Senin, 12 Maret 2012

Hama dan Penyakit pada Tanaman Jeruk


A.        Hama pada tanaman jeruk
1.         Kutu Dompolan (Pseudococcus citri Risso)
Tanaman jeruk yang terserang hama ini menunjukkan gejala tangkai buahnya menguning atau kering, buah-buah yang masih muda gugur dan pada tanaman ditemukan banyak kutu.
                Panjang tubuhnya 3-4 mm dan lebarnya 1,5-2 mm. punggungnya berwarna kuning dan tertutup oleh lapisan tepung lilin berwarna putih. Seekor kutu betina dapat menghasilkan telur sampai 300 butir. Periode bertelur berlangsung selama 6-20 hari. Setelah 3-6 hari telur menetas dan kutu muda akan menghisap cairan daun dan buah. Dari telur sampai dewasa membutuhkan waktu 1-4 bulan dan dalam satu tahun dapat menghasilkan dua generasi. Kutu ini menyukai tempat yang teduh dan kering. Pada musim kemarau populasi hama ini sering meledak.
                Kutu ini mengeluarkan embun madu yang disukai oleh semut geramang (rangrang) dan merangsang tumbuhnya cendawan jelaga. Cendawan jelaga tersebut menyebabkan buah jeruk kurang menarik, tidak normal dan sangat mengganggu pertumbuhan tanaman. Penyebaran hama ini selain oleh semut geramang juga dapat terjadi melalui angin dan hujan.
                Musuh alami hama ini antara lain predator Crytolaemus montrouzieri, Coccinella repanda, dan jamur Entomophthora fresenii.
                Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a.         Sanitasi lingkungan tanaman jeruk dari gulma atau tanaman inang kutu lainnya
b.        Penyiraman dengan air sabun pada seluruh bagian pohon yang ada di permukaan tanah mulai dari pucuk tanaman
c.         Konservasi musuh alami hama
d.        Menghilangkan semut geramang sebagai penyebar kutu ini
e.        Apabila populasi hama ini tinggi, dilakukan penyemprotan insektisida

2.       Hama Bisul Buah (Prays endocarpa Meyr.)
Kulit buah berbisul-bisul, tetapi daging buahnya tidak rusak atau busuk. Pada tiap bisul terdapat seekor ulat berwarna hijau yang panjangnya 5-7 mm. kepompongnya berwarna hijau kemerahan dan panjangnya 4-5 mm. kupu-kupunya berwarna merah keabu-abuan dan panjangnya sekitar 5 mm. hama ini biasanya menyerang jeruk yang berkulit tebal. Buah jeruk yang masih muda bila terserang hama ini dapat mengalami kerontokan.
Kupu-kupu kecil (ngengat) meletakkannya di kulit jeruk pada malam hari. Setelah empat hari telur menetas dan ulatnya langsung menggerek kulit buah tetapi tidak sampai ke bagian daging buah. Serangan tersebut menyebabkan bisul yang di dalamnya terdapat ulat tersebut. Menjelang berkepompong, ulat keluar dari bisul menuju ke bagian bawah ranting atau bawah daun untuk berkepompong di tempat tersebut. Setelah empat hari, kepompong berubah menjadi ngengat. Dari masa telur sampai menjadi ngengat berlangsung selama 29 hari. Musuh alami hama ini antara lain parasitoid Bracon sp, Copidosa sp, dan Brachymeria sp.
Pengendalian hama bisul buah dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut.
1.         Pembungkusan (pemberongsongan) buah yang masih muda dengan kertas, daun pisang kering, atau bahan lainnya.
2.         Sanitasi pohon untuk mengumpulkan kepompong, kemudian memusnahkannya.
3.         Pengasapan pohon pada malam hari untuk mengusir ngengat yang akan meletakkan telurnya.
4.         Bila populasinya tinggi maka dapat disemprot dengan insektisida.

3.         Hama Getah Buah (Citripestis sagitiferella Mr.)
Hama ini menyebabkan kulit buah bergetah banyak dan tampak kotoran yang menggantung, isi buah membusuk, dan akhirnya rontok. Hama ini banyak menyerang buah jeruk berkulit tebal.
Ulat hama ini berwarna hijau, panjangnya 2mm, tetapi menjelang berkepompong dapat mencapai 16 mm. kepompongnya berwarna merah dan panjangnya 14 mm. Ngengat betina berukuran panjang 10-11 mm, sedangkan yang jantan panjangnya 10 mm. Tubuh ngengat berwarna abu-abu.
Ngengat meletakkan telurnya pada kulit buah secara berkelompok dan tersusun seperti genteng. Ukuran buah jeruk yang disukai untuk peletakan telur yaitu 5-6 cm. Kelompok telur tersebut biasanya terdapat pada bagian bawah atau tepi buah jeruk. Setelah 5-7 hari telur tersebut akan menetas dan menjadi ulat. Ulat-ulat tersebut akan menggerek kulit buah dan masuk ke dalam buah. Setelah 12-17 hari ulat turun dengan menggantung pada benang sutera menuju ke tanah untuk berkepompong di dalam tanah sedalam 1-2 cm. Setelah 10-11 hari ngengatnya muncul. Musuh alami hama ini berupa parasitoid telur Trichogramma nana. Pelepasan 500 parasitoid dewasa untuk tiap 4000 m2 dapat menekan populasi hama sehingga kerusakan buah berkurang 50-80%.
Pengendalian hama getah buah dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut.
a.         Pendangiran tanah di bawah pohon untuk mematikan kepompong hama.
b.        Pembungkusan buah dengan kertas atau bahan lainnya yang dilakukan sejak buah berumur 2 bulan.
c.         Pengumpulan buah-buah yang gugur, kemudian dibenamkan ke dalam tanah sedalam 30 cm.
d.        Konservasi musuh alaminya.
e.        Bila populasinya tinggi maka dapat disemprot dengan insektisida yang aplikasinya dilakukan bersamaan dengan penetasan telur.


4.         Lalat Buah (Dacus dorsalis Hend.)
Hama ini lebih banyak menyerang jenis jeruk yang berkulit tipis. Jeruk yang terserang buahnya bebercak-bercak bulat, busuk, dan terdapat lubang kecil di tengahnya. 
Bentuk dewasa hama ini berupa lalat yang berwarna cokelat kekuningan. Ukurannya kurang lebih sama dengan lalat rumah. Lalat betina dapat menghasilkan telur sampai 15 butir dan diletakkan pada kulit buah. Setelah dua hari telur tersebut menetas dan ulatnya yang berwarna putih masuk ke dalam buah untuk memakan daging buah. Buah yang terserang menjadi busuk, bentuknya tidak normal, dan dapat mengalami kerontokan. Stadium ulat berlangsung selama 6-9 hari. Ulat jatuh bersamaan dengan rontoknya buah dan masuk ke dalam tanah untuk membentuk kepompong. Kepompongnya berbentuk bulat panjang dengan panjang 5 mm. setelah 6-12 hari lalat buah telah dewasa. Musuh alami hama ini antara lain parasitoid Opius spp, Spalangia philippinensis, Sintomosphyrum spp, dan Dirhinus cluzonensis.
Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a.         Sanitasi kebun dengan mengumpulkan buah yang gugur, pendangiran tanah di bawah pohon, dan pembersihan gulma.
b.        Pembungkusan buah dengan kertas, daun, atau bahan lainnya.
c.         Pengasapan kebun dengan jerami atau sekam padi.
d.        Penggunaan senyawa penarik (antraktan) seperti metil eugenol.
e.        Penyemprotan insektisida. Insektisida digunakan pada populasi hama yang tinggi.

B.        Penyakit yang menyerang tanaman jeruk
1.         Penyakit Blendok Phytophthora (Phytophthora spp.)
Biologinya adalah jamur Phytophthora dapat bertahan dalam tanah dan disini dapat membentuk sporangium dan spora kembara. Jamur terutama dipencarkan oleh air hujan dan air pengairan yang mengalir di atas permukaan tanah. Infeksi terjadi melalui luka-luka alamiah maupun luka-luka yang terjadi karena alat pertanian maupun hewan termasuk serangga.
Gejalanya berupa mula-mula kulit pada pangkal batang berwarna hitam kebasah-basahan dan mengeluarkan blendok (gom) encer. Jika bagian yang busuk dipotong, kelihatan bahwa jaringan di bawahnya berwarna cokelat kemerahan. Setelah beberapa lama kulit mati dan mengelupas (jatuh).
Pengendalian dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a.         Memakai varietas yang tahan terhadap Phytophthora.
b.        Jeruk ditanam di atas gundukan setinggi 15-20 cm.
c.         Air hujan dan air pengairan jangan sampai menggenang di sekeliling pangkal batang tanaman.
d.        Pada waktu mengairi harus dijaga agar air tidak mengenai pangkal batang.
e.        Mengurangi kelembaban kebun dengan melakukan pemangkasan dan drainase yang sebaik-baiknya.
f.          Bagian yang sakit dipotong.
g.         Luka-luka ditutup dengan pestisida penutup luka.

2.         Penyakit Kulit Diplodia (Botryodiplodia theobromae)
Jamur Botryodiplodia theobromae mengadakan infeksi melalui luka-luka mekanis akibat pemangkasan, serangga, atau penyakit buih.
Gejalanya berupa keluarnya blendok (gom) yang berwarna kuning emas dari batang atau abang-cabang yang besar pada serangan Diplodia basah. Sedangkan serangan Diplodia kering berupa kulit mongering, dan jika dipotong, kulit dan kayu dibawahnya berwarna hitam kehijauan. Kulit yang sakit membentuk celah-celah kecil, dari dalamnya keluarnlah massa spora yang semula berwarna putih, tetapi akhirnya berwarna hitam. 
Pengendalian dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a.         Cabang-cabang yang terserang dipotong untuk mengurangi sumber infeksi.
b.        Menyemprot batang-batang dengan fungisida.

3.         Penyakit Gloeosporium (Antraknos)
Penyebab penyakit ini adalah Colletotrichum gloeosporioides Penz dan Gloeosporium limetticolum Clausen. Factor yang mempengaruhi terjadi serangan pathogen ini adalah lemahnya jaringan tanaman akibat kondisi yang kurang baik, cuaca yang panas dan lembab.
Gejalanya berupa bercak-bercak cokelat pada daun dan dapat menyebabkan daun menjadi rontok. Pada ranting-ranting terbentuk banyak sekali tubuh buah jamur yang bisa menyebabkan ranting jadi mati. Bagian di sekitar tangkai buah berwarna cokelat dan dapat menyebabkan rontoknya buah-buah.
Pengendalian dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a.         Diusaahakan tanaman selalu berada dalam kondisi yang optimum.
b.        Ranting-ranting yang mati dipotong dan dibakar.
c.         Penggunaan fungisida.

4.         Busuk Akar Armillaria (Armillariella sp.)
Jamur dapat mempertahankan diri dalam tanah pada sisa-sisa akar. Penularan hanya terjadi karena adanya kontak antara akar sehat dengan akar atau sisa akar sakit, dan dengan rizomorf.
Gejalanya berupa daun-daun ronto dengan tiba-tiba atau sedikit demi sedikit. Pembentukan bunga salah waktu (di luar musimnya). Akar-akar membusuk, kulitnya menjadi lunak, dan kayu mengandung banyak  air. Setelah beberapa lama pada permukaan kulit terbentuk benang-benang jamur, mula-mula berwarna putih, kemudian menjadi cokelat muda atau cokelat tua. Kalau akar yang sakit dipatahkan akan tercium bau jamur yang khas.
Pengendalian dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a.         Pohon yang sakit dibongkar, akar-akar digali sebersih mungkin dan dibakar.
b.        Disekeliling bekas pohon sakit dibuat selokan isolasi.
c.         Jika sekiranya pohon masih dapat ditolong, dianjurkan untuk membuka semua akar dekat tanah dan akar-akar yang sakit dipotong.

5.         Kudis (Sphaceloma fawcetti)
Kudis disebabkan oleh Sphaceloma fawcetti Jenkins. Spora dipencarkan oleh angin dan serangga. Cuaca juga mempengaruhi perkembangan penyakit ini, yaitu ketika musim hujan.
Gejalanya yaitu pada buah, daun, dan ranting-ranting muda terdapat kutil-kutil kecil berwarna kuning. Kelak kutil-kutil ini menjadi cokelat kelabu, keras dan bergabus, bersatu dan membentuk kerak yang keras. Daun-daun yang sakit keras berkerut dan gugur.
Pengendaliann dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a.         Sebelum datingnya musim hujan pohon-pohon diairi agar segera berbunga.
b.        Pohon-pohon disemprot dengan fungisida.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar