A.
Hama yang menyerang tanaman jagung
1.
Penggerek
Batang Jagung (Ostrinia
furnacalis Guen)
Ordo : Lepidoptera
Famili : Pyralidae
Genus :
Ostrinia
Spesies : Ostrinia
furnacalis Guen
Bioekologi
:
Ngengat aktif malam
hari dan tidak tertarik pada cahaya. Ngengat betina lebih menyukai meletakkan
telur pada tanaman jagung yang
tinggi dan telur di letakkan pada permukaan bagian bawah daun utamanya pada daun ke 5-9 secra berkelompok berbentuk
bulat panjang atau tidak teratur berwarna putih kekuning-kuningan mengkilat
seperti sutera, jumlahnya sekitar 10-40 butir telur, tetapi kadang-kadang lebih
dari 90 butir. Seekor ngengat betina mampu bertelur mencapai 500-1500 butir.
Biasanya hama ini bertelur seminggu sebelum terbentuk bunga betina (tongkol). Selanjutnya, telur
menetas sekitar 3-10 hari dan larva
yang baru menetas berwarna putih kekuning-kuningan, makan berpindah-pindah, larva muda mula-mula menggerek daun
bagian bawah dan meninggalkan sisa-sisa makanan serta kotoran, kemudian menuju
malai. Selanjutnya memakan malai dan memintal malai bersama serta membuat
terowongan ke dalam tulang daun dan mengebor masuk ke dalam batang. Setelah
instar lanjut menggerek batang,
umur larva 17-30 hari. Pupa biasanya
terbentuk di dalam batang, berwarna coklat kemerah merahan, umur pupa 6-9 hari. Ngengat hidup selama 10-24 hari.
Gejala dan
kerugian yang ditimbulkan :
Gejala serangan yaitu larva
O. furnacalis ini mempunyai karakteristik kerusakan
pada setiap bagian tanaman
jagung yaitu lubang kecil pada daun, lubang gorokan pada batang, bunga jantan, atau pangkal tongkol, batang dan
tassel yang mudah patah, tumpukan tassel yang rusak. Serangan yang hebat dapat
menggagalkan panen.
Pengendalian dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut.
a.
Waktu
tanam yang tepat.
b.
Tumpangsari
jagung dengan kedelai atan kacang tanah untuk membingungkan hama dalam mencari
inang baik karena beraneka senyawa kimia yang dikeluarkan maupun tinggi
rendahnya tanaman-tanaman yang ada di lahan tersebut .
c.
Rotasi tanaman untuk memutus siklus hidup hama
ini dengan catatan hama pada tanaman jagung berbeda dengan hama pada tanaman
lain.
d.
Pemanfaatan
musuh alami seperti : Parasitoid Trichogramma spp.
Parasitoid tersebut dapat memarasit telur O. furnacalis.
Predator
Euborellia annulata memangsa larva dan pupa O. furnacalis. Bakteri Bacillus thuringiensis Kurstaki mengendalikan larva O. furnacalis,
Cendawan
sebagai entomopatogenik
adalah Beauveria
bassiana dan Metarhizium anisopliae mengendalikan larva O. furnacalis. Ambang ekonomi 1 larva/tanaman.
e.
Menanam
jagung agak lambat untuk menghindari telur hama lebih dini.
f.
Memindahkan
batang-batang jagung sesudah panen dan memusnahkan tunggul batang jagung untuk
mencegah larva tidur.
g.
Menghilangkan
bunga jantan 3 dari 4 baris sesudah bunga jantan muncul untuk mengurangi
pengebor jagung dan menambah hasil panenan.
h.
Penggunaan
insektisida yang berbahan aktif monokrotofos, triazofos, diklhrofos, dan
karbofuran efektif untuk menekan serangan penggerek batang jagung.
2.
Ulat
Grayak (Spodoptera
litura F.)
Ordo :
Lepidoptera
Famili :
Noctuidae
Genus :
Spodoptera
Spesies : Spodoptera
litura F.
Bioekologi :
Ngengat dengan
sayap bagian depan berwarna coklat atau keperak-perakan, sayap belakang berwarna keputihan, aktif
malam hari. Telur berbentuk
hampir bulat dengan bagian datar melekat pada balik daun (kadang tersusun 2 lapis), warna coklat
kekuning-kuningan, berkelompok (masing-masing berisi 200-300 butir) tertutup bulu seperti beludru,
menetas 3-4 hari. Larva mempunyai
warna yang bervariasi, ulat yang baru menetas berwarna hijau muda, bagian sisi coklat tua atau hitam kecoklatan
dan hidup berkelompok. Ulat
menyerang tanaman pada malam hari, dan pada siang hari bersembunyi dalam tanah (tempat yang lembab). Biasanya ulat
berpindah ke tanaman lain secara bergerombol dalam jumlah besar. Selanjutnya membentuk pupa. Ulat berkepompong dalam tanah,
membentuk pupa tanpa rumah pupa (kokon) berwana coklat kemerahan dengan panjang sekitar 1,6 cm. Siklus hidup
berkisar antara 30 – 60
hari (lama stadium telur 3 -4 hari, larva yang terdiri dari 5 instar : 20-46 hari, pupa 8 – 11 hari).
Gejala :
Gejala serangan larva
yang masih kecil merusak daun dan menyerang secara serentak berkelompok. dengan
meninggalkan sisa-sisa epidermis bagian atas, transparan dan tinggal
tulang-tulang daun saja. Biasanya larva berada di permukaan bawah daun, umumnya
terjadi pada musim kemarau. Tanaman Inang Hama ini bersifat polifag, selain jagung juga menyerang tomat,
kubis, cabai, buncis, bawang merah, terung, kentang, kangkung, bayam, padi, ,
tebu, jeruk, pisang, tembakau, kacang-kacangan, tanaman hias, gulma Limnocharis sp., Passiflora foetida, Ageratum
sp., Cleome sp., dan Trema sp.
Pengendalian dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut.
a.
Pembakaran
tanaman.
b.
Pengolahan
tanah yang intensif.
c.
Mengumpulkan
larva atau pupa dan bagian tanaman yang terserang kemudian memusnahkannya.
d.
Penggunaan
perangkap feromonoid seks untuk ngengat sebanyak 40 buah per hektar atau 2 buah
per 500 m2 dipasang di tengah pertanaman sejak tanaman berumur 2 minggu.
e.
Pemanfaatan
musuh alami seperti : patogen Sl-NPV (Spodoptera litura – Nuclear Polyhedrosis Virus), cendawan Cordisep, Aspergillus flavus, Beauveria bassina, Nomuarea rileyi,
dan Metarhizium anisopliae,
bakteri Bacillus
thuringensis, nematode Steinernema sp.,
predator
Sycanus sp., Andrallus spinideus, Selonepnis
geminada, parasitoid Apanteles sp., Telenomus spodopterae, Microplistis
similis, dan Peribeae sp.
f.
Beberapa
insektisida yang dianggap cukup efektif adalah monokrotofos, diazinon, khlorpirifos,
triazofos, dikhlorovos, sianofenfos, dan karbaril apabila berdasarkan hasil pengamatan
tanaman contoh, intensitas serangan mencapai lebih atau sama dengan 12,5% per
tanaman contoh.
3.
Penggerek
Tongkol Jagung (Helicoverpa
armigera Hbn.)
Ordo : Lepidotera
Famili
: Noctuidae
Genus
: Helicoverpa
Spesies
: Helicoverpa armigera Hbn.
Bioekologi :
Telur penggerek tongkol berbentuk bulat dan berwarna coklat kuning. Imago
betina H. armigera meletakkan telur pada rambut
jagung, yang diletakkan satu per satu pada kuncup muda, batang, atau buah.
Rata-rata produksi telur imago betina adalah 1000-1500 butir, telur menetas setelah
2-4 hari. Larva spesies ini terdiri
dari lima sampai tujuh instar. Larva menyerang dalam keadaan masak susu. Khususnya
pada jagung, masa perkembangan larva pada suhu 24-27,2oC adalah 14-30
hari. Larva serangga ini memiliki sifat kanibalisme . Spesies ini mengalami
masa pra pupa selama satu sampai empat hari. Masa pra pupa dan pupa biasanya
terjadi dalam tanah dan kedalamannya bergantung pada kekerasan tanah. Pupa, pada umumnya pupa terbentuk pada
kedalaman 2,5-17,5 cm. Terkadang pula serangga ini berpupa pada permukaan tumpukan
limbah tanaman atau pada kotoran serangga ini yang terdapat pada tanaman. Pada
kondisi lingkungan mendukung, fase pupa bervariasi dari enam hari pada suhu 35oC
sampai 30 hari pada suhu 15oC.
Gejala dan
kerugian yang ditimbulkan :
Gejala
serangan yaitu Imago betina
akan meletakkan telur pada silk jagung dan sesaat setelah menetas larva akan menginvasi masuk kedalam tongkol
dan akan memakan biji yang sedang mengalami
perkembangan. Infestasi serangga ini akan menurunkan kualitas dan kuantitas tongkol jagung.
Pengendalian
dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut.
a.
Musuh
alami yang digunakan sebagai pengendali hayati dan cukup efektif untuk
mengendalikan penggerek tongkol adalah Parasit, Trichogramma spp yang merupakan parasit telur dan Eriborus argentiopilosa (Ichneumonidae) parasit pada larva
muda. Cendawan Metarhizium anisopliae.menginfeksi larva. Bakteri, Bacillus thuringensis dan Virus Helicoverpa armigera Nuclear Polyhedrosis Virus (HaNPV)
menginfeksi larva.
b.
Pengelolaan
tanah yang baik akan merusak pupa yang terbentuk dalam tanah dan dapat
mengurangi populasi H.
armigera berikutnya.
c.
Ngengat
penggerek jagung bertelur bila jagung berbunga. Oleh karena itu, petani dapat
menangkap ngengat dengan perangkap cahaya sebelum waktu jagung berbunga.
d.
Rotasi
tanaman untuk memutus siklus hidupnya karena ulat ini sangat polyphagous.
e.
Tanaman
tumpangsari dengan tanaman-tanaman yang bermanfaat sehingga dapat mengurangi
jumlah serangan dari hama penggerek ini.
f.
Mengatur
jarak tanam agar tidak memudahkan imago penggerek ini mencari inangnya.
g.
Untuk
mengendalikan larva H.
armigera pada jagung,
penyemprotan insektisida Decis dilakukan setelah terbentuknya rambut jagung
pada tongkol dan diteruskan (1-2) hari hingga rambut jagung berwarna coklat.
4.
Lalat
Bibit (Atherigona
exigua Stein)
Ordo:
Diptera
Famili : Antomyiidae
Genus
: Atherigona
Spesies
: Atherigona exigua
Stein
Bioekologi :
Lama hidup
serangga dewasa bervariasi antara 5-23 hari dimana betina hidup dua kali lebih
lama dari pada jantan. Serangga dewasa sangat aktif terbang dan sangat tertarik
pada kecambah atau tanaman yang baru muncul di atas permukaan tanah. Imago kecil
dengan ukuran panjang 2,5-4,5 mm. Telur Imago betina mulai meletakkan telur tiga sampai lima hari setelah
kawin dengan jumlah telur 7-22 butir atau bahkan hingga 70 butir. Imago betina
meletakkan selama 3-7 hari, diletakkan secara tunggal, berwarna putih,
memanjang, diletakkan dibawah permukaan daun. Larva terdiri dari tiga instar yang berwarna putih krem pada awalnya dan
selanjutnya menjadi kuning hingga kuning gelap. Pupa terdapat pada pangkal batang dekat atau di bawah permukaan tanah,
umur pupa 12 hari pada pagi atau sore hari. Puparium berwarna coklat
kemerah-merahan sampai coklat dengan ukuran panjang 4,1 mm. aktivitas lalat
bibit hanya selama satu sampai dua bulan pada musim hujan.
Gejala :
Gejala
serangan berupa larva yang baru menetas melubangi batang yang kemudian membuat
terowongan hingga dasar batang sehingga tanaman menjadi kuning dan akhirnya
mati.
Pengendalian dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut.
a.
Pemanfaatan musuh alami seperti Parasitoid yang memarasit telur adalah Trichogramma spp. dan parasit larva adalah Opius sp. dan Tetrastichus sp. Predator Clubiona japonicola yang merupakan predator imago.
b.
Mengubah
waktu tanam.
c.
Pergiliran
tanaman agar dapat memutus siklus hidup lalat bi bit ini.
d.
Tanam
serempak agar tidak tersedia makanan terus-menerus sehingga dapat memutus
siklus hidupnya.
e.
Tanaman yang terserang segera dicabut dan
dimusnahkan.
f.
Sanitasi kebun.
g.
Penggunaan
varietas
resisten seperti galur-galur
jagung QPM putih yang tahan terhadap lalat bibit adalah MSQ-P1(S1)-C1- 11,
MSQ-P1(S1)-C1-12, sementara galur-galur jagung QPM kuning yang tahan terhadap
serangga hama ini adalah MSQ-K1(S1)-C1-16, MSQ-K1(S1)-C1-35.
h.
Pengendalian
dengan insektisida dapat dilakukan dengan perlakuan benih (seed dressing) Penggunaan
insektisida hanya dianjurkan di daerah endemik .
5.
Kumbang Bubuk (Sitophilus
zeamais Motsch)
Ordo : Coleoptera
Famili : Curculionidae
Genus
: Sitophilus
Spesies
: Sitophilus zeamais Motsch
Bioekologi :
Sitophilus
zeamais Motsch
dikenal dengan maize weevil atau kumbang bubuk, dan merupakan serangga yang bersifat
polifag, selain menyerang jagung, juga beras, gandum, kacang tanah, kacang kapri, kacang
kedelai, kelapa dan jambu mente, S. zeamais lebih dominan terdapat pada jagung dan
beras. Telur diletakkan
satu per satu pada lubang gerekan didalam biji, Keperidian imago sekitar 300-400 butir telur; stadia
telur kurang lebih enam hari pada suhu 25oC Larva kemudian menggerek biji dan hidup di
dalam biji, umur kurang lebih 20 hari pada suhu 25oC dan kelembaban nisbi 70%. Pupa terbentuk di dalam biji dengan stadia
pupa berkisar 5-8 hari. Imago yang terbentuk berada di dalam biji selama beberapa hari sebelum
membuat lubang keluar.
Imago dapat bertahan hidup cukup lama yaitu dengan makan sekitar 3-5 bulan jika tersedia makanan dan
sekitar 36 hari jika tanpa makan. Siklus hidup sekitar 30-45 hari pada kondisi suhu optimum 29oC,
kadar air biji 14% dan kelembaban
nisbi 70%. Perkembangan populasi sangat cepat bila bahan simpanan kadar airnya di atas 15%.
Gejala :
Gejala serangan yaitu S. zeamais merusak biji jagung dalam penyimpanan dan juga dapat menyerang tongkol jagung yang masih
berada di pertanaman.
Pengendalian dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut.
a.
Pengelolaan tanaman. Serangan selama tanaman di lapangan dapat terjadi jika tongkol
terbuka, tanaman yang kekeringan, dengan pemberian pupuk yang rendah
menyebabkan tanaman mudah terserang busuk tongkol sehingga dapat diinfeksi oleh
kumbang bubuk. Panen yang tepat pada saat jagung mencapai masak fisiologis,
Panen yang tertunda dapat menyebabkan meningkatnya kerusakan biji di
penyimpanan.
b.
Penggunaan
varietas
tanaman. Penggunaan
varietas dengan kandungan asam fenolat tinggi dan kandungan asam aminonya
rendah dapat menekan kumbang bubuk. Penggunaan varietas yang mempunyai
penutupan kelobot yang baik.
c.
Kebersihan dan pengelolaan gudang. Kebanyakan hama gudang cenderung
bersembunyi atau melakukan hibernasi sesudah gudang tersebut kosong. Taktik
yang digunakan termasuk membersihkan semua struktur gudang dan membakar semua
biji yang terkontaminasi dan membuang dari area gudang. Selain itu
karung-karung bekas yang masih berisi sisa biji harus dibuang. Semua struktur
gudang harus diperbaiki, termasuk dinding yang retak-retak dimana serangga dapat
bersembunyi, dan memberi perlakuan insektisida baik pada dinding maupun plafon gudang.
d.
Persiapan biji jagung yang disimpan. Kadar air biji 12% dapat menghambat
perkembangan kumbang bubuk. Perkembangan populasi kumbang bubuk akan meningkat
pada kadar air 15% atau lebih.
e.
Melakukan
penjemuran dapat menghambat perkembangan kumbang bubuk.
f.
Melakukan
sortasi dapat dilakukan dengan memisahkan biji rusak yang terinfeksi oleh
serangga dengan biji sehat (utuh).
g.
Bahan Tanaman. Bahan nabati yang dapat digunakan yaitu daun Annona sp., Hyptis spricigera,
Lantana camara, daun Ageratum conyzoides,
Chromolaena odorata, akar dari Khaya senegelensis, Acorus calamus, bunga dari Pyrethrum
sp., Capsicum sp., dan tepung biji dari
Annona sp. dan Melia sp.
h.
Penggunaan
agensi patogen dapat
mengendalikan kumbang bubuk seperti Beauveria bassiana pada konsentrasi 109 konidia/ml takaran 20 ml/kg biji dapat mencapai
mortalitas 50%. Penggunaan parasitoid Anisopteromalus calandrae (Howard) mampu menekan kumbang bubuk.
i.
Melakukan
fumigasi.
Fumigan merupakan senyawa
kimia yang dalam suhu dan tekanan tertentu berbentuk gas, dapat membunuh
serangga/hama melalui sistem pernafasan. Fumigasi dapat dilakukan pada tumpukan
komoditas kemudian ditutup rapat dengan lembaran plastik. Fumigasi dapat pula
dilakukan pada penyimpanan yang kedap udara seperti penyimpanan dalam silo,
dengan menggunakan kaleng yang dibuat kedap udara atau pengemasan dengan
menggunakan jerigen plastik, botol yang diisi sampai penuh kemudian mulut botol
atau jerigen dilapisi dengan parafin untuk penyimpanan skala kecil. Jenis
fumigan yang paling banyak digunakan adalah phospine (PH3), dan Methyl Bromida
(CH3Br).
B.
Penyakit yang
menyerang tanaman jagung
1.
Bulai
(Downy Mildew)
Penyakit bulai di Indonesia disebabkan
oleh cendawan Peronosclerospora
maydis dan Peronosclerospora philippinensis yang luas sebarannya, sedangkan Peronosclerospora sorghii hanya ditemukan di dataran tinggi
Berastagi Sumatera Utara dan Batu Malang Jawa Timur.
Gejala
penyakit ini terjadi pada permukaan daun jagung berwarna putih sampai kekuningan
diikuti dengan garis-garis klorotik (gambar 34) dan ciri lainnya adalah pada
pagi hari di sisi bawah daun jagung terdapat lapisan beledu putih yang terdiri
dari konidiofor dan konidium jamur. Penyakit bulai pada tanaman jagung
menyebabkan gejala sistemik yang meluas keseluruh bagian tanaman dan
menimbulkan gejala lokal (setempat). Gejala sistemik terjadi bila infeksi
cendawan mencapai titik tumbuh sehingga semua daun yang dibentuk terinfeksi.
Tanaman yang terinfeksi penyakit bulai pada umur masih muda biasanya tidak
membentuk buah, tetapi bila infeksinya pada tanaman yang lebih tua masih terbentuk
buah dan umumnya pertumbuhannya kerdil.
Pengendalian dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut.
a.
Menanam
varietas tahan: Sukmaraga, Lagaligo, Srikandi, Lamuru dan Gumarang.
b.
Melakukan
periode waktu bebas tanaman jagung minimal dua minggu sampai satu bulan.
c.
Mengatur
pola tanam dan pola pergiliran tanaman.
d.
Penanaman
jagung secara serempak.
e.
Eradikasi
tanaman yang terinfeksi bulai.
f.
Penggunaan
fungisida metalaksil pada benih jagung (perlakuan benih) dengan dosis 0,7 g
bahan aktif per kg benih.
2.
Bercak
Daun (Leaf Bligh)
Penyebab penyakit bercak daun adalah Bipolaris maydis Syn. Pada B. maydis ada
dua ras yaitu ras O dan ras T.
Gejala serangan berupa penyakit
bercak daun pada tanaman jagung dikenal dua tipe menurut ras patogennya yaitu ras O, bercak
berwarna coklat kemerahan dengan ukuran 0,6 x (1,2-1,9) cm (Gambar 35). Ras T bercak berukuran
lebih besar yaitu (0,6-1,2) x (0,6-2,7) cm, berbentuk kumparan dengan bercak berwarna hijau
kuning atau klorotik kemudian menjadi coklat kemerahan (gambar 36). Kedua ras ini, ras T lebih virulen
dibanding ras O dan pada bibit jagung yang terserang menjadi layu atau mati dalam waktu 3_4 minggu setelah
tanam. Tongkol yang
terinfeksi dini, biji akan rusak dan busuk, bahkan tongkol dapat gugur. Bercak pada ras T terdapat pada
seluruh bagian tanaman (daun, pelepah, batang, tangkai kelobot, biji dan tongkol). Permukaan biji yang terinfeksi
ditutupi miselium berwarna
abu-abu sampai hitam sehingga dapat menurunkan hasil yang cukup besar. Cendawan ini dalam bentuk miselium dan
spora dapat bertahan hidup dalam sisa tanaman di lapang atau pada biji di penyimpanan. Konidia yang terbawa
angin atau percikan air hujan
dapat menimbulkan infeksi pertama pada tanaman jagung.
Pengendalian dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagi berikut.
a.
Menanam
varietas tahan : Bima 1, Srikandi Kuning -1, Sukmaraga dan Palakka.
b.
Eradikasi
tanaman yang terinfeksi bercak daun.
c.
Mengatur kondisi lahan tidak lembab.
d.
Pergiliran tanaman.
e.
Penggunaan
fungisida dengan bahan aktif mancozeb dan carbendazim.
3.
Hawar
Daun
Penyebab penyakit hawar daun adalah Helminthosporium turcicum
Gejala yaitu
pada awal infeksi gejala
berupa bercak kecil, berbentuk oval kemudian bercak semakin memanjang berbentuk
ellips dan berkembang menjadi nekrotik dan disebut hawar, warnanya hijau
keabu-abuan atau coklat (gambar 37). Panjang hawar 2,5-15 cm, bercak muncul
awal pada daun yang terbawah kemudian berkembang menuju daun atas. Infeksi berat
dapat mengakibatkan tanaman cepat mati atau mengering dan cendawan ini
tidakmenginfeksi tongkol atau klobot. Cendawan ini dapat bertahan hidup dalam
bentuk miselium dorman pada daun atau pada sisa sisa tanaman di lapang.
Pengendalian dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut.
a.
Menanam
varietas tahan Bisma, Pioner2, pioner 14, Semar 2 dan 5.
b.
Eradikasi
tanaman yang terinfeksi bercak daun.
c.
Penggunaan
fungisida dengan bahan aktif mankozeb dan dithiocarbamate.
4.
Karat
(Rust)
Penyebab
penyakit karat adalah Puccinia
polysora Underw
Gejala berupa bercak-bercak kecil (uredinia)
berbentuk bulat sampai oval terdapat pada permukaan
daun jagung di bagian atas dan bawah (gambar 38), uredinia menghasilkan
uredospora yang berbentuk bulat atau oval dan
berperan penting sebagai sumber inokulum dalam menginfeksi
tanaman jagung yang lain dan sebarannya melalui angin. Penyakit karat dapat terjadi di dataran rendah sampai tinggi dan infeksinya
berkembang baik pada musim penghujan atau musim kemarau.
Pengendalian dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut.
a.
Menanam
varietas tahan Lamuru, Sukmaraga, Palakka, Bima 1 dan Semar 10.
b.
Mengatur kelembaban.
c.
Eradikasi
tanaman yang terinfeksi karat daun dan gulma.
d.
Sanitasi kebun.
e.
Penggunaan
fungisida dengan bahan aktif benomil.
5.
Busuk Pelepah
Penyebab penyakit busuk pelepah adalah Rhizoctonia solani Kuhn.
Gejala
penyakit busuk pelepah pada tanaman jagung umumnya terjadi pada pelepah daun, bercak
berwarna agak kemerahan kemudian berubah menjadi abu-abu, bercak meluas dan
seringkali diikuti pembentukan sklerotium dengan bentuk yang tidak beraturan
mula-mula berwarna putih kemudian berubah menjadi cokelat. Gejala hawar dimulai
dari bagian tanaman yang paling dekat dengan permukaan tanah dan menjalar
kebagian atas, pada varietas yang rentan serangan jamur dapat mencapai pucuk
atau tongkol. Cendawan ini bertahan hidup sebagai miselium dan sklerotium pada
biji, di tanah dan pada sisa-sisa tanaman di lapang. Keadaan tanah yang basah,
lembab dan drainase yang kurang baik akan merangsang pertumbuhan miselium dan
sklerotia, sehingga merupakan sumber inokulum utama.
Pengendalian dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut.
a.
Menggunakan
varietas/galur yang tahan sampai agak tahan terhadap penyakit hawar pelepah
misalnya: Semar 2, Rama, Galur GM 27.
b.
Diusahakan
agar pertanaman tidak terlalu rapat sehingga kelembaban tidak terlalu tinggi.
c.
Lahan
mempunyai drainase yang baik.
d.
Mengadakan
pergiliran tanaman, tidak menanam jagung terus menerus di lahan yang sama.
e.
Penggunaan
fungisida dengan bahan aktif mancozeb dan carbendazim.
6.
Busuk
Batang
Penyakit busuk batang jagung dapat
disebabkan oleh delapan spesies/cendawan seperti Colletotrichum graminearum, Diplodia
maydis, Gibberella zeae, Fusarium moniliforme, Macrophomina phaseolina, Pythium
apanidermatum, Cephalosporium maydis, dan Cephalosporium
acremonium. Di
Sulawesi Selatan penyebab penyakit busuk batang yang telah berhasil diisolasi
adalah Diplodia sp., Fusarium sp.
dan Macrophomina sp.
Penularan yaitu cendawan
patogen penyebab penyakit busuk batang memproduksi konidia pada permukaan tanaman inangnya . Konidia
dapat disebarkan oleh angin, air hujan ataupun serangga. Pada waktu tidak ada tanaman, cendawan
dapat bertahan pada sisa-sisa tanaman yang terinfeksi dalam fase hifa atau piknidia dan
peritesia yang berisi spora. Pada kondisi lingkungan yang sesuai untuk perkembangannya, spora akan
keluar dari piknidia atau peritesia. Spora pada permukaan tanaman jagung akan tumbuh dan
menginfeksi melalui akar ataupun pangkal batang. Infeksi awal dapat melalui luka atau membentuk
sejenis apresoria yang mampu penetrasi ke jaringan tanaman. Spora/konidia yang terbawa angin dapat
menginfeksi ke tongkol, dan biji yang terinfeksi bila ditanam dapat menyebabkan penyakit
busuk batang.
Gejala berupa tanaman
jagung tampak layu atau kering seluruh daunnya. Umumnya gejala tersebut terjadi pada stadia generatif, yaitu
setelah fase pembungaan. Pangkal batang yang terinfeksi berubah warna dari hijau menjadi
kecoklatan, bagian dalam busuk, sehingga mudah rebah, pada bagian kulit luarnya tipis. Pada
pangkal batang terinfeksi tersebut ada yang memperlihatkan warna merah jambu, merah kecoklatan
atau coklat.
Pengendalian dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut.
a.
Menanam
varietas tahan, hasil pengujian 54 varietas/galur jagung terhadap Fusarium sp. melalui inokulasi tusuk gigi di
dapat 17 varietas/galur yang paling tinggi ketahanannya yaitu BISI-1, BISI-4, BISI-5,
Surya, Exp.9572, Exp. 9702, Exp. 9703, CPI-2, FPC 9923, Pioneer-8, Pioneer-10,
Pioneer-12, Pioneer-13, Pioneer-14, Semar-9, Palakka, dan J1-C3.
b.
Pergiliran
tanaman.
c.
pemupukan
berimbang, menghindari pemberian N tinggi dan K rendah.
d.
Drainase
yang baik.
e.
Penggunaaan
musuh alami seperti cendawan antagonis Trichoderma sp.
7.
Busuk
Tongkol
Penyakit
busuk tongkol dapat disebabkan oleh beberapa jenis cendawan antara lain Fusarium moniliforme (penyebab busuk tongkol
Fusarium), Diplodia
maydis (penyebab busuk tongkol Diplodia), dan Gibberella roseum (penyebab busuk tongkol Gibberella).
Gejala pada busuk tongkol Fusarium adalah permukaan biji pada tongkol berwarna merah jambu sampai coklat,
kadangkadang diikuti oleh
pertumbuhan miselium seperti kapas yang berwarna merah jambu. Cendawan berkembang pada sisa tanaman
dan di dalam tanah, cendawan ini dapat terbawa benih , dan penyebarannya dapat melalui angin atau tanah.
Sedangkan gejala pada busuk tongkol Diplodia berupa kelobot yang terinfeksi pada umumnya
berwarna coklat, infeksi pada kelobot setelah 2 minggu keluarnya rambut jagung, menyebabkan biji berubah
menjadi coklat, kisut dan busuk.
Miselium berwarna putih, piknidia berwarna hitam tersebar pada klobot infeksi dimulai pada dasar tongkol
berkembang ke bongkol kemudian merambat ke permukaan biji dan menutupi klobot. Cendawan dapat bertahan hidup
dalam bentuk spora dan
piknidia yang berdinding tebal pada sisa tanaman di lapang.
Selanjutnya gejala pada busuk tongkol Gibberella yaitu tongkol yang terinfeksi dini oleh
cendawan dapat menjadi busuk dan klobotnya saling menempel erat pada tongkol, badan buah berwarna biru hitam
tumbuh di permukaan klobot
dan bongkol.
Pengendalian dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut.
a.
Pemeliharaan
tanaman yang sebaik-baiknya, antara lain dengan pemupukan seimbang.
b.
Tidak
membiarkan tongkol terlalu lama mengering di lapangan, jika musim hujan bagian
batang dibawah tongkol dipatahkan agar ujung tongkol tidak mengarah keatas.
c.
Mengadakan
pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan termasuk padi-padian karena
patogen ini mempunyai banyak tanaman inang.
d.
Pergiliran tanam.
e.
Mengatur jarak tanam.
f.
Perlakuan benih.
8.
Virus
Mosaik Kerdil Jagung
Penularan virus dapat terjadi secara
mekanis atau melalui serangga Myzus
percicae dan Rhopalopsiphum maydis secara non persisten.
Gejala
penyakit ini tanaman menjadi kerdil, daun berwarna mosaik atau hijau dengan
diselingi garis-garis kuning, dilihat secara keseluruhan tanaman tampak
berwarna agak kekuningan mirip dengan gejala bulai tetapi apabila permukaannya
daun bagian bawah dan atas dipegang tidak terasa adanya serbuk spora. Tanaman
yang terinfeksi virus ini umumnya terjadi penurunan hasilnya.
Pengendalian dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut.
a.
Mencabut
tanaman yang terinfeksi seawal mungkin agar tidak menjadi sumber infeksi bagi
tanaman sekitarnya ataupun pertanaman yang akan datang.
b.
Mengadakan
pergiliran tanaman, tidak menanam jagung terus menerus di lahan yang sama.
c.
Penggunaan
pestisida apabila di lapangan populasi vektor cukup tinggi.
d.
Tidak
penggunakan benih yang berasal dari tanaman yang terinfeksi virus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar