A.
Hama
pada tanaman jeruk
1.
Kutu Dompolan
(Pseudococcus citri Risso)
Tanaman jeruk yang terserang hama
ini menunjukkan gejala tangkai buahnya menguning atau kering, buah-buah yang
masih muda gugur dan pada tanaman ditemukan banyak kutu.
Panjang tubuhnya 3-4 mm dan
lebarnya 1,5-2 mm. punggungnya berwarna kuning dan tertutup oleh lapisan tepung
lilin berwarna putih. Seekor kutu betina dapat menghasilkan telur sampai 300
butir. Periode bertelur berlangsung selama 6-20 hari. Setelah 3-6 hari telur
menetas dan kutu muda akan menghisap cairan daun dan buah. Dari telur sampai
dewasa membutuhkan waktu 1-4 bulan dan dalam satu tahun dapat menghasilkan dua
generasi. Kutu ini menyukai tempat yang teduh dan kering. Pada musim kemarau
populasi hama ini sering meledak.
Kutu ini mengeluarkan embun madu
yang disukai oleh semut geramang (rangrang)
dan merangsang tumbuhnya cendawan jelaga. Cendawan jelaga tersebut menyebabkan
buah jeruk kurang menarik, tidak normal dan sangat mengganggu pertumbuhan
tanaman. Penyebaran hama ini selain oleh semut geramang juga dapat terjadi
melalui angin dan hujan.
Musuh alami hama ini antara lain
predator Crytolaemus montrouzieri, Coccinella repanda, dan jamur Entomophthora fresenii.
Pengendalian hama ini dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a.
Sanitasi lingkungan tanaman jeruk dari gulma atau
tanaman inang kutu lainnya
b.
Penyiraman dengan air sabun pada seluruh bagian
pohon yang ada di permukaan tanah mulai dari pucuk tanaman
c.
Konservasi musuh alami hama
d.
Menghilangkan semut geramang sebagai penyebar
kutu ini
e.
Apabila populasi hama ini tinggi, dilakukan
penyemprotan insektisida
2. Hama Bisul Buah (Prays endocarpa Meyr.)
Kulit buah berbisul-bisul, tetapi
daging buahnya tidak rusak atau busuk. Pada tiap bisul terdapat seekor ulat
berwarna hijau yang panjangnya 5-7 mm. kepompongnya berwarna hijau kemerahan
dan panjangnya 4-5 mm. kupu-kupunya berwarna merah keabu-abuan dan panjangnya
sekitar 5 mm. hama ini biasanya menyerang jeruk yang berkulit tebal. Buah jeruk
yang masih muda bila terserang hama ini dapat mengalami kerontokan.
Kupu-kupu kecil (ngengat)
meletakkannya di kulit jeruk pada malam hari. Setelah empat hari telur menetas
dan ulatnya langsung menggerek kulit buah tetapi tidak sampai ke bagian daging
buah. Serangan tersebut menyebabkan bisul yang di dalamnya terdapat ulat
tersebut. Menjelang berkepompong, ulat keluar dari bisul menuju ke bagian bawah
ranting atau bawah daun untuk berkepompong di tempat tersebut. Setelah empat
hari, kepompong berubah menjadi ngengat. Dari masa telur sampai menjadi ngengat
berlangsung selama 29 hari. Musuh alami hama ini antara lain parasitoid Bracon sp, Copidosa sp, dan Brachymeria
sp.
Pengendalian hama bisul buah dapat
dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut.
1.
Pembungkusan (pemberongsongan) buah yang masih
muda dengan kertas, daun pisang kering, atau bahan lainnya.
2.
Sanitasi pohon untuk mengumpulkan kepompong,
kemudian memusnahkannya.
3.
Pengasapan pohon pada malam hari untuk mengusir
ngengat yang akan meletakkan telurnya.
4.
Bila populasinya tinggi maka dapat disemprot
dengan insektisida.
3.
Hama
Getah Buah (Citripestis sagitiferella
Mr.)
Hama ini menyebabkan kulit buah
bergetah banyak dan tampak kotoran yang menggantung, isi buah membusuk, dan
akhirnya rontok. Hama ini banyak menyerang buah jeruk berkulit tebal.
Ulat hama ini berwarna hijau,
panjangnya 2mm, tetapi menjelang berkepompong dapat mencapai 16 mm. kepompongnya
berwarna merah dan panjangnya 14 mm. Ngengat betina berukuran panjang 10-11 mm,
sedangkan yang jantan panjangnya 10 mm. Tubuh ngengat berwarna abu-abu.
Ngengat meletakkan telurnya pada
kulit buah secara berkelompok dan tersusun seperti genteng. Ukuran buah jeruk
yang disukai untuk peletakan telur yaitu 5-6 cm. Kelompok telur tersebut
biasanya terdapat pada bagian bawah atau tepi buah jeruk. Setelah 5-7 hari
telur tersebut akan menetas dan menjadi ulat. Ulat-ulat tersebut akan menggerek
kulit buah dan masuk ke dalam buah. Setelah 12-17 hari ulat turun dengan
menggantung pada benang sutera menuju ke tanah untuk berkepompong di dalam
tanah sedalam 1-2 cm. Setelah 10-11 hari ngengatnya muncul. Musuh alami hama
ini berupa parasitoid telur Trichogramma nana.
Pelepasan 500 parasitoid dewasa untuk tiap 4000 m2 dapat menekan
populasi hama sehingga kerusakan buah berkurang 50-80%.
Pengendalian hama getah buah dapat
dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut.
a.
Pendangiran tanah di bawah pohon untuk mematikan
kepompong hama.
b.
Pembungkusan buah dengan kertas atau bahan
lainnya yang dilakukan sejak buah berumur 2 bulan.
c.
Pengumpulan buah-buah yang gugur, kemudian
dibenamkan ke dalam tanah sedalam 30 cm.
d.
Konservasi musuh alaminya.
e.
Bila populasinya tinggi maka dapat disemprot
dengan insektisida yang aplikasinya dilakukan bersamaan dengan penetasan telur.
4.
Lalat
Buah (Dacus dorsalis Hend.)
Hama ini lebih banyak menyerang jenis jeruk yang berkulit
tipis. Jeruk yang terserang buahnya bebercak-bercak bulat, busuk, dan terdapat
lubang kecil di tengahnya.
Bentuk dewasa hama ini berupa lalat yang berwarna cokelat
kekuningan. Ukurannya kurang lebih sama dengan lalat rumah. Lalat betina dapat
menghasilkan telur sampai 15 butir dan diletakkan pada kulit buah. Setelah dua
hari telur tersebut menetas dan ulatnya yang berwarna putih masuk ke dalam buah
untuk memakan daging buah. Buah yang terserang menjadi busuk, bentuknya tidak
normal, dan dapat mengalami kerontokan. Stadium ulat berlangsung selama 6-9
hari. Ulat jatuh bersamaan dengan rontoknya buah dan masuk ke dalam tanah untuk
membentuk kepompong. Kepompongnya berbentuk bulat panjang dengan panjang 5 mm.
setelah 6-12 hari lalat buah telah dewasa. Musuh alami hama ini antara lain
parasitoid Opius spp, Spalangia philippinensis, Sintomosphyrum spp, dan Dirhinus cluzonensis.
Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut.
a.
Sanitasi kebun dengan mengumpulkan buah yang
gugur, pendangiran tanah di bawah pohon, dan pembersihan gulma.
b.
Pembungkusan buah dengan kertas, daun, atau
bahan lainnya.
c.
Pengasapan kebun dengan jerami atau sekam padi.
d.
Penggunaan senyawa penarik (antraktan) seperti
metil eugenol.
e.
Penyemprotan insektisida. Insektisida digunakan
pada populasi hama yang tinggi.
B.
Penyakit
yang menyerang tanaman jeruk
1.
Penyakit
Blendok Phytophthora (Phytophthora spp.)
Biologinya adalah jamur Phytophthora dapat bertahan dalam tanah
dan disini dapat membentuk sporangium dan spora kembara. Jamur terutama
dipencarkan oleh air hujan dan air pengairan yang mengalir di atas permukaan
tanah. Infeksi terjadi melalui luka-luka alamiah maupun luka-luka yang terjadi
karena alat pertanian maupun hewan termasuk serangga.
Gejalanya berupa mula-mula kulit
pada pangkal batang berwarna hitam kebasah-basahan dan mengeluarkan blendok
(gom) encer. Jika bagian yang busuk dipotong, kelihatan bahwa jaringan di
bawahnya berwarna cokelat kemerahan. Setelah beberapa lama kulit mati dan
mengelupas (jatuh).
Pengendalian dilakukan dengan cara
sebagai berikut.
a.
Memakai varietas yang tahan terhadap
Phytophthora.
b.
Jeruk ditanam di atas gundukan setinggi 15-20
cm.
c.
Air hujan dan air pengairan jangan sampai
menggenang di sekeliling pangkal batang tanaman.
d.
Pada waktu mengairi harus dijaga agar air tidak
mengenai pangkal batang.
e.
Mengurangi kelembaban kebun dengan melakukan
pemangkasan dan drainase yang sebaik-baiknya.
f.
Bagian yang sakit dipotong.
g.
Luka-luka ditutup dengan pestisida penutup luka.
2.
Penyakit
Kulit Diplodia (Botryodiplodia theobromae)
Jamur Botryodiplodia theobromae mengadakan infeksi melalui luka-luka
mekanis akibat pemangkasan, serangga, atau penyakit buih.
Gejalanya berupa keluarnya blendok
(gom) yang berwarna kuning emas dari batang atau abang-cabang yang besar pada
serangan Diplodia basah. Sedangkan serangan Diplodia kering berupa kulit
mongering, dan jika dipotong, kulit dan kayu dibawahnya berwarna hitam
kehijauan. Kulit yang sakit membentuk celah-celah kecil, dari dalamnya
keluarnlah massa spora yang semula berwarna putih, tetapi akhirnya berwarna
hitam.
Pengendalian dilakukan dengan cara
sebagai berikut.
a.
Cabang-cabang yang terserang dipotong untuk
mengurangi sumber infeksi.
b.
Menyemprot batang-batang dengan fungisida.
3.
Penyakit
Gloeosporium (Antraknos)
Penyebab penyakit ini adalah Colletotrichum
gloeosporioides Penz dan Gloeosporium limetticolum Clausen. Factor yang
mempengaruhi terjadi serangan pathogen ini adalah lemahnya jaringan tanaman
akibat kondisi yang kurang baik, cuaca yang panas dan lembab.
Gejalanya berupa bercak-bercak
cokelat pada daun dan dapat menyebabkan daun menjadi rontok. Pada
ranting-ranting terbentuk banyak sekali tubuh buah jamur yang bisa menyebabkan
ranting jadi mati. Bagian di sekitar tangkai buah berwarna cokelat dan dapat
menyebabkan rontoknya buah-buah.
Pengendalian dilakukan dengan cara
sebagai berikut.
a.
Diusaahakan tanaman selalu berada dalam kondisi
yang optimum.
b.
Ranting-ranting yang mati dipotong dan dibakar.
c.
Penggunaan fungisida.
4.
Busuk
Akar Armillaria (Armillariella sp.)
Jamur dapat mempertahankan diri
dalam tanah pada sisa-sisa akar. Penularan hanya terjadi karena adanya kontak
antara akar sehat dengan akar atau sisa akar sakit, dan dengan rizomorf.
Gejalanya berupa daun-daun ronto
dengan tiba-tiba atau sedikit demi sedikit. Pembentukan bunga salah waktu (di
luar musimnya). Akar-akar membusuk, kulitnya menjadi lunak, dan kayu mengandung
banyak air. Setelah beberapa lama pada
permukaan kulit terbentuk benang-benang jamur, mula-mula berwarna putih,
kemudian menjadi cokelat muda atau cokelat tua. Kalau akar yang sakit
dipatahkan akan tercium bau jamur yang khas.
Pengendalian dilakukan dengan cara
sebagai berikut.
a.
Pohon yang sakit dibongkar, akar-akar digali
sebersih mungkin dan dibakar.
b.
Disekeliling bekas pohon sakit dibuat selokan
isolasi.
c.
Jika sekiranya pohon masih dapat ditolong, dianjurkan
untuk membuka semua akar dekat tanah dan akar-akar yang sakit dipotong.
5.
Kudis
(Sphaceloma fawcetti)
Kudis disebabkan oleh Sphaceloma fawcetti Jenkins. Spora
dipencarkan oleh angin dan serangga. Cuaca juga mempengaruhi perkembangan
penyakit ini, yaitu ketika musim hujan.
Gejalanya yaitu pada buah, daun,
dan ranting-ranting muda terdapat kutil-kutil kecil berwarna kuning. Kelak
kutil-kutil ini menjadi cokelat kelabu, keras dan bergabus, bersatu dan
membentuk kerak yang keras. Daun-daun yang sakit keras berkerut dan gugur.
Pengendaliann dilakukan dengan cara
sebagai berikut.
a.
Sebelum datingnya musim hujan pohon-pohon diairi
agar segera berbunga.
b.
Pohon-pohon disemprot dengan fungisida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar