Jumat, 06 April 2012

Hama dan Penyakit pada Tanaman Terung


A.       Hama yang Menyerang
1.        Kumbang Daun (Epilachna spp.)
Gejala serangan adanya bekas gigitan pada permukaan daun sebelah bawah
Bila serangan berat dapat merusak semua jaringan daun dan tinggal tulang-tulang daun saja
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a.       mengumpulkan dan memusnahkan kumbang.
b.      Atur waktu tanam.

2.        Kutu Daun (Aphis gossypii Glover)
Ordo : Homoptera
Famili : Aphididae
Distribusinya berupa kosmopolit. Tanaman inang : polifag , asparagus, alpukat, pisang, mentimun, terung, Hibiscus, kapas, papaya, cabai, kentang, bayam,tomat, semangka dll . Perkembangannya yaitu partenogenesis. hama ini berbentuk seperti pear, warnanya bervariasi dari hijau muda sampai hitam, kuning. Mempunyai kornikel pada bagian ujung abdomen. Imago dapat hidup selama 28 hari. Satu ekor imago betina dapat menghasilkan 2-35 nimfa/hari. Siklus hidup dari nimfa sampai imago 5-7 hari. Selama satu tahun dapat menghasilkan 16-47 generasi.
Gejala serangan yaitu serangan berat biasanya terjadi pada musim kemarau. Bagian tanaman yang diserang oleh nimfa dan imago biasanya pucuk tanaman dan daun muda. Daun yang diserang akan mengkerut, pucuk mengeriting dan melingkar shg pertumbuhan tanaman terhambat atau tanaman kerdil. Hama ini juga mengeluarkan cairan manis seperti madu shg menarik datangnya semut dan cendawan jelaga berwarna hitam. Adanya cendawan pada buah dapat menurunkan kualitas buah. Aphid juga dapat berperan sebagai vektor virus penyakit tanaman (50 jenis virus) sep. Papaya Ringspot Virus, Watermelon Mosaic Virus , Cucumber Mosaic Virus (CMV).
Pengendalian dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut.
a.         Mengatur waktu tanam.
b.        Pergiliran tanaman.
c.         Penggunaan musuh alami seperti Parasitoid Aphelinus gossypi (Timberlake), Lysiphlebus testaceipes (Cresson). Predator Coccinella transversalis dan Cendawan entomopatogen Neozygites fresenii

3.     Tungau ( Tetranynichus spp.)
Serangan hebat musim kemarau. Menyerang dengan cara mengisap cairan sel tanaman, sehingga menimbulkan gejala bintik-bintik merah sampai kecoklat-coklatan atau hitam pada permukaan daun sebelah atas ataupun bawah.
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara mengatur waktu tanam dan pergiliran tanaman.

4.        Ulat Tanah ( Agrotis ipsilon Hufn.)
            Ordo : Lepidoptera
            Famili : Noctuidae
Hama ini disebut ulat tanah (Block Cutworm)
Serangga ini menimbulkan kerusakan pada tanaman muda, larvanya memotong batang tanaman muda dengan stadium larva 19-20 hari. Larvanya bersembunyi pada siang hari dibawah permulaan tanah. Pada senja atau malam hari ulat tanah muncul ke permukaan tanah dan memotong pangkal batang tanaman. Pupanya berada dalam tanah. Daur hidupnya 46-71 hari. Larva memotong pangkal tanaman dan bila dikorek-korek biasanya ditemukan larva tersebut akibatnya banyak tanaman yang mati. Tanaman inangnya yaitu tanaman sayuran muda seperti cabai, tomat dan jagung. aktif senja atau malam hari.
Menyerang dengan cara memotong titik tumbuh tanaman yang masih muda, sehingga terkulai dan roboh.
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a.        Pengolahan tanah yang baik.
b.        Menanam serempak.
c.         Konservasi musuh alami seperti parasitoid larva, yaitu Apenteles ruficrus Hal., Tritacsis braureri (De Mey) dan Cuphocera varia F.
d.        Pemasangan umpan beracun.
e.        kumpulkan dan musnahkan ulat.

5.        Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)
Ordo : Lepidoptera
Famili : Noctuidae
Distribusi berupa kosmopolit, Asia, Australia, Kep. Pasifik Tanaman Inang bersifat polipag, solanaceae, brassicaceae, jagung, padi, kedelai, bayam, kacang tanah, gulma Perkembangan :yaitu holometabola (telur, larva, pupa, imago).
Telur diletakkan secara berkelompok, pada bagian permukaan bawah daun dan ditutupi oleh bulu-bulu halus,satu kel. Telur berisi rata-rata 350 butir. Telur berbentuk lonjong atau bulat diameter 0.5 mm, berwarna coklat kekuningan sampai krem. Masa telur 3-5 hari. Satu ekor imago betina mampu meletakkan telur sampai 2000-3000 butir
Larva terdiri dari 5-6 instar. Larva instar akhir dapat mencapai 5 cm. Masa larva sekitar 20 hari. Apabila diganggu akan menggulung. Larva muda berwarna kehijauan dan mempunyai bintik-bintik hitam. Larva tua berwarna abu-abu gelap atau coklat. Pada ruas abdomen I terdapat garis hitam melingkar. Pada bagian dorsal terdapat garis kuning dan bulatan hitam.
Pupa terbentuk di dalam tanah pada kedalaman 7-8 cm dari permukaan tanah, berwarna coklat kemerah-merahan/coklat tua. Masa pupa 8-11 hari. Imago : Berwarna agak gelap dengan garis putih pada sayap depan, nokturnal. Ukuran14-17 mm. Lama hidup imago 6-10 hari. Siklus hidup : 32 hari
Gejala Serangan yaitu hama ini menyerang pada fase larva, secara berkelompok. Larva instar I dan II memakan epidermis daun bagian bawah, sehingga tampak transparan. Larva tua akan memakan helaian daun sehingga tinggal tulang-tulang daun saja. Daun yg terserang menjadi sobek, terpotong atau bolong. Serangan berat dapat mengakibatkan tanaman menjadi gundul. Disamping itu, larva juga memakan bunga dan polong muda. Kehilangan hasil dapat mencapai 85%.
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a.         Mengumpulkan kel. Telur dan larva lalu dimusnahkan.
b.        tanaman campuran dengan akar tuba, bawang putih
c.         Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang.
d.        Tanam serempak.
e.         Pengolahan tanah yang baik untuk mematikan larva/pupa dalam tanah.
f.         Konservasi musuh alaminya parasitoid telur Telcnomus spodopterae Dodd, Virus (Nuclear polyhedrosis virus), nematode.

6.        Ulat Buah ( Helicoverpa armigera Hubn.)
Ordo : Lepidoptera
Famili : Noctuidae
Distribusi berupa kosmopolit. Tanaman inang bersifat polifag, tomat, cabai, tembakau, kedelai, jagung. Perkembangan yaitu holometabola (telur, larva, pupa, imago).
Gejala serangan berupa pada daun, daun berlubang-lubang tak beraturan. pada serangan yang berat daun akan habis dan tanaman menjadi gundul. Pada buah, buah berlubang dan akhirnya akan membusuk bila terjadi infeksi sekunder kemudian rontok.
Telurnya berwarna putih kekuningan dan imago biasanya bertelur pada senja hari. Telur biasanya diletakkan secara tunggal pada bungan dan akan berubah warna menjadi merah tua atau kecoklatan setelah 24 jam, yang selanjutnya akan menetas dalam waktu kira-kira 3-5 hari. Satu ekor imago mampu bertelur 1000 butir.
Ukuran larva stadia akhir berkisar antara 2-4 cm dengan warna bervariasi mulai dari hijau, cokelat kemerahan ataupun cokelat kehitaman. Larva merusak daun, bunga dan buah, bersifat kanibal, masa larva 16-25 hari. Pupa terbentuk di dalam tanah, masa pupa 17 hari. Imago berukuran sedang, pj rentang sayap 30-40 mm, berwarna coklat, pada bgn tengah sayap terdapat bintik berwarna coklat tua. Siklus hidup adalah 35 hari.
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a.         Tanaman perangkap.
b.        Pengolahan tanah.
c.         Kumpulkan dan musnahkan buah terserang.
d.        Lakukan pergiliran tanaman dan waktu tanam.
e.         Sanitasi kebun.
f.         Penggunaan musuh alami seperti parasit telur Trichogramma nana, Patogen NPV, Metarhizium.

7.  Kutu Daun Persik (Myzus persicae Sulzer)
Ordo : Homoptera
Famili : Aphididae
            Hama ini disebut juga Green Peach Aphid
Distribusi berupa Kosmopolit. Tanaman inang bersifat polifag, lebih dari 400 sp tan dari 40 famili, tomat, kentang, tembakau, kubis, cabai, terung, semangka, ubi jalar dll. Perkembangannya adalah Partenogenesis, seksual (telur, nimfa dan imago).
Nimfa dan imago mempunyai antena yang relatif panjang/sama panjang dengan tubuhnya. Nimfa dan imago mempunyai sepasang tonjolan pada ujung abdomen yang disebut kornikel. Ujung kornikel berwarna hitam. Imago yang bersayap warna sayapnya hitam, ukuran tubuh 2 - 2,5 mm, nimfa kerdil dan umumnya berwarna kemerahan. Nimfa dan Imago yang tidak bersayap tubuhnya berwarna
merah atau kuning atau hijau berukuran tubuh 1,8 - 2,3 mm. Umumnya warna tubuh imago dan nimfa sama, kepala dan dadanya berwarna coklat sampai hitam, perut berwarna hijau kekuningan. Siklus hidup 7 - 10 hari.
Temperatur mempengaruhi reproduksi ( > 25 - < 28,5 °C mengurangi umur imago dan jumlah keturunan, > 28,5OC reproduksi terhenti). Berkembang biak secara partenogenesis. Seekor kutu menghasilkan keturunan 50 ekor. Lama hidup kutu dewasa dapat mencapai 2 bulan.
Gejala Secara langsung, kutu daun ini mengisap cairan tanaman. Akibatnya, daun yang terserang keriput, berwarna kekuningan, terpuntir dan pertumbuhan  tanaman terhambat (kerdil), sehingga tanaman menjadi layu dan mati.  Gejala Secara tidak langsung, kutu daun berperan sebagai penyebar (vektor)  penyakit virus. Tanaman yang terserang penyakit virus akan menjadi kerdil, daun berukuran kecil dan pertumbuhannya terhambat.Dampak langsung serangan hama ini adalah tanaman menjadi keriput, tumbuh kerdil, warna daun kekuningan, terpuntir, layu lalu mati. Secara tidak langsung, kutu ini merupakan vektor lebih dari 150 strain virus terutama penyakit virus CMV, PVY. Kutu ini biasanya hidup berkelompok dan berada di bawah permukaan daun, menghisap cairan daun muda dan bagian tanaman yang masih muda (pucuk). Eksudat/cairan yang dikeluarkan kutu ini mengandung madu sehingga mendorong tumbuhnya cendawan embun jelaga pada daun yang dapat menghambat proses fotosintesa.
Pengendalian dapat dilakukna dengan cara sebagai berikut.
a.         Pergiliran tanaman.
b.        Tanam serempak.
c.         Tanaman yang terserang segera dicabut dan dimusnahkan.
d.        Sanitasi kebun.
e.         Penggunaan varietas resisten.
f.         Kumpulkan dan musnahkan buah terserang.
g.        Penggunaan musuh alami seperti Parasitoid Aphelinus asychis, Aphidius rosae, Diaeretiella rapae Predator Coccinella transversalis, dan Cendawan entomopatogen Erynia neoaphidis

8. Lalat Buah (Bactrocera sp.)
Ordo : Diptera
Famili : Tephritidae
Distribusi yaitu selain di Indonesia hama ini tersebar di Asia, Pasifik, Afrika umumnya di daerah tropis dan subtropis. Tanaman inang bersifat polifag, tomat, cabai, Semua tanaman buah-buahan dan sayuran buah antara lain mangga, kopi, pisang, jambu, cengkeh, belimbing, sawo, jeruk, ketimun, dan nangka.Perkembangannya adalah holometabola (telur, larva, pupa, imago).
Serangga dewasa mirip lalat rumah, panjang sekitar 6-8 mm dan lebar 3 mm. Torak berwarna oranye, merah kecoklatan, coklat atau hitam biasanya pada B. dorsalis terdapat 2 garis membujur dan sepasang sayap transparan. Pada abdomen terdapat 2 pita melintang dan satu pita membujur warna hitam atau bentuk buruf T yang kadang-kadang tidak jelas. Pada lalat betina ujung abdomen lebih runcing dan mempunyai alat peletak telur  (ovipositor) yang cukup kuat untuk menembus kulit buah sedangkan lalat jantan abdomen lebih bulat. Telur berwarna putih berbentuk bulat panjang yang diletakkan secara berkelompok 2-15 butir di dalam buah.
Larva terdiri atas 3 instar berbentuk belatung/bulat panjang dengan salah satu ujungnya (kepala) runcing dengan 2 bintik hitam yang jelas merupakan alat kait mulut, mempunyai 3 ruas torak, 8 ruas abdomen, berwarna putih susu atau putih keruh atau putih kekuningan, larva menetas di dalam buah cabai.
Pupa, berada di permukaan tanah berwarna kecoklat-coklatan dan berbentuk oval dengan panjang sekitar 5 mm. Siklus hidup di daerah tropis sekitar 25 hari. Serangga betina dapat meletakkan telur 1 - 40 butir/buah/hari dan dari satu ekor betina dapat menghasilkan telur 1.200 – 1.500 butir. Stadium telur 2 hari, larva 6 - 9 hari. Larva instar 3 dapat mencapai panjang sekitar 7 mm, akan membuat lubang keluar untuk meloncat dan melenting dari buah masuk ke dalam tanah dan menjadi pupa di dalam tanah. Pupa berumur 4 - 10 hari dan menjadi serangga dewasa.
Gejala serangan Buah yang terserang ditandai oleh lubang titik hitam pada bagian pangkalnya, tempat serangga dewasa memasukkan telur. Umumnya telur diletakkan pada buah yang agak tersembunyi dan tidak terkena sinar matahari langsung, pada buah yang agak lunak dengan permukaan agak kasar. Larva membuat saluran di dalam buah dengan memakan daging buah serta menghisap cairan buah dan dapat menyebabkan terjadi infeksi oleh OPT lain, buah menjadi busuk dan biasanya jatuh ke tanah sebelum larva berubah menjadi pupa.
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a.         Rotasi tanaman.
b.        Pembungkusan buah.
c.         Penggunaan feromon Metil eugenol.
d.        Serangga jantan mandul.
e.         Pemanfaatan musuh alami berupa parasitoid, pathogen.

9.        Thrips (Thrips parvispinus Karny)
Ordo : Thysanoptera
Famili : Thripidae
Distribusi yaitu hama ini bersifat kosmopolit tersebar luas di Indonesia dan Thailand. Di Indonesia propinsi yang melaporkan adanya serangan hama ini yaitu Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, DI Yogyakarta dan Jawa Timur. Hama ini bersifat polifag dengan tanaman inang utama selain cabai yaitu bawang merah, bawang daun dan jenis bawang lainnya dan tomat. Tanaman inang lain yaitu tembakau, kopi, ubi jalar, waluh, bayam, kentang, kapas, tanaman dari famili crusiferae, crotalaria dan kacang-kacangan tetapi tidak dijumpai pada gulma.
Imago berukuran sangat kecil sekitar 1 mm, berwarna kuning sampai coklat kehitam-hitaman. Imago yang sudah tua berwarna agak kehitaman, berbercak- bercak merah atau bergaris-garis. Imago betina mempunyai 2 pasang sayap yang halus dan berumbai/jumbai seperti sisir bersisi dua. Pada musim kemarau populasi lebih tinggi dan akan berkurang bila terjadi hujan lebat. Umur stadium serangga dewasa dapat mencapai 20 hari.
Telur berbentuk oval/seperti ginjal rata-rata 80 butir per induk, diletakkan di permukaan bawah daun atau di dalam jaringan tanaman secara terpencar, akan menetas setelah 3 – 8 hari.
Nimfa berwarna pucat, keputihan/kekuningan, instar 1 dan 2 aktif dan tidak bersayap. Nimfa yang tidak aktif berada di permukaan tanah. Pupa terbungkus kokon, terdapat di permukaan bawah daun dan di permukaan tanah sekitar tanaman. Perkembangan pupa menjadi trips muda meningkat pada kelembaban relatif rendah dan suhu relatif tinggi. Daur hidup sekitar 20 hari, di dataran rendah 7 – 12 hari. Hidup berkelompok.
Gejala langsung serangan pada permukaan bawah daun berwarna keperak- perakan, daun mengeriting atau keriput. Hama menyerang dengan menghisap cairan permukaan bawah daun dan atau bunga ditandai oleh bercak-bercak putih/keperak-perakan. Daun akan berubah warna menjadi coklat, mengeriting/keriput dan mati. Pada serangan berat, daun, pucuk serta tunas menggulung ke dalam dan timbul benjolan seperti tumor dan pertumbuhan tanaman terhambat, kerdil bahkan pucuk mati. Mula-mula daun yang terserang memperlihatkan gejala noda keperakan yang tidak beraturan, akibat adanya luka dari cara makan serangga tersebut. Setelah beberapa waktu, noda keperakan tersebut berubah menjadi cokelat tembaga. Daun-daun mengeriting keatas. Secara tidak langsung: trips merupakan vektor penyakit virus mosaik dan virus keriting.
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a.         Sanitasi.
b.        Rotasi tanaman.
c.         Membuang sisa tanaman yang terserang.
d.        Penggunaan musuh alami seperti parasitoid.

B.       Penyakit yang Menyerang
1.        Layu Bakteri
Penyebabnya adalah bakteri Pseudomonas solanacearum. Bisa hidup lama dalam tanah. Serangan hebat pada temperatur cukup tinggi.
Gejala serangan terjadi kelayuan seluruh tanaman secara mendadak. Sebenarnya serangan Layu bakteri bersifat lokal, seperti pembuluh Xylem / pembuluh angkut, tetapi karena menyerangya pada akar atau leher akar sehingga pasokan air dan hara tanaman dari tanah ke daun terhambat sehingga gejala yang muncul adalah kelayuan yang bersifat sistemik.
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a.       Atur jarak tanam, sehingga kelembaban tidak terlalu lembab.
b.      Lakukan pergiliran tanaman, jangan menanam tanaman yang berjenis Solanaceae seperti tomat, tembakau dll karena akan memperparah serangan.

2.        Busuk Buah
Penyebabnya adalah jamur Phytophthora sp.
Gejala pada buah terung mula-mula terjadi bercak kebasahan yang bergaris tengah lebih kurang 0,5 cm. Becak meluas dengan cepat ke arah sumbu panjang, sehingga becak bentuknya memanjang. Pada jenis berbuah bulat dan warnanya ungu becak tetap berbentuk bulat dan berwarna gelap. Bagian dalam buah berubah warnanya, kebasah-basahan, dan berbatas coklat tidak teratur. Akhirnya buah terlepas dari kelopaknya dan menjadi busuk sama sekali.
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a.         Menanam terung dengan jarak tanam yang cukup.
b.        Membersihkan gulma dan memelihara drainase.
c.         Buah-buah yang sakit dipetik dan dipendam.

3.        Bercak Daun
Penyebabnya adalah jamur Cercospora sp, Alternaria solani, Botrytis cinerea
Gejala bercak-bercak kelabu-kecoklatan atau hitam pada daun.
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a.         Menanam terung dengan jarak tanam yang cukup.
b.        Membersihkan gulma dan memelihara drainase.
c.         Buah-buah yang sakit dipetik dan dipendam.
d.        Rotasi tanaman.

4.        Antraknose
Penyakit ini disebabkan oleh Gloeosporium melongena Ell.
Gejala pada buah becak-becak melekuk, bulat, yang dapat bersatu menjadi becak besar yang tidak teratur. Becak berwarna coklat dengan titik-titik hitam yang terdiri dari aservulus jamur.
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a.         Menanam terung dengan jarak tanam yang cukup.
b.        Membersihkan gulma dan memelihara drainase.
c.         Buah-buah yang sakit dipetik dan dipendam.
d.        Rotasi tanaman.
e.         Penggunaan varietas resisten.

5.        Busuk Leher Akar
Penyebabnya adalah Sclerotium rolfsii
Gejala pangkal batang membusuk berwarna coklat.
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a.         Menanam terung dengan jarak tanam yang cukup.
b.        Membersihkan gulma dan memelihara drainase.
c.         Buah-buah yang sakit dipetik dan dipendam.
d.        Rotasi tanaman.
e.         Penggunaan varietas resisten.

6.        Rebah Semai
Penyebabnya adalah Jamur Rhizoctonia solani dan Pythium spp.
Gejala batang bibit muda kebasah-basahan, mengkerut dan akhirnya roboh dan mati.
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a.          Tanam varietas tahan.
b.        Atur jarak tanam dan pergiliran tanaman.
c.         perbaikan drainase.
d.        Atur kelembaban dengan jarak tanam agak lebar.
e.         cabut dan buang tanaman sakit.

7.        Mosaik
Virus mosaik ketimun dapat ditularkan secara mekanis dengan gosokan, maupun oleh kutu daun. Para pekerja yang menangani semai-semai dapat menularkan virus ke banyak tanaman. Virus juga mungkin terdapat di dalam banyak tumbuh, termasuk gulma di sekeliling pertanaman terung.
Pengendalian yang dapat dilakukan dengan cara memberantas gulma khususnya yang termasuk famili terung-terungan, menangani semai-semai dengan hati-hati sebelumnya dicuci dengan sabun atau deterjen dan tanaman yang bergejala segera dicabut.

8.        Busuk Daun (Pseudoperonospora cubensis Berk)
Daur penyakit ini tidak dapat hidup sebagai saprofit pada sisa-sisa tanaman, dan jamur tidak mempertahankan dari musim ke musim pada tanaman mentimun. Spora dipencarkan oleh angin. Infeksi terjadi melalui mulut kulit.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit ini di bantu oleh kelembaban, dan akan berkembang hebat jika terdapat banyak kabut dan embun. Infeksi hanya terjadi kalaukelembaban udara 100 %, suhu 10-28oC, dengan suhu optimum 16-22oC.
Gejala pada permukaan atas daun terdapat becak-becak kuning, sering agak bersudut karena terbatas oleh tulang-tulang daun. Pada cuaca lembab pada sisi bawah becak terdapat kapang seperti bulu yang warnanya keunguan. Pada daun ketimun yang sakit dapat mati.
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a.         Pembongkaran apabila terdapat tanaman terserang berat kemudian di bakar atau dipendam. Sisa-sisa tanaman lama dibersihkan.
b.        Mengatur jarak tanam dan drainase yang baik.

9.        Penyakit Tepung (Erysiphi cichoracearum DC)
Daur penyakit : penyakit ini dapat mempertahankan diri dari musim kemusim pada tanaman-tanaman hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit ini pada konidium jamur tepung ini dapat berkecambah dan mengadakan infeksi tanpa adanya tetes air, dengan kelembaban udara sedikit di bawah 100 %. Lapisan jamur putih mulai kelihatan setelah 8 – 10 hari.
Gejala pada permukaan daun dan batang muda terdapat lapisan putih betepung, yang terdiri dari miselium, konidiofor, dan konidiofor jamur penyebab penyakit. Becak kemudian menjadi kuning dan akhirnya mengering.
Pada penyakit berat daun dan batang muda dapat mati. Jika semua daun pada tanaman yang bersangkutan terinfeksi sehingga tanaman menjadi lemah, pertumbuhannya terhambat dan buahnya dapat terbakar, atau masak sebelum waktunya.
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a.       Tanaman yang sakit dipendam dan dicabut.
b.      Memberantas gulma yang dapat menjadi tumbuhan inang jamur tepung, antara lain yang termasuk famili labu-labuan dan terungan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar