Selasa, 27 Maret 2012

Penyakit Kudis (Streptomyces ipomoeae)


Gambar :





Penyakit kudis pada ubi jalar (Ipomoea batatas) disebabkan oleh Streptomyces ipomoeae. Penyakit ini disebut juga dengan cacar atau busuk akar kecil. Patogen ini menyerang bagian bawah tanaman termasuk akar, umbi, dan pangkal batang. Penyakit ini dapat mulai menyerang pada setiap tahap pertumbuhan tanaman, ketika kondisi sesuai dan cocok untuk perkembangan pathogen ini (terutama cuaca kering). . S. ipomoeae juga menginfeksi anggota lain dari keluarga tumbuhan Convolvulaceae.
Infeksi pada sistem akar fibrosa sering disebut sebagai "busuk akar kecil". tanaman yang terkena menjadi kerdil, daun lebih kecil dan pucat.

Streptomyces ipomoeae termasuk pathogen tular tanah, bersifat aerobik, sangat oksidatif, gram positif , membentuk rantai 3-10 spora oval (miselium), 0,8 -0,9 x 0,9-1,8 μm, dengan dinding halus. Spiral adalah radius sekitar 3-5 μm yang mungkin tidak lengkap, memberikan kait dan loop, atau 1-2 bergantian.
Dalam media kultur, koloni memiliki sporulasi hijau kebiruan, tetapi tidak memiliki bau khas genus Streptomyces lainnya.

Biologi dan ekologi

Patogen tular tanah ini dan penyebarannya terjadi melalui pergerakan air, manusia dan binatang, alat-alat yang terinfeksi, bahan tanam yang terinfeksi, dan kotoran sapi. Bakteri tetap aktif sampai inang ada dan kondisi yang tepat untuk infeksi. Jika bakteri ini telah ada di dalam tanah maka susah untuk menghilangkan atau memusnahkan pathogen ini.
Penyakit ini berkembang ketika cuaca kering, pH tanah di atas 5.2 dan suhu hangat.

Host kisaran

Inangnya berupa Ipomoea batatas (ubi jalar) dan dapat menginfeksi spesies lain dari family Convolvulaceae.

Pengendalian yang dapat dilakukan

1.     Menanam tanaman tahan seperti Beauregard dan Jasper, menunjukkan tingginya tingkat perlawanan sementara beberapa kultivar seperti Jewel dan Centennial, sangat rentan.
2.     Kultur teknis yang baik.
3.     Rotasi tanaman yang bukan tanaman yang sama penyakitnya dengan ubi jalar.
4.     Hindari kekeringan tanah dengan pengaturan irigasi yang tepat waktu.
5.     Hati-hati pemilihan bahan tanam.
6.     Hindari pengantar dari lahan yang terinfeksi ke lahan yang belum terinfeksi, dengan membatasi pergerakan peralatan, hewan, pupuk atau bahan tanam.
7.     Penggunaan fumigasi tanah dengan chloropicrin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar