berlubang dan akhirnya akan
membusuk bila terjadi infeksi sekunder kemudian rontok.
Telurnya berwarna putih kekuningan
dan imago biasanya bertelur pada senja hari. Telur biasanya diletakkan secara
tunggal pada bungan dan akan berubah warna menjadi merah tua atau kecoklatan
setelah 24 jam, yang selanjutnya akan menetas dalam waktu kira-kira 3-5 hari.
Satu ekor imago mampu bertelur 1000 butir.
Ukuran larva stadia akhir berkisar
antara 2-4 cm dengan warna bervariasi mulai dari hijau, cokelat kemerahan
ataupun cokelat kehitaman. Larva merusak daun, bunga dan buah, bersifat
kanibal, masa larva 16-25 hari. Pupa terbentuk di dalam tanah, masa pupa 17
hari. Imago berukuran sedang, pj rentang sayap 30-40 mm, berwarna coklat, pada
bgn tengah sayap terdapat bintik berwarna coklat tua. Siklus hidup adalah 35
hari.
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a.
Tanaman
perangkap.
b.
Pengolahan
tanah.
c.
Kumpulkan
dan musnahkan buah terserang.
d.
Lakukan
pergiliran tanaman dan waktu tanam.
e.
Sanitasi
kebun.
f.
Penggunaan
musuh alami seperti parasit telur Trichogramma
nana, Patogen NPV, Metarhizium.
7. Kutu Daun Persik (Myzus persicae Sulzer)
Ordo : Homoptera
Famili : Aphididae
Hama
ini disebut juga Green Peach Aphid
Distribusi berupa Kosmopolit. Tanaman inang bersifat
polifag, lebih dari 400 sp tan dari 40 famili, tomat, kentang, tembakau, kubis,
cabai, terung, semangka, ubi jalar dll. Perkembangannya adalah Partenogenesis,
seksual (telur, nimfa dan imago).
Nimfa dan imago mempunyai antena
yang relatif panjang/sama panjang dengan tubuhnya. Nimfa dan imago mempunyai
sepasang tonjolan pada ujung abdomen yang disebut kornikel. Ujung kornikel
berwarna hitam. Imago yang bersayap warna sayapnya hitam, ukuran tubuh 2 - 2,5
mm, nimfa kerdil dan umumnya berwarna kemerahan. Nimfa dan Imago yang tidak
bersayap tubuhnya berwarna
merah atau kuning atau hijau
berukuran tubuh 1,8 - 2,3 mm. Umumnya warna tubuh imago dan nimfa sama, kepala
dan dadanya berwarna coklat sampai hitam, perut berwarna hijau kekuningan.
Siklus hidup 7 - 10 hari.
Temperatur mempengaruhi reproduksi (
> 25 - < 28,5 °C mengurangi umur imago dan jumlah keturunan, > 28,5OC
reproduksi terhenti). Berkembang biak secara partenogenesis. Seekor kutu
menghasilkan keturunan 50 ekor. Lama hidup kutu dewasa dapat mencapai 2 bulan.
Gejala Secara langsung, kutu daun ini mengisap cairan
tanaman. Akibatnya, daun yang terserang keriput, berwarna kekuningan, terpuntir
dan pertumbuhan tanaman terhambat
(kerdil), sehingga tanaman menjadi layu dan mati. Gejala Secara tidak langsung, kutu daun
berperan sebagai penyebar (vektor)
penyakit virus. Tanaman yang terserang penyakit virus akan menjadi
kerdil, daun berukuran kecil dan pertumbuhannya terhambat.Dampak langsung
serangan hama ini adalah tanaman menjadi keriput, tumbuh kerdil, warna daun
kekuningan, terpuntir, layu lalu mati. Secara tidak langsung, kutu ini
merupakan vektor lebih dari 150 strain virus terutama penyakit virus CMV, PVY.
Kutu ini biasanya hidup berkelompok dan berada di bawah permukaan daun,
menghisap cairan daun muda dan bagian tanaman yang masih muda (pucuk).
Eksudat/cairan yang dikeluarkan kutu ini mengandung madu sehingga mendorong
tumbuhnya cendawan embun jelaga pada daun yang dapat menghambat proses
fotosintesa.
Pengendalian dapat dilakukna dengan cara sebagai berikut.
a.
Pergiliran tanaman.
b.
Tanam serempak.
c.
Tanaman
yang terserang segera dicabut dan dimusnahkan.
d.
Sanitasi
kebun.
e.
Penggunaan varietas resisten.
f.
Kumpulkan
dan musnahkan buah terserang.
g.
Penggunaan
musuh alami seperti Parasitoid
Aphelinus asychis, Aphidius rosae, Diaeretiella rapae Predator Coccinella transversalis, dan Cendawan
entomopatogen Erynia neoaphidis
8. Lalat Buah (Bactrocera
sp.)
Ordo : Diptera
Famili : Tephritidae
Distribusi yaitu selain di Indonesia hama ini tersebar di
Asia, Pasifik, Afrika umumnya di daerah tropis dan subtropis. Tanaman inang
bersifat polifag, tomat, cabai, Semua tanaman buah-buahan dan sayuran buah
antara lain mangga, kopi, pisang, jambu, cengkeh, belimbing, sawo, jeruk,
ketimun, dan nangka.Perkembangannya adalah holometabola (telur, larva, pupa,
imago).
Serangga dewasa mirip lalat rumah,
panjang sekitar 6-8 mm dan lebar 3 mm. Torak berwarna oranye, merah kecoklatan,
coklat atau hitam biasanya pada B. dorsalis terdapat 2 garis membujur dan
sepasang sayap transparan. Pada abdomen terdapat 2 pita melintang dan satu pita
membujur warna hitam atau bentuk buruf T yang kadang-kadang tidak jelas. Pada
lalat betina ujung abdomen lebih runcing dan mempunyai alat peletak telur (ovipositor) yang cukup kuat untuk menembus
kulit buah sedangkan lalat jantan abdomen lebih bulat. Telur berwarna putih
berbentuk bulat panjang yang diletakkan secara berkelompok 2-15 butir di dalam
buah.
Larva terdiri atas 3 instar
berbentuk belatung/bulat panjang dengan salah satu ujungnya (kepala) runcing
dengan 2 bintik hitam yang jelas merupakan alat kait mulut, mempunyai 3 ruas
torak, 8 ruas abdomen, berwarna putih susu atau putih keruh atau putih
kekuningan, larva menetas di dalam buah cabai.
Pupa, berada di permukaan tanah
berwarna kecoklat-coklatan dan berbentuk oval dengan panjang sekitar 5 mm.
Siklus hidup di daerah tropis sekitar 25 hari. Serangga betina dapat meletakkan
telur 1 - 40 butir/buah/hari dan dari satu ekor betina dapat menghasilkan telur
1.200 – 1.500 butir. Stadium telur 2 hari, larva 6 - 9 hari. Larva instar 3
dapat mencapai panjang sekitar 7 mm, akan membuat lubang keluar untuk meloncat
dan melenting dari buah masuk ke dalam tanah dan menjadi pupa di dalam tanah.
Pupa berumur 4 - 10 hari dan menjadi serangga dewasa.
Gejala serangan Buah yang terserang
ditandai oleh lubang titik hitam pada bagian pangkalnya, tempat serangga dewasa
memasukkan telur. Umumnya telur diletakkan pada buah yang agak tersembunyi dan tidak
terkena sinar matahari langsung, pada buah yang agak lunak dengan permukaan
agak kasar. Larva membuat saluran di dalam buah dengan memakan daging buah
serta menghisap cairan buah dan dapat menyebabkan terjadi infeksi oleh OPT
lain, buah menjadi busuk dan biasanya jatuh ke tanah sebelum larva berubah
menjadi pupa.
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a.
Rotasi
tanaman.
b.
Pembungkusan
buah.
c.
Penggunaan
feromon Metil eugenol.
d.
Serangga
jantan mandul.
e.
Pemanfaatan
musuh alami berupa parasitoid, pathogen.
9.
Thrips (Thrips parvispinus Karny)
Ordo : Thysanoptera
Famili : Thripidae
Distribusi yaitu hama ini bersifat kosmopolit tersebar luas
di Indonesia dan Thailand. Di Indonesia propinsi yang melaporkan adanya
serangan hama ini yaitu Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera
Selatan, Lampung, Jawa Barat, DI Yogyakarta dan Jawa Timur. Hama ini bersifat
polifag dengan tanaman inang utama selain cabai yaitu bawang merah, bawang daun
dan jenis bawang lainnya dan tomat. Tanaman inang lain yaitu tembakau, kopi,
ubi jalar, waluh, bayam, kentang, kapas, tanaman dari famili crusiferae,
crotalaria dan kacang-kacangan tetapi tidak dijumpai pada gulma.
Imago berukuran sangat kecil sekitar 1 mm, berwarna kuning
sampai coklat kehitam-hitaman. Imago yang sudah tua berwarna agak kehitaman,
berbercak- bercak merah atau bergaris-garis. Imago betina mempunyai 2 pasang
sayap yang halus dan berumbai/jumbai seperti sisir bersisi dua. Pada musim
kemarau populasi lebih tinggi dan akan berkurang bila terjadi hujan lebat. Umur
stadium serangga dewasa dapat mencapai 20 hari.
Telur berbentuk oval/seperti ginjal rata-rata 80 butir per
induk, diletakkan di permukaan bawah daun atau di dalam jaringan tanaman secara
terpencar, akan menetas setelah 3 – 8 hari.
Nimfa berwarna pucat, keputihan/kekuningan, instar 1 dan 2
aktif dan tidak bersayap. Nimfa yang tidak aktif berada di permukaan tanah.
Pupa terbungkus kokon, terdapat di permukaan bawah daun dan di permukaan tanah
sekitar tanaman. Perkembangan pupa menjadi trips muda meningkat pada kelembaban
relatif rendah dan suhu relatif tinggi. Daur hidup sekitar 20 hari, di dataran
rendah 7 – 12 hari. Hidup berkelompok.
Gejala langsung serangan pada permukaan bawah daun berwarna
keperak- perakan, daun mengeriting atau keriput. Hama menyerang dengan
menghisap cairan permukaan bawah daun dan atau bunga ditandai oleh
bercak-bercak putih/keperak-perakan. Daun akan berubah warna menjadi coklat,
mengeriting/keriput dan mati. Pada serangan berat, daun, pucuk serta tunas
menggulung ke dalam dan timbul benjolan seperti tumor dan pertumbuhan tanaman
terhambat, kerdil bahkan pucuk mati. Mula-mula daun yang terserang
memperlihatkan gejala noda keperakan yang tidak beraturan, akibat adanya luka
dari cara makan serangga tersebut. Setelah beberapa waktu, noda keperakan
tersebut berubah menjadi cokelat tembaga. Daun-daun mengeriting keatas. Secara
tidak langsung: trips merupakan vektor penyakit virus mosaik dan virus
keriting.
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a.
Sanitasi.
b.
Rotasi
tanaman.
c.
Membuang
sisa tanaman yang terserang.
d.
Penggunaan
musuh alami seperti parasitoid.
B.
Penyakit
yang Menyerang
1.
Layu Bakteri
Penyebabnya
adalah bakteri Pseudomonas solanacearum.
Bisa hidup lama dalam tanah. Serangan hebat pada temperatur cukup tinggi.
Gejala
serangan terjadi kelayuan seluruh tanaman secara mendadak. Sebenarnya
serangan Layu bakteri bersifat lokal, seperti pembuluh Xylem / pembuluh angkut,
tetapi karena menyerangya pada akar atau leher akar sehingga pasokan air dan
hara tanaman dari tanah ke daun terhambat sehingga gejala yang muncul adalah
kelayuan yang bersifat sistemik.
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut.
a.
Atur jarak tanam, sehingga kelembaban
tidak terlalu lembab.
b.
Lakukan pergiliran tanaman, jangan
menanam tanaman yang berjenis Solanaceae seperti tomat, tembakau dll karena
akan memperparah serangan.
2.
Busuk Buah
Penyebabnya
adalah jamur Phytophthora sp.
Gejala
pada buah terung mula-mula terjadi bercak kebasahan yang bergaris tengah lebih
kurang 0,5 cm. Becak meluas dengan cepat ke arah sumbu panjang, sehingga becak
bentuknya memanjang. Pada jenis berbuah bulat dan warnanya ungu becak tetap
berbentuk bulat dan berwarna gelap. Bagian dalam buah berubah warnanya,
kebasah-basahan, dan berbatas coklat tidak teratur. Akhirnya buah terlepas dari
kelopaknya dan menjadi busuk sama sekali.
Pengendalian
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a.
Menanam
terung dengan jarak tanam yang cukup.
b.
Membersihkan
gulma dan memelihara drainase.
c.
Buah-buah
yang sakit dipetik dan dipendam.
3.
Bercak Daun
Penyebabnya
adalah jamur Cercospora sp, Alternaria solani, Botrytis cinerea
Gejala bercak-bercak
kelabu-kecoklatan atau hitam pada daun.
Pengendalian
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a.
Menanam
terung dengan jarak tanam yang cukup.
b.
Membersihkan
gulma dan memelihara drainase.
c.
Buah-buah
yang sakit dipetik dan dipendam.
d.
Rotasi
tanaman.
4.
Antraknose
Penyakit
ini disebabkan oleh Gloeosporium
melongena Ell.
Gejala
pada buah becak-becak melekuk, bulat, yang dapat bersatu menjadi becak besar
yang tidak teratur. Becak berwarna coklat dengan titik-titik hitam yang terdiri
dari aservulus jamur.
Pengendalian
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a.
Menanam
terung dengan jarak tanam yang cukup.
b.
Membersihkan
gulma dan memelihara drainase.
c.
Buah-buah
yang sakit dipetik dan dipendam.
d.
Rotasi
tanaman.
e.
Penggunaan varietas resisten.
5.
Busuk Leher Akar
Penyebabnya
adalah Sclerotium rolfsii
Gejala
pangkal batang membusuk berwarna coklat.
Pengendalian
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a.
Menanam
terung dengan jarak tanam yang cukup.
b.
Membersihkan
gulma dan memelihara drainase.
c.
Buah-buah
yang sakit dipetik dan dipendam.
d.
Rotasi
tanaman.
e.
Penggunaan varietas resisten.
6.
Rebah Semai
Penyebabnya
adalah Jamur Rhizoctonia solani dan Pythium spp.
Gejala
batang bibit muda kebasah-basahan, mengkerut dan akhirnya roboh dan mati.
Pengendalian
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a.
Tanam varietas tahan.
b.
Atur
jarak tanam dan pergiliran tanaman.
c.
perbaikan
drainase.
d.
Atur
kelembaban dengan jarak tanam agak lebar.
e.
cabut
dan buang tanaman sakit.
7.
Mosaik
Virus mosaik ketimun dapat ditularkan secara mekanis dengan
gosokan, maupun oleh kutu daun. Para pekerja yang menangani semai-semai dapat
menularkan virus ke banyak tanaman. Virus juga mungkin terdapat di dalam banyak
tumbuh, termasuk gulma di sekeliling pertanaman terung.
Pengendalian yang dapat dilakukan dengan cara memberantas
gulma khususnya yang termasuk famili terung-terungan, menangani semai-semai
dengan hati-hati sebelumnya dicuci dengan sabun atau deterjen dan tanaman yang
bergejala segera dicabut.
8.
Busuk Daun (Pseudoperonospora cubensis Berk)
Daur penyakit ini tidak dapat hidup sebagai saprofit pada
sisa-sisa tanaman, dan jamur tidak mempertahankan dari musim ke musim pada
tanaman mentimun. Spora dipencarkan oleh angin. Infeksi terjadi melalui mulut
kulit.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit ini di bantu oleh
kelembaban, dan akan berkembang hebat jika terdapat banyak kabut dan embun.
Infeksi hanya terjadi kalaukelembaban udara 100 %, suhu 10-28oC,
dengan suhu optimum 16-22oC.
Gejala pada permukaan atas daun terdapat becak-becak kuning,
sering agak bersudut karena terbatas oleh tulang-tulang daun. Pada cuaca lembab
pada sisi bawah becak terdapat kapang seperti bulu yang warnanya keunguan. Pada
daun ketimun yang sakit dapat mati.
Pengendalian dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut.
a.
Pembongkaran
apabila terdapat tanaman terserang berat kemudian di bakar atau dipendam.
Sisa-sisa tanaman lama dibersihkan.
b.
Mengatur
jarak tanam dan drainase yang baik.
9.
Penyakit Tepung (Erysiphi cichoracearum DC)
Daur penyakit : penyakit
ini dapat mempertahankan diri dari musim kemusim pada
tanaman-tanaman hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit ini pada konidium jamur tepung ini dapat berkecambah dan mengadakan
infeksi tanpa adanya tetes air, dengan kelembaban udara
sedikit di bawah 100 %. Lapisan jamur putih mulai
kelihatan setelah 8 – 10 hari.
Gejala pada permukaan daun dan batang muda terdapat lapisan
putih betepung, yang terdiri dari miselium, konidiofor, dan konidiofor jamur
penyebab penyakit. Becak kemudian menjadi kuning dan akhirnya mengering.
Pada penyakit berat daun
dan batang muda dapat mati. Jika semua daun pada tanaman
yang bersangkutan terinfeksi sehingga tanaman menjadi lemah, pertumbuhannya terhambat dan buahnya dapat terbakar, atau masak
sebelum waktunya.
Pengendalian dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a.
Tanaman yang sakit dipendam dan
dicabut.
b. Memberantas gulma yang dapat menjadi tumbuhan inang jamur tepung,
antara lain yang termasuk famili labu-labuan dan terungan.