I.
PENDAHULUAN
1.1
Tanaman
1.1.1 Terung (Solanum melongena L.)
Terong atau terung ialah tumbuhan yang tergolong dalam
keluarga Solanaceae dan genus Solanum. Ia merupakan tumbuhan asli India dan Sri
Lanka, dan berhubungan erat dengan tomat dan kentang. Buahnya biasa digunakan
sebagai sayur untuk masakan. Nama botaninya Solanum
melongena.
Terong ialah tumbuhan hijau yang sering ditanam secara
tahunan. Tanaman ini tumbuh hingga 40-150 cm (16-57 inci) tingginya. Daunnya
besar, dengan lobus yang kasar. Ukurannya 10-20 cm (4-8 inci) panjangnya dan
5-10 cm (2-4 inci) lebarnya. Jenis-jenis setengah liar lebih besar dan tumbuh
hingga setinggi 225 cm (7 kaki), dengan daun yang melebihi 30 cm (12 inci) dan
15 cm (6 inci) panjangnya. Batangnya biasanya berduri. Warna bunganya antara
putih hingga ungu, dengan mahkota yang memiliki lima lobus. Benang sarinya
berwarna kuning. Buah tepung berisi, dengan diameter yang kurang dari 3 cm
untuk yang liar, dan lebih besar lagi untuk jenis yang ditanam.
Dari segi botani, buah yang dikelaskan sebagai beri
mengandung banyak biji yang kecil dan lembut. Biji itu boleh dimakan tetapi
rasanya pahit karena mengandung alkaloid nikotin. Ini tidaklah mengherankan
karena terong adalah saudara dekat tembakau.
Terong merupakan sayuran yang sudah dikenal luas masyarakat
Indonesia. Ini tidak terlepas dari kebiasaan kita yang mengkonsumsinya baik
dalam bentuk sayuran olahan maupun secara mentah. Dengan semakin beragamnya
selera masyarakat terhadap terong, bentuknya pun mengalami perkembangan. Namun
demikian, secara umum ciri fisik terong tidak jauh berbeda dari karakter
seperti bentuk bulat/lonjong, panjang, berkulit mulus, dengan kaliks (tangkai
buah) yang besar sesuai ukuran buahnya.
Buah terong merupakan sumber kalori yang cukup besar yaitu sekitar 24
kal. Selain sebagai sumber kalori, buah terong juga mempunyai
komposisi gizi antara lain mengandung 1.5 % Protein, 0.2 gr
lemak, 5.5 gr hidrat arang, 15 gram kalsium, 37 mg Fosfor, Besi 0.4 mg, Vit A
30 SI , Vit B1 0.04 mg, dan Vit C 5 mg. Dengan komposisi gizi seperti itu maka
buah terong cocok dikonsumsi untuk perbaikan gizi.
1.1.2
Jagung
(Zea Mays L.)
Jagung (Zea mays L.)
adalah tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150
hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh
kedua untuk tahap pertumbuhan generatif.
Batang jagung terdiri
atas buku dan ruas. Daun jagung tumbuh pada setiap buku, berhadapan satu sama
lain, jumlah daunnya ditentukan pada saat inisiasi bunga jantan, dan
dikendalikan oleh genotipe, lama penyinaran, dan suhu. Bunga jantan terletak pada
bagian terpisah pada satu tanaman sehingga lazim terjadi penyerbukan silang.
Tanaman jagung termasuk famili rumput-rumputan
(graminae) dari subfamili myadeae. Dua famili yang berdekatan dengan jagung
adalah teosinte dan tripsacum yang diduga merupakan asal dari tanaman jagung. Teosinte
berasal dari Meksico dan Guatemala sebagai tumbuhan liar di daerah pertanaman
jagung.
Tinggi tanaman
jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara
1-3 m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur
dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan.
Jagung mempunyai akar serabut dengan tiga macam
akar, yaitu (a) akar seminal, (b) akar adventif, dan (c) akar kait atau
penyangga. Tanaman jagung mempunyai batang yang tidak bercabang, berbentuk silindris,
dan terdiri atas sejumlah ruas dan buku ruas. Pada buku ruas terdapat tunas
yang berkembang menjadi tongkol. Dua tunas teratas berkembang menjadi tongkol
yang produktif.
Jagung disebut juga tanaman berumah satu
(monoeciuos) karena bunga jantan dan betinanya terdapat dalam satu tanaman.
Bunga betina, tongkol, muncul dari axillary apices tajuk. Bunga jantan (tassel)
berkembang dari titik tumbuh apikal di ujung tanaman.
Tanaman jagung mempunyai satu atau dua tongkol,
tergantung varietas. Tongkol jagung diselimuti oleh daun kelobot. Tongkol
jagung yang terletak pada bagian atas umumnya lebih dahulu terbentuk dan lebih
besar dibanding yang terletak pada bagian bawah. Setiap tongkol terdiri atas
10-16 baris biji yang jumlahnya selalu genap. Biji jagung disebut kariopsis,
dinding ovari atau perikarp menyatu dengan kulit biji atau testa, membentuk
dinding buah.
Biji jagung kaya
akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada endospermium. Kandungan
karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji. Karbohidrat
dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa dan amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian besar atau seluruh patinya
merupakan amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh pada kandungan gizi,
tetapi lebih berarti dalam pengolahan sebagai bahan pangan. Jagung manis
diketahui mengandung amilopektin lebih rendah tetapi mengalami peningkatan fitoglikogen dan sukrosa.
Selain sebagai bahan pangan dan bahan baku pakan,
saat ini jagung juga dijadikan sebagai sumber energi alternatif. Lebih dari
itu, saripati jagung dapat diubah menjadi polimer sebagai bahan campuran pengganti
fungsi utama plastik. Salah satu perusahaan di Jepang telah mencampur polimer
jagung dan plastik menjadi bahan baku casing komputer yang siap dipasarkan.
1.2 OPT
1.2.1
Terung
(Solanum
melongena L.)
Hama
1.
Kumbang Daun (Epilachna spp.)
Gejala
serangan adanya bekas gigitan pada permukaan daun sebelah bawah. Bila serangan
berat dapat merusak semua jaringan daun dan tinggal tulang-tulang daun saja.
2.
Kutu Daun (Aphis gossypii Glover)
Ordo : Homoptera
Famili : Aphididae
Distribusinya
berupa kosmopolit. Tanaman inang : polifag , asparagus, alpukat, pisang,
mentimun, terung, Hibiscus, kapas, papaya, cabai, kentang, bayam,tomat,
semangka dll . Perkembangannya yaitu partenogenesis. hama ini berbentuk seperti
pear, warnanya bervariasi dari hijau muda sampai hitam, kuning. Mempunyai
kornikel pada bagian ujung abdomen. Imago dapat hidup selama 28 hari. Satu ekor
imago betina dapat menghasilkan 2-35 nimfa/hari. Siklus hidup dari nimfa sampai
imago 5-7 hari. Selama satu tahun dapat menghasilkan 16-47 generasi.
Gejala
serangan yaitu serangan berat biasanya terjadi pada musim kemarau. Bagian
tanaman yang diserang oleh nimfa dan imago biasanya pucuk tanaman dan daun
muda. Daun yang diserang akan mengkerut, pucuk mengeriting dan melingkar shg
pertumbuhan tanaman terhambat atau tanaman kerdil. Hama ini juga mengeluarkan
cairan manis seperti madu shg menarik datangnya semut dan cendawan jelaga
berwarna hitam. Adanya cendawan pada buah dapat menurunkan kualitas buah. Aphid
juga dapat berperan sebagai vektor virus penyakit tanaman (50 jenis virus) sep.
Papaya Ringspot Virus, Watermelon Mosaic Virus , Cucumber Mosaic Virus (CMV).
3. Tungau ( Tetranynichus spp.)
Serangan
hebat musim kemarau. Menyerang dengan cara mengisap cairan sel tanaman,
sehingga menimbulkan gejala bintik-bintik merah sampai kecoklat-coklatan atau
hitam pada permukaan daun sebelah atas ataupun bawah.
4.
Ulat Tanah ( Agrotis ipsilon Hufn.)
Ordo :
Lepidoptera
Famili
: Noctuidae
Hama ini disebut ulat tanah (Block Cutworm)
Serangga ini menimbulkan kerusakan pada tanaman
muda, larvanya memotong batang tanaman muda dengan stadium larva 19-20 hari.
Larvanya bersembunyi pada siang hari dibawah permulaan tanah. Pada senja atau
malam hari ulat tanah muncul ke permukaan tanah dan memotong pangkal batang
tanaman. Pupanya berada dalam tanah. Daur hidupnya 46-71 hari. Larva memotong
pangkal tanaman dan bila dikorek-korek biasanya ditemukan larva tersebut
akibatnya banyak tanaman yang mati. Tanaman inangnya yaitu tanaman sayuran muda
seperti cabai, tomat dan jagung. aktif senja atau malam hari.
Menyerang
dengan cara memotong titik tumbuh tanaman yang masih muda, sehingga terkulai
dan roboh.
5.
Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)
Ordo :
Lepidoptera
Famili :
Noctuidae
Distribusi
berupa kosmopolit, Asia, Australia, Kep. Pasifik Tanaman Inang bersifat
polipag, solanaceae, brassicaceae, jagung, padi, kedelai, bayam, kacang tanah,
gulma Perkembangan :yaitu holometabola (telur, larva, pupa, imago).
Telur diletakkan secara berkelompok,
pada bagian permukaan bawah daun dan ditutupi oleh bulu-bulu halus,satu kel.
Telur berisi rata-rata 350 butir. Telur berbentuk lonjong atau bulat diameter
0.5 mm, berwarna coklat kekuningan sampai krem. Masa telur 3-5 hari. Satu ekor
imago betina mampu meletakkan telur sampai 2000-3000 butir
Larva terdiri dari 5-6 instar. Larva
instar akhir dapat mencapai 5 cm. Masa larva sekitar 20 hari. Apabila diganggu
akan menggulung. Larva muda berwarna kehijauan dan mempunyai bintik-bintik
hitam. Larva tua berwarna abu-abu gelap atau coklat. Pada ruas abdomen I
terdapat garis hitam melingkar. Pada bagian dorsal terdapat garis kuning dan
bulatan hitam.
Pupa
terbentuk di dalam tanah pada kedalaman 7-8 cm dari permukaan tanah, berwarna
coklat kemerah-merahan/coklat tua. Masa pupa 8-11 hari. Imago : Berwarna agak
gelap dengan garis putih pada sayap depan, nokturnal. Ukuran14-17 mm. Lama
hidup imago 6-10 hari. Siklus hidup : 32 hari
Gejala Serangan yaitu hama ini
menyerang pada fase larva, secara berkelompok. Larva instar I dan II memakan
epidermis daun bagian bawah, sehingga tampak transparan. Larva tua akan memakan
helaian daun sehingga tinggal tulang-tulang daun saja. Daun yg terserang
menjadi sobek, terpotong atau bolong. Serangan berat dapat mengakibatkan tanaman
menjadi gundul. Disamping itu, larva juga memakan bunga dan polong muda.
Kehilangan hasil dapat mencapai 85%.
6.
Ulat Buah ( Helicoverpa armigera Hubn.)
Ordo : Lepidoptera
Famili : Noctuidae
Distribusi berupa kosmopolit. Tanaman inang bersifat
polifag, tomat, cabai, tembakau, kedelai, jagung. Perkembangan yaitu
holometabola (telur, larva, pupa, imago).
Gejala serangan berupa pada daun,
daun berlubang-lubang tak beraturan. pada serangan yang berat daun akan habis
dan tanaman menjadi gundul. Pada buah, buah berlubang dan akhirnya akan
membusuk bila terjadi infeksi sekunder kemudian rontok.
Telurnya berwarna putih kekuningan
dan imago biasanya bertelur pada senja hari. Telur biasanya diletakkan secara
tunggal pada bungan dan akan berubah warna menjadi merah tua atau kecoklatan
setelah 24 jam, yang selanjutnya akan menetas dalam waktu kira-kira 3-5 hari.
Satu ekor imago mampu bertelur 1000 butir.
Ukuran larva stadia akhir berkisar
antara 2-4 cm dengan warna bervariasi mulai dari hijau, cokelat kemerahan
ataupun cokelat kehitaman. Larva merusak daun, bunga dan buah, bersifat
kanibal, masa larva 16-25 hari. Pupa terbentuk di dalam tanah, masa pupa 17
hari. Imago berukuran sedang, pj rentang sayap 30-40 mm, berwarna coklat, pada
bgn tengah sayap terdapat bintik berwarna coklat tua. Siklus hidup adalah 35
hari.
7.
Kutu Daun Persik (Myzus persicae
Sulzer)
Ordo : Homoptera
Famili : Aphididae
Hama
ini disebut juga Green Peach Aphid
Distribusi berupa Kosmopolit. Tanaman inang bersifat
polifag, lebih dari 400 sp tan dari 40 famili, tomat, kentang, tembakau, kubis,
cabai, terung, semangka, ubi jalar dll. Perkembangannya adalah Partenogenesis,
seksual (telur, nimfa dan imago).
Nimfa dan imago mempunyai antena
yang relatif panjang/sama panjang dengan tubuhnya. Nimfa dan imago mempunyai
sepasang tonjolan pada ujung abdomen yang disebut kornikel. Ujung kornikel
berwarna hitam. Imago yang bersayap warna sayapnya hitam, ukuran tubuh 2 - 2,5
mm, nimfa kerdil dan umumnya berwarna kemerahan. Nimfa dan Imago yang tidak
bersayap tubuhnya berwarna
merah atau kuning atau hijau
berukuran tubuh 1,8 - 2,3 mm. Umumnya warna tubuh imago dan nimfa sama, kepala
dan dadanya berwarna coklat sampai hitam, perut berwarna hijau kekuningan.
Siklus hidup 7 - 10 hari.
Temperatur mempengaruhi reproduksi (
> 25 - < 28,5 °C mengurangi umur imago dan jumlah keturunan, > 28,5OC
reproduksi terhenti). Berkembang biak secara partenogenesis. Seekor kutu
menghasilkan keturunan 50 ekor. Lama hidup kutu dewasa dapat mencapai 2 bulan.
Gejala Secara langsung, kutu daun ini mengisap cairan
tanaman. Akibatnya, daun yang terserang keriput, berwarna kekuningan, terpuntir
dan pertumbuhan tanaman terhambat
(kerdil), sehingga tanaman menjadi layu dan mati. Gejala Secara tidak langsung, kutu daun
berperan sebagai penyebar (vektor)
penyakit virus. Tanaman yang terserang penyakit virus akan menjadi
kerdil, daun berukuran kecil dan pertumbuhannya terhambat.Dampak langsung
serangan hama ini adalah tanaman menjadi keriput, tumbuh kerdil, warna daun
kekuningan, terpuntir, layu lalu mati. Secara tidak langsung, kutu ini
merupakan vektor lebih dari 150 strain virus terutama penyakit virus CMV, PVY.
Kutu ini biasanya hidup berkelompok dan berada di bawah permukaan daun,
menghisap cairan daun muda dan bagian tanaman yang masih muda (pucuk).
Eksudat/cairan yang dikeluarkan kutu ini mengandung madu sehingga mendorong
tumbuhnya cendawan embun jelaga pada daun yang dapat menghambat proses
fotosintesa.
8. Lalat Buah (Bactrocera sp.)
Ordo : Diptera
Famili : Tephritidae
Distribusi yaitu selain di Indonesia hama ini tersebar di
Asia, Pasifik, Afrika umumnya di daerah tropis dan subtropis. Tanaman inang
bersifat polifag, tomat, cabai, Semua tanaman buah-buahan dan sayuran buah
antara lain mangga, kopi, pisang, jambu, cengkeh, belimbing, sawo, jeruk,
ketimun, dan nangka.Perkembangannya adalah holometabola (telur, larva, pupa,
imago).
Serangga dewasa mirip lalat rumah,
panjang sekitar 6-8 mm dan lebar 3 mm. Torak berwarna oranye, merah kecoklatan,
coklat atau hitam biasanya pada B. dorsalis terdapat 2 garis membujur dan
sepasang sayap transparan. Pada abdomen terdapat 2 pita melintang dan satu pita
membujur warna hitam atau bentuk buruf T yang kadang-kadang tidak jelas. Pada
lalat betina ujung abdomen lebih runcing dan mempunyai alat peletak telur (ovipositor) yang cukup kuat untuk menembus
kulit buah sedangkan lalat jantan abdomen lebih bulat. Telur berwarna putih
berbentuk bulat panjang yang diletakkan secara berkelompok 2-15 butir di dalam
buah.
Larva terdiri atas 3 instar
berbentuk belatung/bulat panjang dengan salah satu ujungnya (kepala) runcing
dengan 2 bintik hitam yang jelas merupakan alat kait mulut, mempunyai 3 ruas
torak, 8 ruas abdomen, berwarna putih susu atau putih keruh atau putih
kekuningan, larva menetas di dalam buah cabai.
Pupa, berada di permukaan tanah
berwarna kecoklat-coklatan dan berbentuk oval dengan panjang sekitar 5 mm.
Siklus hidup di daerah tropis sekitar 25 hari. Serangga betina dapat meletakkan
telur 1 - 40 butir/buah/hari dan dari satu ekor betina dapat menghasilkan telur
1.200 – 1.500 butir. Stadium telur 2 hari, larva 6 - 9 hari. Larva instar 3
dapat mencapai panjang sekitar 7 mm, akan membuat lubang keluar untuk meloncat
dan melenting dari buah masuk ke dalam tanah dan menjadi pupa di dalam tanah.
Pupa berumur 4 - 10 hari dan menjadi serangga dewasa.
Gejala serangan Buah yang terserang
ditandai oleh lubang titik hitam pada bagian pangkalnya, tempat serangga dewasa
memasukkan telur. Umumnya telur diletakkan pada buah yang agak tersembunyi dan
tidak terkena sinar matahari langsung, pada buah yang agak lunak dengan
permukaan agak kasar. Larva membuat saluran di dalam buah dengan memakan daging
buah serta menghisap cairan buah dan dapat menyebabkan terjadi infeksi oleh OPT
lain, buah menjadi busuk dan biasanya jatuh ke tanah sebelum larva berubah
menjadi pupa.
9.
Thrips
(Thrips parvispinus Karny)
Ordo : Thysanoptera
Famili : Thripidae
Distribusi yaitu hama ini bersifat kosmopolit tersebar luas
di Indonesia dan Thailand. Di Indonesia propinsi yang melaporkan adanya
serangan hama ini yaitu Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera
Selatan, Lampung, Jawa Barat, DI Yogyakarta dan Jawa Timur. Hama ini bersifat
polifag dengan tanaman inang utama selain cabai yaitu bawang merah, bawang daun
dan jenis bawang lainnya dan tomat. Tanaman inang lain yaitu tembakau, kopi,
ubi jalar, waluh, bayam, kentang, kapas, tanaman dari famili crusiferae,
crotalaria dan kacang-kacangan tetapi tidak dijumpai pada gulma.
Imago berukuran sangat kecil sekitar 1 mm, berwarna kuning
sampai coklat kehitam-hitaman. Imago yang sudah tua berwarna agak kehitaman,
berbercak- bercak merah atau bergaris-garis. Imago betina mempunyai 2 pasang
sayap yang halus dan berumbai/jumbai seperti sisir bersisi dua. Pada musim
kemarau populasi lebih tinggi dan akan berkurang bila terjadi hujan lebat. Umur
stadium serangga dewasa dapat mencapai 20 hari.
Telur berbentuk oval/seperti ginjal rata-rata 80 butir per
induk, diletakkan di permukaan bawah daun atau di dalam jaringan tanaman secara
terpencar, akan menetas setelah 3 – 8 hari.
Nimfa berwarna pucat, keputihan/kekuningan, instar 1 dan 2
aktif dan tidak bersayap. Nimfa yang tidak aktif berada di permukaan tanah.
Pupa terbungkus kokon, terdapat di permukaan bawah daun dan di permukaan tanah
sekitar tanaman. Perkembangan pupa menjadi trips muda meningkat pada kelembaban
relatif rendah dan suhu relatif tinggi. Daur hidup sekitar 20 hari, di dataran
rendah 7 – 12 hari. Hidup berkelompok.
Gejala langsung serangan pada permukaan bawah daun berwarna
keperak- perakan, daun mengeriting atau keriput. Hama menyerang dengan
menghisap cairan permukaan bawah daun dan atau bunga ditandai oleh
bercak-bercak putih/keperak-perakan. Daun akan berubah warna menjadi coklat,
mengeriting/keriput dan mati. Pada serangan berat, daun, pucuk serta tunas
menggulung ke dalam dan timbul benjolan seperti tumor dan pertumbuhan tanaman
terhambat, kerdil bahkan pucuk mati. Mula-mula daun yang terserang
memperlihatkan gejala noda keperakan yang tidak beraturan, akibat adanya luka
dari cara makan serangga tersebut. Setelah beberapa waktu, noda keperakan
tersebut berubah menjadi cokelat tembaga. Daun-daun mengeriting keatas. Secara
tidak langsung: trips merupakan vektor penyakit virus mosaik dan virus
keriting.
Penyakit
1.
Layu
Bakteri
Penyebabnya
adalah bakteri Pseudomonas solanacearum.
Bisa hidup lama dalam tanah. Serangan hebat pada temperatur cukup tinggi.
Gejala
serangan terjadi kelayuan seluruh tanaman secara mendadak. Sebenarnya
serangan Layu bakteri bersifat lokal, seperti pembuluh Xylem / pembuluh angkut,
tetapi karena menyerangya pada akar atau leher akar sehingga pasokan air dan
hara tanaman dari tanah ke daun terhambat sehingga gejala yang muncul adalah
kelayuan yang bersifat sistemik.
2.
Busuk
Buah
Penyebabnya
adalah jamur Phytophthora sp.
Gejala
pada buah terung mula-mula terjadi bercak kebasahan yang bergaris tengah lebih
kurang 0,5 cm. Becak meluas dengan cepat ke arah sumbu panjang, sehingga becak
bentuknya memanjang. Pada jenis berbuah bulat dan warnanya ungu becak tetap
berbentuk bulat dan berwarna gelap. Bagian dalam buah berubah warnanya,
kebasah-basahan, dan berbatas coklat tidak teratur. Akhirnya buah terlepas dari
kelopaknya dan menjadi busuk sama sekali.
3.
Bercak
Daun
Penyebabnya
adalah jamur Cercospora sp, Alternaria solani, Botrytis cinerea
Gejala
bercak-bercak kelabu-kecoklatan atau hitam pada daun.
4.
Antraknose
Penyakit
ini disebabkan oleh Gloeosporium
melongena Ell.
Gejala
pada buah becak-becak melekuku, bulat, yang dapat bersatu menjadi becak besar
yang tidak teratur. Becak berwarna coklat dengan titik-titik hitam yang terdiri
dari aservulus jamur.
5.
Busuk
Leher Akar
Penyebabnya
adalah Sclerotium rolfsii
Gejala
pangkal batang membusuk berwarna coklat.
6.
Rebah
Semai
Penyebabnya
adalah Jamur Rhizoctonia solani dan Pythium spp.
Gejala
batang bibit muda kebasah-basahan, mengkerut dan akhirnya roboh dan mati.
7.
Mosaik
Virus mosaik ketimun dapat ditularkan secara mekanis dengan
gosokan, maupun oleh kutu daun. Para pekerja yang menangani semai-semai dapat
menularkan virus ke banyak tanaman. Virus juga mungkin terdapat di dalam banyak
tumbuh, termasuk gulma di sekeliling pertanaman terung.
8.
Busuk
Daun (Pseudoperonospora cubensis
Berk)
Daur penyakit ini tidak dapat hidup sebagai saprofit pada
sisa-sisa tanaman, dan jamur tidak mempertahankan dari musim ke musim pada
tanaman mentimun. Spora dipencarkan oleh angin. Infeksi terjadi melalui mulut
kulit.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit ini di bantu oleh
kelembaban, dan akan berkembang hebat jika terdapat banyak kabut dan embun. Infeksi
hanya terjadi kalaukelembaban udara 100 %, suhu 10-28oC, dengan suhu
optimum 16-22oC.
Gejala pada permukaan atas daun terdapat becak-becak kuning,
sering agak bersudut karena terbatas oleh tulang-tulang daun. Pada cuaca lembab
pada sisi bawah becak terdapat kapang seperti bulu yang warnanya keunguan. Pada
daun ketimun yang sakit dapat mati.
9.
Penyakit
Tepung (Erysiphi cichoracearum DC)
Daur penyakit : penyakit
ini dapat mempertahankan diri dari musim kemusim pada
tanaman-tanaman hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit ini pada konidium jamur tepung ini dapat berkecambah dan mengadakan
infeksi tanpa adanya tetes air, dengan kelembaban udara
sedikit di bawah 100 %. Lapisan jamur putih mulai
kelihatan setelah 8 – 10 hari.
Gejala pada permukaan daun dan batang muda terdapat lapisan
putih betepung, yang terdiri dari miselium, konidiofor, dan konidiofor jamur
penyebab penyakit. Becak kemudian menjadi kuning dan akhirnya mengering.
Pada penyakit berat daun
dan batang muda dapat mati. Jika semua daun pada tanaman
yang bersangkutan terinfeksi sehingga tanaman menjadi lemah, pertumbuhannya terhambat dan buahnya dapat terbakar, atau masak
sebelum waktunya.
1.2.2 Jagung (Zea Mays L.)
Hama
1.
Penggerek
Batang Jagung (Ostrinia furnacalis Guen)
Ordo : Lepidoptera
Famili : Pyralidae
Genus : Ostrinia
Spesies : Ostrinia
furnacalis Guen
Bioekologinya adalah ngengat aktif malam hari dan tidak tertarik pada cahaya. Ngengat
betina lebih menyukai meletakkan telur pada tanaman jagung yang tinggi dan telur di letakkan
pada permukaan bagian bawah daun utamanya pada daun ke 5-9 secra berkelompok berbentuk bulat panjang atau tidak
teratur berwarna putih kekuning-kuningan mengkilat seperti sutera, jumlahnya
sekitar 10-40 butir telur, tetapi kadang-kadang lebih dari 90 butir. Seekor
ngengat betina mampu bertelur mencapai 500-1500 butir. Biasanya hama ini
bertelur seminggu sebelum terbentuk bunga betina (tongkol). Selanjutnya, telur menetas sekitar 3-10 hari dan larva
yang baru menetas berwarna putih kekuning-kuningan, makan berpindah-pindah, larva muda mula-mula menggerek daun
bagian bawah dan meninggalkan sisa-sisa makanan serta kotoran, kemudian menuju
malai. Selanjutnya memakan malai dan memintal malai bersama serta membuat
terowongan ke dalam tulang daun dan mengebor masuk ke dalam batang. Setelah
instar lanjut menggerek batang,
umur larva 17-30 hari. Pupa biasanya
terbentuk di dalam batang, berwarna coklat kemerah merahan, umur pupa 6-9 hari. Ngengat hidup selama 10-24 hari.
Gejala serangan yaitu larva
O. furnacalis ini mempunyai karakteristik kerusakan pada setiap bagian tanaman jagung yaitu lubang kecil
pada daun, lubang gorokan pada batang, bunga jantan, atau pangkal tongkol, batang dan tassel yang mudah patah,
tumpukan tassel yang rusak. Serangan yang hebat dapat menggagalkan panen.
2.
Ulat Grayak (Spodoptera
litura F.)
Ordo : Lepidoptera
Famili : Noctuidae
Genus : Spodoptera
Spesies : Spodoptera
litura F.
Bioekologinya adalah ngengat
dengan
sayap bagian depan berwarna coklat atau keperak-perakan, sayap belakang berwarna keputihan, aktif
malam hari. Telur berbentuk
hampir bulat dengan bagian datar melekat pada balik daun (kadang tersusun 2 lapis), warna coklat
kekuning-kuningan, berkelompok (masing-masing berisi 200-300 butir) tertutup bulu seperti beludru,
menetas 3-4 hari. Larva mempunyai
warna yang bervariasi, ulat yang baru menetas berwarna hijau muda, bagian sisi coklat tua atau hitam
kecoklatan dan hidup berkelompok. Ulat
menyerang tanaman pada malam hari, dan pada siang hari bersembunyi dalam tanah (tempat yang lembab). Biasanya ulat
berpindah ke tanaman lain secara bergerombol dalam jumlah besar.
Selanjutnya membentuk pupa. Ulat berkepompong dalam tanah, membentuk
pupa tanpa rumah pupa (kokon) berwana
coklat kemerahan dengan panjang sekitar 1,6 cm. Siklus hidup berkisar antara 30 – 60 hari (lama stadium telur 3
-4 hari, larva yang terdiri dari
5 instar : 20-46 hari, pupa 8 – 11 hari).
Gejala serangan larva
yang masih kecil merusak daun dan menyerang secara serentak berkelompok. dengan
meninggalkan sisa-sisa epidermis bagian atas, transparan dan tinggal
tulang-tulang daun saja. Biasanya larva berada di permukaan bawah daun, umumnya
terjadi pada musim kemarau. Tanaman
Inang Hama ini bersifat polifag, selain jagung juga menyerang tomat,
kubis, cabai, buncis, bawang merah, terung, kentang, kangkung, bayam, padi, ,
tebu, jeruk, pisang, tembakau, kacang-kacangan, tanaman hias, gulma Limnocharis sp., Passiflora foetida, Ageratum
sp., Cleome sp., dan Trema sp.
3.
Penggerek Tongkol Jagung (Helicoverpa armigera Hbn.)
Ordo: lepidoptera
Famili: Noctuidae
Bioekologinya adalah imago betina H
armigera meletakan telurnya pada rambut jagung. Rata-rata produksi telur imago betina adalah 730
butir,telur menetas dalam tiga hari setelah diletakan. Larva spesies ini
terdiri dari lima sampai tujuh instar. Khususnya pada jagung masa perkembangan
larva pada suhu 24-27 C adalah 12,8-21,3 hari. Larva serangga ini memiliki
sifat kanibalisme. Spesies ini mengalami masa pra pupa selama satu sampai 4
hari. Masa pra pupa dan pupa biasanya terjadi dalam tanah dan kedalamannya
tergantung pada kekerasan tanah.Pupa,pada umunnya pupa terbentuk pada kedalaman
2,5-17,5 cm. Terkadang pula serangga ini berupa pada permukaan tumpukan limbah
tanaman atau kotoran serangga ini yang terdapat pada tanaman. Pada kondisi
lingkungan mendukung,fase pupa bervariasi dari enam hari pada suhu 35oC sampai 30 hari pada suhu 15oC.
Gejala serangan
yaitu imago betina akan meletakan telur pada silk jagung dan sesaat setelah
menetas larva akan menginvansi masuk kedalam tongkol dan akan memakan biji yang
sedang mengalami perkembangan. Infestasi serangga ini akan menurunkan kualitas
dan kuatitas tongkol jagung.
4.
Lalat Bibit (Atherigona exigua Stein.)
Ordo : Diptera
Famili : Antomyiidae
Bioekologinya yaitu imago,lama hidup serangga dewasa
bervariasi antara 5-23 hari dimana betina hidup dua kali lebih lama dari pada
jantan. Serangga dewasa sangat aktif terbang dan sangat tertarik pada kecambah
atau tanaman yang baru muncul diatas permukaan tanah. Imago kecil dengan ukuran
panjang 2,5-4,5 mm. Telur imago betina mulai meletakkan telurnya tiga samapai
lima hari setelah kawin dengan jumlah telur 7-22 butir atau bahkan hingga 70
butir. Imago betina meletakan selama 3-7 hari yang diletakan secara tunggal dengan berwarna putih, memanjang, diletakan dibawah permukaan daun. Larva terdiri dari tiga
instar yang berwarna putih krem pada awalnya dan selanjutnya menjadi kuning
hingga kuning gelap. Pupa terdapat pada pangkal batang dekat atau dibawah permukaan
tanah,umur pupa 12 hari pada pagi hari dan sore hari. Puparium berwarna coklat
kemerah-merahan sampai dua bulan pada musim hujan.
Gejala serangan
berupa larva yang baru menetas melubangi batang yang kemudian membuat
terowongan hingga dasar batang sehingga tanaman menjadi kuning dan akhirnya
mati.
5.
Kumbang Bubuk (Sitophilus zeamais Motsch)
Ordo : Coleoptera
Family : Curculionidae
Bioekologinya adalah Sitophilus zeamais Motsch dikenal
dengan maize weevil atau kumbang
bubuk,dan merupakan serangga yang bersifat polyfag, selain menyerang jagung
juga beras, gandum, kacang tanah, kacang kapri,kacang kedelai,kelapa dan jambu
mete, S. zeamais lebih dominan
terdapat pada jagung dan beras. Telur di letakkan satu persatu pada lubang
gerekan di dalam biji, keperidian imago
sekitar 300-400 butir telur, stadia telur kurang lebih enam hari pada suhu 250C
larva kemudian menggerek biji dan hidup di dalam biji, umur kurang lebih 20
hari pada suhu 25oC dan kelembapan nisbi 70%. Pupa terbentuk didalam
biji dengan stadia pupa berkisar 5-8 hari. Imago yang terbentuk berada di dalam
biji selama beberapa hari sebelum membuat lubang keluar. Imago dapat bertahan
hidup cukup lama yaitu dengan makan sekitar 3-5 bulan jika tersedia makanan dan
sekitar 36 hari jika tampa makan. Siklus hidup sekitar 30-45 hari pada kondisi
suhu optimum 29oC, kadar air biji 14% dan kelebaban nisbi 70%.
Perkembangan populasi sangat cepat bila bahan simpanan kadar airnya di atas
15%.
Gejala serangan yaitu S. zeamais merusak biji jagung dalam
penyimpanan dan juga dapat menyerang tongkol jagung yang masih berada di
pertanaman.
Penyakit
1.
Bulai (Downy
Mildew)
Penyakit bulai ini
disebabkan oleh cendawan Peronosclerospora
maydis dan Peronosclerospora
philipinensis yang luas`sebarannya, sedangkan Peronosclerospora sorghii hanya ditemukan di dataran tinggi
Berastagi Sumatra Utara dan Batu Malang Jawa Timur.
Gejala adalah pada
permukaan daun jagung berwarna putih sampai kekuningan diikuti dengan garis –
garis klorotik. Pada pagi hari di sisi bawah daun jagung terdapat lapisan
beledu putih yang terdiri dari konidiofor dan konidium jamur. Penyakit bulai
pada tanaman jagung menyebabkan gejala sistemik yang meluas keseluruh bagian
tanaman dan menimbulkan gejala local. Gejala sistemikterjadi bila infeksi cendawan
mencapai titik tumbuh sehingga semua daun yang dibentuk terinfeksi. Tanaman
yang terinfeksi penyakit bulai pada umur masih muda biasanya tidak membentuk
buah, tetapi bila terinfeksinya pada tanaman yang lebih tua masih terbentuk
buah dan pertumbuhannya kerdil.
2.
Bercak Daun (Leaf Bligh)
Penyebab penyakit bercak daun
adalah Bipolaris maydis Syn.
Pada B. maydis ada dua ras yaitu ras O dan ras T.
Gejala serangan berupa penyakit
bercak daun pada tanaman jagung dikenal dua tipe menurut ras patogennya yaitu ras O, bercak
berwarna coklat kemerahan dengan ukuran 0,6 x (1,2-1,9) cm (Gambar 24). Ras T bercak berukuran lebih besar yaitu
(0,6-1,2) x (0,6-2,7) cm, berbentuk kumparan
dengan bercak berwarna hijau kuning atau klorotik kemudian menjadi coklat kemerahan (gambar 25). Kedua ras ini,
ras T lebih virulen dibanding ras O dan pada bibit jagung yang terserang menjadi layu atau mati
dalam waktu 3_4 minggu setelah tanam. Tongkol
yang terinfeksi dini, biji akan rusak dan busuk, bahkan tongkol dapat gugur. Bercak pada ras T terdapat
pada seluruh bagian tanaman (daun, pelepah, batang, tangkai kelobot, biji dan tongkol). Permukaan biji yang
terinfeksi ditutupi miselium berwarna
abu-abu sampai hitam sehingga dapat menurunkan hasil yang cukup besar. Cendawan ini dalam bentuk miselium
dan spora dapat bertahan hidup dalam sisa tanaman di lapang atau pada biji di penyimpanan. Konidia yang terbawa
angin atau percikan air hujan
dapat menimbulkan infeksi pertama pada tanaman jagung.
3.
Hawar Daun
Penyebab penyakit hawar
daun adalah Helminthosporium turcicum
Gejala yaitu pada awal infeksi gejala
berupa bercak kecil, berbentuk oval kemudian bercak semakin memanjang berbentuk
ellips dan berkembang menjadi nekrotik dan disebut hawar, warnanya hijau
keabu-abuan atau coklat (gambar 26). Panjang hawar 2,5-15 cm, bercak muncul
awal pada daun yang terbawah kemudian berkembang menuju daun atas. Infeksi
berat dapat mengakibatkan tanaman cepat mati atau mengering dan cendawan ini
tidakmenginfeksi tongkol atau klobot. Cendawan ini dapat bertahan hidup dalam
bentuk miselium dorman pada daun atau pada sisa sisa tanaman di lapang.
4.
Karat (Rust)
Penyebab penyakit karat adalah Puccinia polysora Underw
Gejala berupa
bercak-bercak kecil (uredinia)
berbentuk bulat sampai oval terdapat pada permukaan daun jagung di
bagian atas dan bawah (gambar 27), uredinia menghasilkan uredospora yang
berbentuk bulat atau oval dan berperan penting sebagai sumber inokulum dalam
menginfeksi tanaman jagung yang lain dan sebarannya melalui angin. Penyakit
karat dapat terjadi di dataran rendah sampai tinggi dan infeksinya
berkembang baik pada musim penghujan atau musim kemarau.
5.
Busuk Pelepah
Penyebab penyakit busuk pelepah adalah Rhizobactonia solani.
Gejalanya berupa bercak
berwarna agak kemerahan kemudian berubah menjadi abu – abu, bercak meluas dan
seringkali diikuti pembentukan sklerotium dengan bentuk yang tidak beraturan
mula – mula berwarna putih kemidian berubah menjadi coklat. Gejala hawar
dimulai dari bagian tanaman yang paling dekat dengan permulaan tanah dan
menjalar ke bagian atas, pada varietas yang rentan serangan jamur dapat
mencapai pucuk atau tongkol. Cendawan ini bertahan hidup sebagai miselium da
sklerotium pada biji, di tanah dan pada sisa – sisa tanaman di lapang. Keadaan
tanah yang basah, lembab, dan drainase yang kurang baik akan merangsang
pertumbuhan miselium dan sklerotia, sehingga merupakan sumber inokulum utama.
6.
Busuk Batang
Penyakit busuk batang jagung dapat disebabkan oleh delapan spesies/cendawan seperti Colletotrichum graminearum, Diplodia
maydis, Gibberella zeae, Fusarium moniliforme, Macrophomina
phaseolina, Phytium apanidermatum, Cephalosporium maydis dan Cephalosporium acremonium.
Di Sulawesi selatan penyebab penyakit busuk batang yang telah berhasil
diisolasi dalah Diplodia sp,Fusarium sp. dan Macrophomina sp.
Penularan yaitu cendawan
patogen penyebab busuk batang memproduksi konidia pada permukaan tanaman
inangnya.Konidia dapat disebarkan oleh angin,air hujan ataupun serangga. Pada
waktu tidak ada tanaman,cendawan dapat bertahan pada sisa-sisa tanaman yang
terinfeksi dalam fase hifa atau piknidia dan peritesia yang berisi spora. Pada
kondisi lingkungan yang sesuai untuk perkembangannya,spora akan keluar dari
piknidia atau peritesia. Spora pada pwrmukaan tanaman jagung akan tumbuh entuk
sejenis dan menginfeksi melalui akar ataupun pangkal batang. Infeksi awal dapat
melalui luka atau membentuk sejenis apresoria yang mampu penetrasi ke jaringan
tanaman. Spora/konidia yang terbawa angin dapat menginfeksi ke tongkol,dan biji
yang terinfeksi bila ditanam dapat menyebabkan penyakit busuk batang.
Gejala berupa tanaman jagung
tampak layu atau kering seluruh daunny. Umumnya gejala tersebut terjadi pada
stadia generatif ,yaitu setelah fase pembunggaan. Pangkal batang yang
terinfeksi berubah warna dari hijau menjadi kecoklatan,bagian dalam
busuk,sehingga mudaj rebah, pada bagian kulit luarnya yang tipis. Pada pangkal batang terinfeksi
tersebut ada yang memperlihatkan warna merah jambu,merah kecoklatan atau
coklat.
7.
Busuk Tongkol
Penyakit busuk tongkol
dapat disebabkan oleh beberapa jenis cendawan antara lain Fusarium
moniliforme, Diplodia maydis dan Guberella roseum.
Gejala pada busuk tongkol
fusarium adalah permukaan biji pada tongkol berwarna merah jambu sampai coklat,
kadang-kadang diikiuti oleh pertumbuhan miselium seperti kapas yang berwarna
merah jambu. Cendawan berkembang pada sisa tanaman dan di dalam tanah, cendawan
ini dapat terbawa benih, dan penyebarannya dapat melalui angin atau tanah.
Sedangkan gejala pada
busuk tongkol diplodia berupa kelobot yang terinfeksi pada umumnya berwarna
coklat, infeksi pada kelobot setelah 2 minggu keluarnya rambut jagung,
menyebabkan biji berubah menjadi coklat, kisut dan busuk. Miselim berwarna
putih, picnidia berwarna hitam tersebar pada klobot infeksi dimulai pada dasar
tongkol berkembang ke bongkol kemudian merambat kepermukaan biji dan menutupi
klobot. Cendawan dapat bertahan hidup dalam bentuk spora dan piknidia yang
berdinding tebal pada sisa tanaman di lapang.
Selanjutnya gejala pada
busuk tongkol giberella yaitu tongkol yang terinfeksi dini oleh cendawan dapat
menjadi busuk dan klobot nya saling menempel erat pada tongkol, badan buah
berwarna biru hitam tumbuhdi permukaan klobot dan bongkol.
8.
Virus Mosaik
Kerdil Jagung
Penularan virus dapat
terjadi secara mekanis atau melalui serangga Myzus percicae dan Rhopalopsiphum
maydis secara non persisten.
Gejala penyakit ini
tanaman menjadi kerdil, daun berwarna mozaik atau hijau dengan diselingi garis
– garis kuning, dilihat secara keseluruhan tanaman tampak berwarna agak
kekuningan mirip dengan gejala bulai tetapi apabila permukaannya daun bagian
bawah dan atas dipegang tidak terasa adanya serbuk spora. Tanaman yang
terinfeksi virus ini umumnya terjadi penurunan hasilnya.
1.3 PHT
1.3.1
Terung (Solanum melongena L.)
Hama
1.
Kumbang Daun (Epilachna spp.)
Pengendalian
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a.
mengumpulkan
dan memusnahkan kumbang.
b.
Atur
waktu tanam.
2.
Kutu Daun (Aphis gossypii Glover)
Pengendalian
dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut.
a.
Mengatur
waktu tanam.
b.
Pergiliran
tanaman.
c.
Penggunaan
musuh alami seperti Parasitoid Aphelinus gossypi (Timberlake), Lysiphlebus
testaceipes (Cresson). Predator Coccinella
transversalis dan Cendawan entomopatogen Neozygites fresenii
3.
Tungau ( Tetranynichus spp.)
Pengendalian
dapat dilakukan dengan cara mengatur waktu tanam dan pergiliran tanaman.
4.
Ulat Tanah ( Agrotis ipsilon Hufn.)
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut.
a.
Pengolahan tanah yang baik.
b.
Menanam serempak.
c.
Konservasi musuh alami seperti
parasitoid larva, yaitu Apenteles ruficrus Hal., Tritacsis braureri (De
Mey) dan Cuphocera varia F.
d.
Pemasangan umpan beracun.
e.
kumpulkan
dan musnahkan ulat.
5.
Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a.
Mengumpulkan
kel. Telur dan larva lalu dimusnahkan.
b.
tanaman
campuran dengan akar tuba, bawang putih
c.
Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan
inang.
d.
Tanam serempak.
e.
Pengolahan tanah yang baik untuk
mematikan larva/pupa dalam tanah.
f.
Konservasi musuh alaminya parasitoid
telur Telcnomus spodopterae Dodd, Virus (Nuclear polyhedrosis virus), nematode.
6.
Ulat Buah ( Helicoverpa armigera Hubn.)
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a.
Tanaman
perangkap.
b.
Pengolahan
tanah.
c.
Kumpulkan
dan musnahkan buah terserang.
d.
Lakukan
pergiliran tanaman dan waktu tanam.
e.
Sanitasi
kebun.
f.
Penggunaan
musuh alami seperti parasit telur Trichogramma
nana, Patogen NPV, Metarhizium.
7.
Kutu
Daun Persik (Myzus persicae Sulzer)
Pengendalian dapat dilakukna dengan cara sebagai berikut.
a.
Pergiliran tanaman.
b.
Tanam serempak.
c.
Tanaman
yang terserang segera dicabut dan dimusnahkan.
d.
Sanitasi
kebun.
e.
Penggunaan varietas resisten.
f.
Kumpulkan
dan musnahkan buah terserang.
g.
Penggunaan
musuh alami seperti Parasitoid
Aphelinus asychis, Aphidius rosae, Diaeretiella rapae Predator Coccinella transversalis, dan Cendawan
entomopatogen Erynia neoaphidis
8.
Lalat Buah (Bactrocera sp.)
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a.
Rotasi
tanaman.
b.
Pembungkusan
buah.
c.
Penggunaan
feromon Metil eugenol.
d.
Serangga
jantan mandul.
e.
Pemanfaatan
musuh alami berupa parasitoid, pathogen.
9.
Thrips
(Thrips parvispinus Karny)
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a.
Sanitasi.
b.
Rotasi
tanaman.
c.
Membuang
sisa tanaman yang terserang.
d.
Penggunaan
musuh alami seperti parasitoid.
Penyakit
1.
Layu
Bakteri
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut.
a.
Atur jarak tanam, sehingga kelembaban
tidak terlalu lembab.
b.
Lakukan pergiliran tanaman, jangan
menanam tanaman yang berjenis Solanaceae seperti tomat, tembakau dll karena
akan memperparah serangan.
2.
Busuk
Buah
Pengendalian
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a.
Menanam
terung dengan jarak tanam yang cukup.
b.
Membersihkan
gulma dan memelihara drainase.
c.
Buah-buah
yang sakit dipetik dan dipendam.
3.
Bercak
Daun
Pengendalian
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a.
Menanam
terung dengan jarak tanam yang cukup.
b.
Membersihkan
gulma dan memelihara drainase.
c.
Buah-buah
yang sakit dipetik dan dipendam.
d.
Rotasi
tanaman.
4.
Antraknose
Pengendalian
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a.
Menanam
terung dengan jarak tanam yang cukup.
b.
Membersihkan
gulma dan memelihara drainase.
c.
Buah-buah
yang sakit dipetik dan dipendam.
d.
Rotasi
tanaman.
e.
Penggunaan varietas resisten.
5.
Busuk
Leher Akar
Pengendalian
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a.
Menanam
terung dengan jarak tanam yang cukup.
b.
Membersihkan
gulma dan memelihara drainase.
c.
Buah-buah
yang sakit dipetik dan dipendam.
d.
Rotasi
tanaman.
e.
Penggunaan varietas resisten.
6.
Rebah
Semai
Pengendalian
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a.
Tanam varietas tahan.
b.
Atur
jarak tanam dan pergiliran tanaman.
c.
perbaikan
drainase.
d.
Atur
kelembaban dengan jarak tanam agak lebar.
e.
cabut
dan buang tanaman sakit.
7.
Mosaik
Pengendalian yang dapat dilakukan dengan cara memberantas
gulma khususnya yang termasuk famili terung-terungan, menangani semai-semai
dengan hati-hati sebelumnya dicuci dengan sabun atau deterjen dan tanaman yang
bergejala segera dicabut.
8.
Busuk
Daun (Pseudoperonospora cubensis
Berk)
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a.
Pembongkaran
apabila terdapat tanaman terserang berat kemudian di bakar atau dipendam.
Sisa-sisa tanaman lama dibersihkan.
b.
Mengatur
jarak tanam dan drainase yang baik.
9.
Penyakit
Tepung (Erysiphi cichoracearum DC)
Pengendalian dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a.
Tanaman yang sakit dipendam dan
dicabut.
b.
Memberantas gulma yang dapat
menjadi tumbuhan inang jamur tepung, antara lain yang
termasuk famili labu-labuan dan terungan.
1.3.2 Jagung
(Zea mays L.)
Hama
1.
Penggerek
Batang Jagung (Ostrinia furnacalis Guen)
Pengendalian dapat
dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut.
a.
Waktu tanam yang tepat.
b.
Tumpangsari jagung dengan kedelai atan
kacang tanah untuk membingungkan hama dalam mencari inang baik karena beraneka
senyawa kimia yang dikeluarkan maupun tinggi rendahnya tanaman-tanaman yang ada
di lahan tersebut .
c.
Rotasi tanaman untuk memutus siklus hidup hama
ini dengan catatan hama pada tanaman jagung berbeda dengan hama pada tanaman
lain.
d.
Pemanfaatan musuh alami seperti : Parasitoid Trichogramma spp.
Parasitoid tersebut dapat memarasit telur O. furnacalis. Predator Euborellia annulata memangsa
larva dan pupa O. furnacalis. Bakteri
Bacillus thuringiensis Kurstaki mengendalikan larva O.
furnacalis, Cendawan sebagai
entomopatogenik adalah Beauveria bassiana dan Metarhizium anisopliae mengendalikan
larva O. furnacalis. Ambang ekonomi 1 larva/tanaman.
e.
Menanam jagung agak lambat untuk menghindari
telur hama lebih dini.
f.
Memindahkan batang-batang jagung sesudah
panen dan memusnahkan tunggul batang jagung untuk mencegah larva tidur.
g.
Menghilangkan bunga jantan 3 dari 4
baris sesudah bunga jantan muncul untuk mengurangi pengebor jagung dan menambah
hasil panenan.
h.
Penggunaan insektisida yang berbahan
aktif monokrotofos, triazofos, diklhrofos, dan karbofuran efektif untuk menekan
serangan penggerek batang jagung.
2.
Ulat Grayak (Spodoptera
litura F.)
Pengendalian dapat
dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut.
a.
Pembakaran tanaman.
b.
Pengolahan tanah yang intensif.
c.
Mengumpulkan larva atau pupa dan bagian
tanaman yang terserang kemudian memusnahkannya.
d.
Penggunaan perangkap feromonoid seks
untuk ngengat sebanyak 40 buah per hektar atau 2 buah per 500 m2
dipasang di tengah pertanaman sejak tanaman berumur 2 minggu.
e.
Pemanfaatan musuh alami seperti : patogen Sl-NPV (Spodoptera
litura – Nuclear Polyhedrosis Virus), cendawan Cordisep, Aspergillus flavus, Beauveria bassina,
Nomuarea rileyi, dan Metarhizium anisopliae, bakteri Bacillus thuringensis, nematode Steinernema sp., predator Sycanus sp., Andrallus
spinideus, Selonepnis geminada, parasitoid Apanteles sp., Telenomus spodopterae, Microplistis
similis, dan Peribeae sp.
f.
Beberapa insektisida yang dianggap cukup
efektif adalah monokrotofos, diazinon, khlorpirifos, triazofos, dikhlorovos,
sianofenfos, dan karbaril apabila berdasarkan hasil pengamatan tanaman contoh,
intensitas serangan mencapai lebih atau sama dengan 12,5% per tanaman contoh.
3.
Penggerek Tongkol Jagung (Helicoverpa armigera Hbn.)
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut
:
a.
Musuh
alami yang digunakan sebagai pengendali hayati dan cukup efektif untuk
mengendalikan penggerek tongkol adalah parasit, Trichomma spp yang merupakan parasit telur dan Eriborus
argentiopilosa(Icheumonidae) parasit pada larva muda. Cendawan Metarhizium anisopliae,
menginfeksi larva. Bakteri Bacillus
thuringensis dan virus Helicoverpa armigera Nuclear
Polyhedrosis Virus (HaNPV) menginfeksi
larva.
b.
Pengelolaan
tanah yang baik akan merusak pupa yan terbentuk dalam tanah dan dapat megurangi
populasi H.armigera berikutnya.
c.
Untuk
mengendalikan larva H.armigera pada
jagung, penyemrotan
insektisida
Decic dilakukan setelah terbentuk rambut jagung pada tongkol dan diteruskasn
(1-2) hari hingga rambut jagung berwarna coklat.
4.
Lalat Bibit (Atherigona exigua Stein.)
Pengendaliannya dapat dilakukan dengan beberapa cara
sebagai berikut :
a.
Pemanfaatan
musuh alami seperti Parasitoid yang memarasit telur adalah Trichogramma spp. Dan parasit larva adalah Opius sp. dan Tetrastichus
sp. Predator Clubiona japonicola yang merupakan predator imago.
b.
Mengubah
waktu tanam
c.
Pergiliran
tanaman
d.
Tanam
serempak
e.
Tanaman
yang terserang segera dicabut dan dimusnahkan
f.
Sanitasi
kebun
g.
Penggunaan
varietas unggul/tahan
h.
Perlakuan
dengan insektisida dapat dilakukan dengan perlakuan benih.
5.
Kumbang Bubuk (Sitophilus zeamais Motsch)
Pengendalian dapat
dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut :
a.
Pengelolaan tanaman.
Contohnya : dalam pemanenan, seharusnya dilakukan
tepat pada waktunya, dimana jagung telah mencapai masak fisiologis.
Apabila di panen melewati hal tersebut
dapat meningkatkan kerusakan biji dipenyimpanan.
b.
Penggunaan varietas tahan.
Penggunaan varietas dengan kandungan asam fenolat
tinggi dan kandungan asam aminonya rendah dapat menekan kumbang bubuk.
c.
Kebersihan dan pengelolaan gudang.
Kebanyakan hama gudang cenderung bersembunyi atau
melakukan hibernasi sesudah gudang tersebut kosong. Taktik yang digunakan
membersihkan semua struktur gudang dan membakar semua biji yang terkontaminasi
dan membuang dari area gudang.
d.
Melakukan penjemuran dapat menghambat
perkembangan kumbang bubuk.
e.
Melakukan fumigasi.
Fumigan merupakan senyawa kimia yang dalam suhu dan
tekanan tertentu berbentuk gas, dapat membunuh serangga/hama melalui system
pernafasan.
Penyakit
1.
Bulai (Downy
Mildew)
Pengendalian dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut :
a.
Menanam
varietas tahan : Sukmaraga, lagaligo, srikandi, lamura, dan gumarang
b.
Melakukan
periode waktu bebas tanaman jagung minimal dua minggu sampai satu bulan
c.
Mengatur pola
tanam dan pola pergiliran tanaman
d.
Penanaman
jagungsecara serempak
e.
Eradikasi
tanaman yang terinfeksi bulai
f.
Penggunaan
fungisida metalaksil pada benih jagung dengan dosis 0,7 g bahan aktif/kg benih
2.
Bercak Daun (Leaf Bligh)
Pengendalian dapat
dilakukan dengan beberapa cara sebagi berikut.
a.
Menanam varietas tahan : Bima 1,
Srikandi Kuning -1, Sukmaraga dan Palakka.
b.
Eradikasi tanaman yang terinfeksi bercak
daun.
c.
Mengatur
kondisi lahan tidak lembab.
d.
Pergiliran
tanaman.
e.
Penggunaan fungisida dengan bahan aktif
mancozeb dan carbendazim.
3.
Hawar Daun
Pengendalian dapat
dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut.
a.
Menanam varietas tahan Bisma, Pioner2,
pioner 14, Semar 2 dan 5.
b.
Eradikasi tanaman yang terinfeksi bercak
daun.
c.
Penggunaan fungisida dengan bahan aktif
mankozeb dan dithiocarbamate.
4.
Karat (Rust)
Pengendalian dapat
dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut.
a.
Menanam varietas tahan Lamuru,
Sukmaraga, Palakka, Bima 1 dan Semar 10.
b.
Mengatur
kelembaban.
c.
Eradikasi tanaman yang terinfeksi karat
daun dan gulma.
d.
Sanitasi
kebun.
e.
Penggunaan fungisida dengan bahan aktif
benomil.
5.
Busuk Pelepah
Pengendalian dapat
dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut :
a.
Menggunakan
varitas unggul yang tahan terhadap paenyakit hawar pelepah misalnya : Semar 2,
Rama, Galur GM 27
b.
Diusahakan
agar pertanaman tidak terlalu rapat sehingga kelembaban tidak terlalu tinggi
c.
Lahan
mempunyai drainase yang baik
d.
Mengadakan
pergiliran tanaman, tidak menanam jagung terus menerus dilahan yang sama
e.
Penggunaan
pestisida dengan bahan aktif mancozeb dan carbendazim
6.
Busuk Batang
Pengendalian
dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut :
a.
Menanam vareitas tahan
b.
Pergiliran tanaman
c.
Pemupukan berimbang, menghindari pemberian N tinggi dan K rendah
d.
Drainase yang baik
e.
Penggunaan musuh alami seperti Cendawan antagonis Trichoderma
sp.
7.
Busuk Tongkol
Pengendalian dapat dilakukan
dengan beberapa cara :
a.
Pemeliharaan
tanaman yang sebaik – baiknya yaitu dengan pemupukan seimbang
b.
Tidak
membiarkan terlalu lama mongering dilapangan
c.
Mengadakan
pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan termasuk padi – padian karena
patogen ini mempunyai banyak tanaman inang
d.
Mengatur
jarak tanam
e.
Perlakuan
benih
8.
Virus Mosaik
Kerdil Jagung
Pengendalian dapat
dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut :
a.
Mencabut
tanaman yang terinfeksi secepat mungkin agar tidak menjadi sumber infeksi bagi tanaman
sekitarnya ataupun pertanaman yang akan datang.
b.
Mengadakan
pergiliran tanaman, tidak menanam jagung terus menerus di lahan yang sama.
c.
Penggunaan
pestisida apabila di lapangan populasi vector cukup tinggi.
d.
Tidak
menggunakan benih yang berasal dari tanaman yang terinfeksi virus.
1.4 Rizobakteria
PGPR atau Plant
Growth Promoting Rhizobakteri adalah sejenis bakteri yang hidup di sekitar
perakaran tanaman. Bakteri tersebut hidupnya secara berkoloni menyelimuti akar
tanaman. Bagi tanaman keberadaan mikroorganisme ini akan sangat baik. Bakteri
ini memberi keuntungan dalam proses fisiologi tanaman dan pertumbuhannya.
Rhizobakteria
pemacu tumbuh tanaman (RPTT) adalah kelompok bakteri yang menguntungkan yang
agresif menduduko (mengkolonisasi) rizosfir (bagiab perakaran). Aktivitas RPTT
menguntungkan bagi tanaman baik langsung maupun secara tidak langsung. Pengaruh
langsung RPTT didasarkan atas kemampuannya menyediakan dan memobilisasiatau
memfasilitasi penyerapan berbagai unsur hara dalam tanah serta mensintesis dan
mengubah konsentrasi fithothormon pemacu tumbuh. Sedangkan tidak langsungnya
berkaitan dengan kemampuan menekan aktivitas pathogen dengan menghasilkan
berbagai senyawa atau metabolit seperti antibiotic.
Rhizobakteri
adalah bakteri yang hidup di daerah perakaran (rhizosfer ) dan berperan
penting dalam pertumbuhan tanaman. Pada dasarnya rhizobakteri dapat dibedakan
menjadi dua golongan yaitu :
1.
Rhizorhizobakteri
yang memacu pertumbuhan tanaman (PGPR : plant growth - promoting
rhizobacteria ).
2.
Rhizorhizobakteri
yang merugikan tanaman (DRB : deleterious rhizobacteria).
PGPR dapat meningkatkan kualitas
pertumbuhan tanaman melalui : produksi hormon pertumbuhan kemampuan fiksasi N
untuk peningkatan penyediaan N tanah, penghasil osmolit sebagai osmoprotektan
pada kondisi cekaman kekeringan dan penghasil senyawa tertentu yang dapat
membunuh patogen tanaman (Kloepper, 1993 dalam
Husen et al).
Menurut Lalande et al. (1989 dalam Husen at al), Pseudomonas sp. mampu menghasilkan hormon
pemacu pertumbuhan tanaman yang dapat meningkatkan berat kering tanaman jagung
mencapai 9%, sedangkan Salmonella liquefaciens meningkatkan berat
kering mencapai 10% dan Bacillus sp. meningkatkan berat kering
mencapai 7% lebih tinggi dibanding kontrol.
Mekanisme PGPR
dalam meningkatkan kesehatan/kebugaran tanaman dapat terjadi melalui 3 cara,
yaitu:
1.
Menekan perkembangan hama/penyakit (bioprotectant): mempunyai
pengaruh
langsung pada tanaman dalam menghadapi hama dan penyakit.
2.
Memproduksi fitohormon (biostimulant):
IAA (Indole Acetic Acid); Sitokinin; Giberellin; dan penghambat produksi
etilen: dapat menambah luas permukaan akar-akar halus.
3.
Meningkatkan ketersediaan nutrisi bagi tanaman (biofertilizer)
.Bila penyerapan
unsur hara dan air yang lebih baik dan nutrisi tercukupi, maka menyebabkan
kebugaran tanaman juga semakin baik, sehingga akan semakin meningkatkan
ketahanan tanaman terhadap tekanan-tekanan, baik tekanan biologis (OPT) maupun
non biologis (Iklim).
II. BAHAN DAN METODA
2.1 Waktu
dan Tempat
2.1.1
Di Rumah Kaca
Praktikum
PHT di rumah kaca telah dilaksanakan dari tanggal 28 Maret-7 Mei 2011 di rumah
kaca, fakultas Pertanian, Universitas Andalas, Padang.
2.1.2
Di Lapangan
Praktikum
PHT di lapangan telah dilaksanakan dari tanggal 26 Maret - 12 Mei
2011 di kebun milik Pak Iwan, Kecamatan Kuranji, Padang.
2.2 Bahan
dan Alat
2.2.1
Di Rumah Kaca
Adapun bahan yang telah digunakan pada praktikum PHT
di rumah kaca adalah isolat rizobakteria
(TdRz1.1.2), benih jagung, tanah, aquades, dan alcohol. Sedangkan alat yang
telah digunakan adalah petridish, pinset, botol balsam, vortek, dan polibag.
2.2.2
Di Lapangan
Adapun
bahan yang telah digunakan pada praktikum PHT di lapangan adalah tanaman terung
yang diamati (OPT, kondisi lahan). Sedangkan alat yang telah digunakan adalah
alat tulis, kamera/hp, dan buku.
2.3 Cara
Kerja
2.3.1
Di Rumah Kaca
Pertama,
disiapkan benih jagung yang akan diberi perlakukan dengan isolat rizobakteria. Kedua,
benih tersebut disterilisasi permukaan benih terlebih dahulu dengan
aquades-alkohol-aquades masing-masing selama 3 menit. Selanjutnya, isolat
rizobakteria yang telah disiapkan divortek supaya homogen. Lalu, isolat yang
telah divortek dituangkan ke dalam botol balsam. Selanjutnya, 9 benih jagung
direndam di dalam isolate tersebut selama 10 menit yang akan dijadikan sebagai
perlakuan dan 9 benih jagung lainnya dimasukkan ke dalam botol balsam kosong
yang akan dijadikan sebagai control. Kemudian, masing-masing benih ditanam di
polibag yang telah ditetapkan, baik sebagai control maupun perlakuan. Terakhir,
dilakukan pemeliharaan dan pengamatan.
2.3.2
Di Lapangan
Pertama,
pembagian tanaman yang akan diamati. Selanjutnya, dilakukan survey untuk
mengetahui lokasi tanaman tersebut ditanam. Lalu, dilakukan wawancara atau
diberi kuisioner kepada petani. Selanjutnya, dilakukan pengamatan terhadap
tanaman tersebut (OPT), kondisi lahan, dan PHT yang telah dilakukan oleh
petani.
2.4 Pengamatan
2.4.1
Di Rumah Kaca
Pengamatan
dilakukan tiap minggu hingga minggu ke-6 di rumah kaca. Yang diamati berupa OPT
yang menyerang dan bagaimana pengendaliannya. Selain pengamatan, dilakukan juga
pemeliharaan seperti penyiraman terhadap tanaman yang diamati.
2.4.2
Di Lapangan
Pengamatan dilakukan tiap minggu hingga minggu ke-8 di kebun milik pak
Iwan, Kuranji. Yang diamati berupa OPT yang menyerang, kondisi lahan, dan PHT
yang telah dilakukan oleh Petani.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.2 Pembahasan
3.2.1 Di
Rumah Kaca
Berdasarkan
hasil yang telah diperoleh maka dapat dijelaskan bahwa pertumbuhan tanaman jagung
yang diberi perlakuan rizobakteria lebih bagus dibandingkan pertumbuhan tanaman
jagung tanpa perlakuan (control). Selain itu, hama dan penyakit yang menyerang
tanaman jagung yang diberi perlakuan lebih sedikit daripada tanaman jagung yang
tanpa perlakuan (control).
Hal itu bisa ditunjukkan dari tinggi tanaman jagung yang
paling tinggi pertumbuhannya hingga minggu ke-6 yaitu pengamatan pada hari sabtu/14
Mei 2011 yang
diberi perlakuan rizobakteria pada ulangan ke-1 dengan tinggi 89 cm, sedangkan tanaman jagung yang paling rendah pertumbuhannya
hingga minggu ke-6 yaitu pengamatan pada
senin/04
April 2011 yang tanpa diberi perlakuan (control) pada ulangan ke-3 dengan
tinggi 58 cm.
OPT yang menyerang tanaman yang
diberi perlakuan hanya penyakit bulai dan gulma sedangkan pada tanaman yang
tanpa perlakuan (control) terkena penyakit hawar daun, bulai, dan bercak daun.
Hal itu dikarenakan
rizobakteria dapat memacu pertumbuhan tanaman. Rizobakteria adalah sejenis bakteri yang hidup di sekitar
perakaran tanaman. Bakteri tersebut hidupnya secara berkoloni menyelimuti akar
tanaman. Bagi tanaman keberadaan mikroorganisme ini akan sangat baik. Bakteri
ini memberi keuntungan dalam proses fisiologi tanaman dan pertumbuhannya. Menurut Kloepper,
1993 dalam Husen et al bahwa rizobakteria dapat meningkatkan kualitas pertumbuhan
tanaman melalui produksi hormon pertumbuhan kemampuan fiksasi N untuk
peningkatan penyediaan N tanah, penghasil osmolit sebagai osmoprotektan pada
kondisi cekaman kekeringan dan penghasil senyawa tertentu yang dapat membunuh
patogen tanaman.
OPT yang meyerang tersebut hanya
dikendalikan dengan pengendalian secara mekanis/fisis saja (dicabut dan dibuang
bagian tanaman yang sakit). OPT bisa menyerang karena dalam pemeliharaan
tanaman hanya dilakukan penyiraman saja tanpa adanya pemupukan, padahal dengan
pemupukan tanaman bisa memperoleh unsur hara yang dibutuhkan sehingga bisa lebih
tahan terhadap penyakit.
3.2.2.
Di Lapangan
Berdasarkan
hasil yang diperoleh maka dapat dijelaskan bahwa hama dan penyakit yang
menyerang tanaman terong sedikit karena petani membudidayakan tanaman terong
dengan menggunakan konsep PHT, yang berupa jarak tanam diatur, pergiliran
tanaman, polikultur, sanitasi, pemakaian mulsa plastik, pemangkasan dan
penggunaan pestisida sintetis.
Dengan
penggunaan konsep PHT tersebut maka produksi tanaman terong cukup tinggi dan
jarang mengalami penurunan produksi. Selain itu, dapat meningkatkan pendapatan
bersih petani, mengurangi risiko kegagalan panen, memelihara kualitas
lingkungan hidup, mengurangi risiko keracunan pestisida pada produsen dan konsumen, memelihara keberlanjutan sistem ekologi (musuh
alami,keanekaragaman hayati), dan menurunkan ongkos usahatani.
Hal itu
dapat dilihat dari tinggi tanaman paling tinggi pertumbuhannya hingga minggu
ke-8 yaitu tanaman ke-4 dengan tinggi 123 cm, sedangkan tanaman yang paling
rendah hingga minggu ke-8 yaitu tanaman ke-10 dengan tinggi 80 cm.
Jenis OPT
yang ditemukan sedikit yaitu berupa:
1.
Belalang, yang dapat dilihat dari gejala yang ditimbulkan, yaitu daun tanaman
berlubang-lubang.
2.
Bemo-bemo atau Coccinellidae, yang dapat dilihat dari gejalanya yang berupa bintik-bintik kecil
(bekas tusukan) yang terlihat pada daun tanaman .
3. Kutu
daun, dilihat dari gejala yang berupa daun mengkerut dan berwarna kekuningan.
4. Ulat,
dilihat dari gejala yang berupa daun sobek.
5. Bercak
daun, dilihat dari gejalanya yang berupa bercak-bercak kelabu-kecoklatan atau
hitam pada daun.
6. Busuk
buah, dilihat dari gejalanya yang berupa Bagian dalam buah berubah warnanya,
kebasah-basahan, dan berbatas coklat tidak teratur. Akhirnya buah terlepas dari
kelopaknya dan menjadi busuk sama sekali.
7.
Penyakit layu
Untuk
penurunan tinggi tanaman dari minggu sebelumnya disebabkan adanya pemangkasan.
Pemangkasan ini dilakukan bisa disebabkan untuk meningkatkan produksi maupun
mengurangi hama dan penyakit yang menyerang.
DAFTAR
PUSTAKA
Husen
et al. Rizobakteri Pemacu Tumbuh
Tanaman.
Pracaya.
2008. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta: Penebar Swadaya.
Rukmana, R. 1994. Bertanam Terung.
Kanisius. Jakarta
Rismunandar.
2003. Hama Tanaman Pangan dan Pembasmiannya. Bandung: Sinar Baru
Algensindo
_______________.
Penyakit Tanaman Pangan dan Pembasmiannya. Bandung: Sinar Baru
Algensindo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar